Menuju konten utama

Pengertian Transfusi Darah, Manfaat dan Risikonya

Berikut adalah pengertian transfusi darah, beserta manfaat, prosedur dan risikonya.

Pengertian Transfusi Darah, Manfaat dan Risikonya
Petugas medis Unit Tranfusi Darah (UTD) keliling Palang Merah Indonesia (PMI) memeriksa kesehatan pendonor di Lhokseumawe, Aceh, Sabtu (22/6/2019). ANTARA FOTO/Rahmad/hp.

tirto.id - Transfusi darah adalah pelayanan kesehatan berupa pemberian darah dari satu orang ke orang lain, yang kekurangan satu atau lebih komponen darah, seperti plasma, sel darah merah, atau trombosit.

Transfusi darah dilakukan dengan tujuan penyembuhan penyakit atau pemulihan kesehatan. Dalam hal ini, orang yang menyumbangkan darahnya disebut sebagai donor, sedangkan orang yang menerima darah dari orang lain disebut sebagai resipien.

Selain bermanfaat bagi penerima, transfusi darah juga dapat memberikan manfaat kesehatan bagi pemberinya. Namun demikian, transfusi darah tidak lepas dari risiko kesehatan yang mungkin muncul, termasuk kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh penerima darah.

Berikut merupakan manfaat dan risiko transfusi darah beserta prosedur pelaksanaannya.

Manfaat Transfusi Darah

Transfusi darah yang dilakukan sesuai dengan indikasi medis dari dokter memiliki manfaat sebagai berikut, sebagaimana dijelaskan dokter unit bank darah Yuni Setyowatiningsih, Sp.PK pada laman RSUD dr. Mohammad Soewandhie:

  • Meningkatkan kadar hemoglobin pada keadaan anemia;
  • mengganti darah yang hilang karena pendarahan, seperti saat melahirkan;
  • mengganti kehilangan plasma darah, seperti pada luka bakar;
  • mencegah dan mengatasi pendarahan karena kekurangan atau kelainan komponen darah, misalnya pada penderita thalasemia, yaitu kelainan darah yang menyebabkan tubuh kekurangan hemoglobin.

Infografik SC Transfusi Darah
Infografik SC Transfusi Darah. tirto.id/Tino

Risiko Transfusi Darah

Dalam transfusi darah, pelaksanaan prosedur perlu diperhatikan supaya terhindar dari komplikasi. Hal ini berkaitan dengan transfusi darah yang merupakan terapi medis dengan risiko penyulit terbesar, baik dalam jangka waktu pendek (reaksi transfusi), waktu menengah (risiko penyakit), dan waktu panjang (reaksi imunologis).

Lebih lanjut, berikut risiko transfusi darah yang mungkin terjadi:

  • Demam disertai menggigil;
  • alergi berupa gatal dan atau kemerahan di kulit;
  • infeksi;
  • kelebihan cairan;
  • kelebihan zat besi;
  • sesak nafas;
  • sakit kepala;
  • cemas, gelisah, syok;
  • nyeri dada dan nyeri punggung;
  • muncul graft versus host disease (GvHD), yaitu respons imun tubuh ketika sel cangkok yang berasal dari pendonor menyerang sel tubuh penerima donor;
  • terlambatnya reaksi transfusi, antara 24 jam hingga 2 minggu setelah transfusi darah.

Apabila terjadi salah satu atau lebih dari reaksi transfusi tersebut, transfusi akan dihentikan dan dokter akan melakukan penanganan serta pemeriksaan lebih lanjut.

Prosedur Transfusi Darah

Prosedur pelayanan transfusi darah dapat dilakukan di fasilitas kesehatan, seperti unit bank darah di rumah sakit, maupun pada kegiatan donor darah khusus untuk menambah jumlah tabungan dalam bank darah.

Tahap awal yang perlu dilakukan sebelum pemberian darah adalah pemeriksaan pretransfusi, meliputi pemeriksaan golongan darah dan uji silang serasi (crossmatch). Pada tahap ini, pemeriksaan serologi juga dilakukan untuk menguji kelayakan darah agar terbebas dari penyakit.

Setelah pemeriksaan selesai, darah yang cocok akan diberikan kepada pasien sesuai dengan arahan dokter. Proses transfusi berlangsung selama sekitar 20 menit hingga 4 jam per kantong, tergantung jenis darah atau komponen darah yang diberikan.

Pemberian darah kepada pasien dilakukan dengan pemantauan keadaan fisik pasien untuk mengidentifikasi efek samping transfusi pasien dengan memperhatikan keluhan dan gejala pada pasien.

Adapun seluruh fasilitas kesehatan perlu mengikuti pedoman penggunaan darah sebagai rujukan pengawasan penggunaan darah dan penyelidikan jika terjadi reaksi transfusi.

Di samping itu, menurut WHO: The Clinical Use of Blood (2010), berikut merupakan prosedur umum pelaksanaan transfusi darah bagi petugas medis seperti dilansir laman Patologi Klinik:

  • Tidak dilakukan pada malam hari, kecuali darurat.
  • Pemberian semua komponen darah harus menggunakan transfusion set.
  • Pasang tranfusion set dan salin sebelum minta darah donor.
  • Siapkan rekam medis transfusi dan isi dengan lengkap.
  • Cocokkan identitas pasien dan label kantong darah.
  • Ukur tanda vital dan catat di rekam medis transfusi.
  • Dalam 30 menit darah donor keluar dari lemari pendingin bank darah, transfusi harus sudah dilaksanakan.
  • Kantong darah donor dibolak-balikkan dan tidak perlu dihangatkan, kecuali pada transfusi masif.
  • Perawat menerangkan tanda dan gejala reaksi transfusi.
  • Dalam 15 menit pertama kecepatan 10 tetes per menit dan perawat tetap menunggu pasien untuk mengamati gejala reaksi transfusi yang mungkin muncul.
  • Apabila muncul gejala reaksi transfusi, hentikan transfusi. Periksa dan catat tanda vital di rekam medis, lalu lapor ke dokter.
  • Jika kondisi baik, yaitu tidak ada hipovolemia dan jantung dalam kecepatan 20-40 tetes per menit, 1 kantong darah selesai dalam 2 hingga 3 jam, maksimal 4 jam.

Baca juga artikel terkait TRANSFUSI DARAH atau tulisan lainnya dari Syaima Sabine Fasawwa

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Syaima Sabine Fasawwa
Penulis: Syaima Sabine Fasawwa
Editor: Alexander Haryanto