Menuju konten utama
Pendidikan Agama Islam

Pengertian Sifat Optimis dalam Agama Islam: Hadis dan Contohnya

Sifat optimisme dalam Agama Islam merupakan sifat yang selalu berpikir positif dalam hal tindakan maupun ucapan.

Pengertian Sifat Optimis dalam Agama Islam: Hadis dan Contohnya
Ilustrasi optimis. foto/Istockphoto

tirto.id - Sifat optimis (optimisme) merupakan sifat manusia yang berupa harapan positif dalam menghadapi segala hal maupun persoalan.

Dalam bahasa Arab, sifat optimis sering disamakan dengan kata “At-Tafaul” yang memiliki makna pengharapan nasib baik.

Antonim dari kata optimisme adalah pesimis, yaitu selalu berpandangan negatif terhadap segala hal atau persoalan yang dihadapi dalam kehidupan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), optimisme adalah paham (keyakinan) atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan; sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal.

Secara sederhana, sifat optimis dinyatakan dengan harapan dan keyakinan positif mengenai segala persoalan kehidupan yang akan menemukan keberhasilan (kesuksesan).

Sifat optimis merupakan ciri dari seorang mukmin yang beriman dan taat. Sifat tersebut membawa keyakinan bahwa Allah SWT akan mempermudah segala urusan hambanya yang taqwa di dunia dan akhirat.

Selain itu, seorang mukmin yang menemui kegagalan dari sebuah harapan akan tetap berfikir positif. Hal tersebut disebabkan lantaran Allah SWT akan memilihkan segala yang terbaik bagi hambanya.

“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman”. (QS Ali Imran {3}:139).

Sifat optimis akan menyebabkan seorang mukmin pantang menyerah dalam menemui sebuah kegagalan. Sifat tersebut akan membawa dampak yang baik sampai seorang mukmin menemui keberhasilan.

Sedangkan, sifat pesimis justru akan mendatangkan sikap mudah menyerah dan pasrah. Sehingga, akan menyebabkan kemunduran pada diri seseorang.

Seorang muslim sebaiknya menjauhkan diri dari sifat pesimis, karena berdampak negatif dalam memicu prasangka buruk.

Selain itu, sifat pesimis dapat menggoyahkan keimanan seorang muslim kepada Allah SWT melalui prasangka negatifnya.

Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti oleh Kemendikbud (2014:29), Rasulullah SAW dalam sebuah hadis riwayat Ahmad menjelaskan bahwa perasaan yang lebih baik dari firasat baik dan kesialan adalah sifat optimis.

“Dari Abu Hurairah RA, dia berkata; Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada rasa tiyasah (firasat buruk dan kesialan), dan yang lebih baik dari itu adalah rasa optimis. Maka ditanyakanlah kepada beliau: Apa yang dimaksud dengan rasa optimis? Beliau bersabda: Yaitu kalimat baik yang sering didengar oleh salah seorang dari kalian.” (H.R. Ahmad)

Seorang mukmin yang memiliki sifat optimis akan memiliki raut wajah yang berseri-seri dan mudah tersenyum. Sedangkan, orang yang bersifat pesimis cenderung lebih suka cemberut dan murung.

Contoh Pengamalan Sifat Optimis

Beberapa contoh perilaku yang dapat diterapkan oleh seorang muslim sebagai implementasi sifat optimis sebagai berikut:

    • Percaya bahwa Allah SWT sebagai sebaik-baiknya penolong
    • Allah SWT akan memberikan yang terbaik bagi hambanya yang beriman dan bersifat optimis
    • Percaya bahwa di setiap ujian pasti akan ada jalan keluarnya
    • Selalu berusaha bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT
    • Tidak menyalahkan diri sendiri karena sebuah kegagalan
    • Selalu berpikir positif atas segala kejadian yang dilalui dalam kehidupan
    • Menumbuhkan sikap pantang menyerah, karena setiap usaha pasti akan mencapai keberhasilan dan memberikan hikmah

Baca juga artikel terkait OPTIMISME atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno