Menuju konten utama

Pengungsi Banjir Jakarta Diminta Lindungi Privasi & Kesehatan Anak

Lokasi pengungsian yang padat membuat anak-anak perempuan rentan terhadap kekerasan seksual.

Pengungsi Banjir Jakarta Diminta Lindungi Privasi & Kesehatan Anak
Warga melintas di jalanan yang masih terendam luapan air aliran Sungai Ciliwung di Kampung Arus, Cawang, Jakarta Timur, Rabu (7/2/2018). Hari ketiga setelah luapan banjir melanda Jakarta, Kampung Arus masih tergenang air setinggi 50 cm. tirto.id/Arimacs Wilander

tirto.id -

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengingatkan orang tua, terutama pengungsi, untuk memperhatikan anak-anak yang menjadi korban banjir. Berdasarkan tinjauan KPAI di lokasi banjir Jatinegara Barat, Kampung Arus Cawang dan Kelurahan Bidara Cina, tempat pengungsian yang ditinggali lebih dari 100 orang harusnya memperhatikan privasi anak perempuan.

Komisioner KPAI Bidang Sosial dan Anak Dalam Situasi Darurat, Susianah Affandy meminta orang tua untuk mengawasi anak-anak, utamanya perempuan, yang rentan terhadap kekerasan seksual di tempat pengungsian.

"Di tiga tempat pengungsian, KPAI melihat ruangannya yang terbatas di mana semua orang membaur tidak memberi ruang privasi bagi anak perempuan. Anak perempuan ini sangat rentan karena di sisi struktur tubuhnya harus dilindungi dari ancaman kekerasan seksual," kata kata Susianah dalam keterangan tertulis yang diterima Tirto, Kamis (8/2/2018).

Ia juga mengingatkan orang tua untuk menjaga kesehatan anak dengan menyediakan obat-obatan seperti minyak angin, obat flu, batuk, diare dan penyakit panas. Pasalnya, KPAI menemukan banyak anak yang asyik bermain di genangan air tanpa mempedulikan bahaya air kotor yang membawa sampah sungai tersebut.

"Temuan KPAI di lokasi banjir, situasi hujan lebat di satu sisi dimanfaatkan anak-anak untuk bermain air. Anak-anak dengan suka cita nyemplung ke genangan air hujan yang kotor berwarna kuning. Anak-anak terlihat menikmati mainan air tanpa menyadari air yang memenuhi halaman rumahnya tersebut mengalir bersama sampah yang sampah sungai," ujar Susianah.

Oleh karena itu, KPAI meminta Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas Kesehatan untuk menyediakan obat-obatan yang cukup sebanyak jumlah korban banjir.

Saat pengawasan di lapangan, KPAI mengapresiasi Dinas Kesehatan yang telah mengirimkan tenaga medis di lokasi pengungsian, namun KPAI juga meminta ketersediaan tenaga medis di perumahan warga yang tidak mengungsi.

Karena banyak warga tidak mengungsi dengan alasan menjaga rumah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kemalingan dan sebagainya.

Soal pembersihan lumpur sisa banjir juga menjadi sorotan. Pasalnya, selama ini masyarakat secara mandiri melakukan prosesi pembersihan lumpur dan sampah-sampah akibat banjir. Kegiatan tersebut dilakukan masyarakat dengan teknik sederhana dan membutuhkan waktu yang lama, ada yang seminggu bahkan sampai dua minggu lamanya.

"BPBD dan Tagana untuk bersama-sama membersihkan lumpur-lumpur di perumahan yang terendam banjir. Dengan seruan Pemda dan dilakukan secara gotong royong diharapkan lumpur-lumpur bekas banjir dapat segera dibersihkan sehingga tidak membawa dampak pada kesehatan warga dan lingkungan sekitarnya dapat berfungsi sebagaimana layaknya," tandas Susiana.

Baca juga artikel terkait BANJIR JAKARTA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra