Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Pengertian Kjokkenmoddinger: Sejarah & Fungsinya di Zaman Praaksara

Sejarah kjokkenmoddinger berasal dari peradaban manusia purba di zaman praaksara.

Pengertian Kjokkenmoddinger: Sejarah & Fungsinya di Zaman Praaksara
Kjokkenmoddinger, sampah dapur pada masa praaksara. wikimedia commons/public domain/free

tirto.id - Kjokkenmoddinger yang memiliki pengertian "sampah dapur" merupakan salah satu hasil kebudayaan pada masa praaksara atau berasal dari peradaban sejarah manusia purba.

Dikutip dari situs website Balai Arkeologi Yogyakarta, di Indonesia kjokkenmodinger digunakan untuk menyebut timbunan sampah cangkang kerang yang menumpuk.

Sampah kerang ini telah terbentuk sejak masa prasejarah dan sering disebut juga dengan istilah shell midden. Kebudayaan kjokkenmoddinger terjadi sejak Zaman Batu Madya atau Mesolithikum.

Kerang dimanfaatkan manusia purba untuk membuat peralatan seperti alat potong, alat serut, atau mata kail. Kerang juga digunakan manusia purba sebagai perhiasan dan alat tukar.

Manusia purba pendukung kjokkenmoddinger adalah Homo sapiens yang berkembang pada pada masa Mesolithikum (zaman Batu Tengah). Homo sapiens atau yang kerap disebut manusia purba "modern" hidup dengan mengumpulkan kerang dan hewan pantai lainnya sebagai sumber makanan.

Sejarah dan Pengertian Kjokkenmoddinger

Dikutip dari buku Menelusuri Jejak-Jejak Masa Lalu Indonesia oleh Yusliani Noor dan Mansyur (2015:42-43), kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken berarti “dapur” dan modding berarti “sampah”.

Dengan kata lain, kjokkenmoddinger berarti "sampah dapur". Dalam wujudnya, kjokkenmoddinger merupakan tumpukan sampah berupa cangkang atau kulit kerang, siput, serta hewan-hewan sejenis lainnya.

Pencetus istilah kjokkenmoddinger adalah seorang peneliti bernama Japetus Steenstrup. Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan tumpukan kulit kerang sisa-sisa kegiatan manusia purba di kawasan pesisir.

Kjokkenmoddinger merupakan tumpukan pembuangan kulit kerang dan hewan laut lainnya yang dimakan oleh manusia purba dan terbentuk selama ribuan tahun.

Tumpukan kulit kerang tersebut sudah membatu alias menjadi fosil. Di Indonesia bagian barat, kjokkenmoddinger banyak ditemukan di antara Langsu dan Medan, yaitu di sepanjang pantai timur Sumatera.

Dikutip dari modul Sejarah Indonesia Kelas X karya Veni Rosfenti (2014:4), peradaban kjokkenmoddinger berasal dari Zaman Batu Madya atau Mesolithikum. Ciri dari zaman Mesolitihikum yaitu sudah ada manusia purba yang menetap.

Tahun 1925, seorang peneliti bernama Dr. P.V. van Stein Callenfels mengungkapkan bahwa kampak genggam yang ditemukan di tumpukan kjokkenmoddinger berbeda dengan chopper atau kapak genggam pada masa Paleolithikum (Zaman Batu Tua).

Menurut buku Menelusuri Jejak-Jejak Masa Lalu Indonesia oleh Yusliani Noor dan Mansyur (2015:44), manusia purba yang hidup pada masa Mesolithikum adalah Homo Sapiens.

Hal ini didukung dengan ditemukannya fosil manusia purba berupa tulang belulang, pecahan tengkorak, atau gigi dalam tumpukan kjokkenmoddinger.

Fungsi Kjokkenmoddinger

Kerang merupakan salah satu sumber makanan bagi manusia purba yang banyak ditemukan di sekitar daerah perairan atau pesisir. Selain itu, kulit kerang juga dimanfaatkan untuk membuat berbagai peralatan, perhiasan, hingga alat tukar.

Beberapa peralatan yang ditemukan di sekitar kjokkenmoddinger antara lain pebble (kapak genggam sederhana yang berbentuk seperti piringan), batu pipisan beserta landasannya sebagai alat penggiling/penghalus, dan lainnya.

Fungsi utama dari kjokkenmoddinger adalah sebagai sumber informasi bagi peneliti untuk mengetahui jenis makanan apa yang dikonsumsi manusia pada masa lalu dan jenis alat-alat yang mereka pakai.

Baca juga artikel terkait ZAMAN PRAAKSARA atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Iswara N Raditya