Menuju konten utama

Penjelasan Ahli Soal Risiko Diabetes pada Anak & Tes yang Dilakukan

Risiko diabetes pada anak dan penjelasan ahli soal tes yang harus dilakukan.

Penjelasan Ahli Soal Risiko Diabetes pada Anak & Tes yang Dilakukan
Ilustrasi tes diabetes pada anak. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Melewatkan sarapan atau bahkan secangkir kopi karena sedang berpuasa untuk melakukan tes darah dapat menjadi awal hari yang buruk. Tapi inilah realitas dari beberapa tes diabetes, karena tes harus dilakukan dengan perut kosong.

Bagi orang dewasa mungkin hal ini bisa dimaklumi, khususnya bagi yang terbiasa berpuasa, tetapi menjelaskan kepada anak-anak mengapa tes membutuhkan puasa menjadi sesuatu yang sulit.

Penelitian yang baru diterbitkan oleh Johns Hopkins School of Public Health menunjukkan bahwa jenis pengujian berbeda yang mencari kisaran kadar glukosa dari waktu ke waktu dapat menghentikan puasa sama sekali dan mungkin lebih akurat dan efisien daripada tes yang biasa dilakukan orang dewasa.

Ini sangat penting mengingat bahwa perubahan 2018 dalam pedoman pengujian glukosa yang menyaring pradiabetes dan diabetes pada anak-anak mendorong dokter untuk melakukan pemeriksaan tiga kali lebih banyak daripada yang mereka lakukan.

American Diabetes Association menyebut tes A1c sebagai "pembangkit tenaga listrik". Lalu bagaimana penjelasannya?

Kondisi diabetes terjadi ketika tubuh berjuang untuk mengelola glukosa, atau gula, dalam darah. Biasanya, tes untuk diabetes menunjukkan tingkat gula darah pasien dalam sekejap, seberapa tinggi atau rendah tingkat tersebut pada satu waktu.

Namun tes yang direkomendasikan, tes A1c, tidak hanya mengukur gula darah pada hari itu, dan ini mengukur kadar gula dalam darah selama dua sampai tiga bulan terakhir. Keuntungan melakukan tes ini adalah tidak perlu berpuasa.

Berpuasa, tidak makan selama 8 hingga 12 jam sebelum ujian, tidak selalu mudah bagi anak-anak.

“Ini bisa menjadi tantangan untuk membuat anak berpuasa untuk tes glukosa darah,” ujar Ashanti Woods, MD, dokter spesialis anak di Baltimore, Maryland seperti dilansir dari Medical Daily.

“Anak-anak tidak selalu mengerti mengapa mereka tidak bisa makan untuk jangka waktu tertentu. Ketika kami mendapatkan tes [hemoglobin] A1c, yang berbeda dengan glukosa puasa, anak bisa makan dan itu tidak memengaruhi pengukuran," lanjut Dr. Woods.

Pengujian Tes Diabetes pada Anak-anak

Pada tahun 2018 kriteria siapa yang harus dites diabetes dan pradiabetes diperluas. Dr. Woods menjelaskan bahwa gejala diabetes atau pradiabetes bisa luput dari perhatian.

Kriteria itu menyarankan untuk menguji anak-anak yang berusia 10 tahun ke atas, dan kemudian hanya anak-anak berisiko tinggi.

Risiko tinggi berarti anak-anak yang kelebihan berat badan dengan setidaknya dua faktor risiko lain, seperti riwayat diabetes keluarga, etnis non-kulit putih, dimulainya resistensi insulin, atau ibu dengan diabetes gestasional.

Sebelumnya, pada 2016, 3,6 juta anak telah memenuhi syarat untuk skrining. Kemudian pedoman baru menyerukan semua remaja yang kelebihan berat badan dengan setidaknya satu faktor risiko untuk diskrining.

Menggunakan kriteria pengujian baru, para peneliti mengamati kelompok anak yang sama dan menemukan bahwa 10,6 juta anak memenuhi syarat untuk skrining.

Dr. Woods senang dengan pedoman baru ini. Dia menjelaskan bahwa diabetes tipe 2 dulunya dianggap menyerang orang dewasa, tetapi ini tidak terjadi.

“Dengan epidemi obesitas di kalangan remaja selama 3 dekade terakhir, kami memahami bahwa kami sebagai penyedia harus waspada dan proaktif dalam mendeteksi anak-anak dengan risiko tertinggi diabetes,” jelasnya.

Mendeteksi Pradiabetes

Dengan pradiabetes, ada gula darah yang lebih tinggi dari biasanya, tetapi diabetes belum dapat didiagnosis.

“Mungkin tidak ada gejala yang bisa dideteksi di luar. Bagian dalam seseorang, khususnya sistem kardiovaskular (jantung, arteri, vena) dan sistem ginjal (ginjal) mereka kemungkinan besar terpengaruh," kata Dr. Woods.

Semakin lama kerusakan ini tidak terkendali, maka akan semakin banyak pasien yang berisiko terkena stroke, pendarahan otak, amputasi, dan penyakit ginjal.

Pengujian dan deteksi diabetes yang cepat dan akurat itu penting, karena diabetes biasanya tidak terdiagnosis selama beberapa tahun setelah onset.

Meskipun tes puasa dan A1c akurat, jika tes sedikit berbeda, studi menemukan bahwa A1c jelas memiliki keuntungan dalam memprediksi risiko.

Pasien dengan kadar A1c tinggi lebih cenderung positif untuk faktor risiko kardiometabolik.

Risiko kardiometabolik adalah risiko seseorang terkena diabetes, penyakit jantung atau stroke, dan dapat diprediksi dengan adanya obesitas, terutama di sekitar lemak di sekitar pinggang, tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol "jahat" yang tinggi.

Para peneliti menemukan bahwa orang yang dites positif mengidap hiperglikemia A1c lebih mungkin memiliki risiko terkait dibandingkan mereka yang diuji dengan FPG, yakni glukosa plasma puasa.

Mengidentifikasi pasien dengan faktor risiko ini penting, karena dalam beberapa kasus, perubahan gaya hidup dapat membuat perbedaan. Menguji anak bisa berarti kesehatan yang lebih baik untuk mereka seumur hidup.

Baca juga artikel terkait RISIKO DIABETES PADA ANAK atau tulisan lainnya dari Dewi Adhitya S. Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Agung DH