Menuju konten utama

Pengungsi di Posko Pantoloan Palu Ikuti Program Trauma Healing

Terdapat 77 orang yang meninggal dan masih 19 orang dinyatakan hilang akibat gempa Palu dan Donggal.

Pengungsi di Posko Pantoloan Palu Ikuti Program Trauma Healing
Program trauma healing atau pemulihan psikososial yang dilakukan oleh jajaran Polwan dari Polda Sulteng kepada anak-anak di posko pengungsian di Kelurahan Pantoloan, Kecamatan Tawaeli, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (9/10/2018) pagi. tirto.id/Haris Prabowo

tirto.id - Salah satu posko pengungsian di Kelurahan Pantoloan, Kecamatan Tawaeli, Kabupaten Palu, Sulawesi Tengah, akhirnya mendapat bantuan berupa program trauma healing atau pemulihan psikososial untuk anak-anak dan cek kesehatan pada, Selasa (9/10/2018).

Bantuan difasilitasi oleh Polda Sulteng, bekerja sama dengan Polres Palu beserta jajaran ibu-ibu bhayangkari dan para Polwan.

Untuk mencapai posko pengungsian tersebut dari Kota Palu, wartawan Tirto harus menempuh perjalanan menggunakan kendaraan sejauh 25 km melalui Jalan Trans Sulawesi. Lokasi posko pengungsian itu pun tak persis di dekat jalan Trans Sulawesi. Dari Jalan Trans Sulawesi itu, masih harus menempuh perjalanan sejauh 2 km untuk mencapai lokasi posko tersebut.

Di posko pengungsian itu terdapat kurang lebih 20 tenda, dari yang berukuran kecil hingga besar. Ramli, lurah Kelurahan Pantoloan, mengaku posko pengungsian terdiri dari empat rukun warga (RW)-- empat, lima, dan sembilan.

Total terdapat 175 kepala keluarga di posko tersebut. Menurut Ramli terdapat 77 orang yang meninggal dan masih 19 orang dinyatakan hilang akibat gempa Palu dan Donggal tersebut.

"Saya kumpul semua dari korban tsunami yang kehilangan rumah, kehilangan harta benda, dan kehilangan keluarga. Banyak juga di sini yang sendiri tanpa keluarga. Ada juga anak yang ditinggalkan kedua orang tuanya," kata Ramli saat ditemui wartawan Tirto, Selasa pagi.

Beberapa Kebutuhan Terpenuhi

Ramli mengatakan bahwa kebutuhan yang paling sangat dibutuhkan oleh seluruh warga pengungsi posko adalah sembako dan air bersih.

"Utamanya beras, air minum. Sekarang kebutuhan pengungsi juga tenda, tikar, selimut, dan juga obat-obatan. Karena banyak anak-anak yang kesehatannya menurun ini," kata Ramli.

Pagi itu juga, posko pengungsian desa tersebut diberikan bantuan oleh Polda Sulteng berupa bahan sembako, pakaian dan lainnya. Pihak Polda Sulteng juga menyediakan cek kesehatan dan pemberian obat gratis yang digerakkan oleh korps kedokteran Polda.

Tak hanya itu, program pemulihan psikososial atau trauma healing juga dilakukan oleh para ibu-ibu bhayangkari dan para Polwan kepada anak-anak. Mulai dari menjadi teman bermain, menggambar, hingga memberi hadiah secara cuma-cuma.

"Ini untuk memulihkan trauma pada anak-anak. Agar mereka bisa menatap masa depan lebih baik meski telah mendapat musibah," kata Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, yang ikut memantau berjalannya kegiatan pagi itu.

Yang Belum Terpenuhi

Muammar, salah satu warga dari RW lima mengaku kebutuhan yang belum terpenuhi adalah dapur umum. Ia menilai dapur umum sangat penting. Oleh karena itu ia mengharap ada bantuan pembuatan dapur umum oleh Pemerintah.

"Memang yang dibutuhkan itu adalah dapur umum. Biar semua bisa jadi satu dan berkumpul di pos pengungsian ini. Selama ini semua masak sendiri-sendiri. Jika ada bantuan, yang bisa dilakukan adalah membagi per liter ke setiap orang. Jika ada dapur umum lebih bagus," kata Muammar.

Ramli juga menambahkan selain dapur umum, MCK juga dibutuhkan oleh warga.

"Dan juga yang paling dibutuhkan adalah dapur umum dan MCK, karena sekarang para pengungsi harus ke sungai semua," kata Ramli.

Baca juga artikel terkait GEMPA PALU DAN DONGGALA atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Yantina Debora