Menuju konten utama

Pengeluaran Penduduk Miskin Perkotaan Lebih Tinggi?

Survei Sensus Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik Jawa Tengah pada Maret 2015 menunjukkan angka kemiskinan di wilayah perkotaan lebih rendah daripada di perdesaan. Untuk diketahui, penduduk dikatakan miskin apabila pengeluaran mereka di bawah angka Rp 309 ribu/kapita/bulan.

Pengeluaran Penduduk Miskin Perkotaan Lebih Tinggi?
Ilustrasi pemukiman padat di wilayah kota. TIRTO/Andrey Gramico

tirto.id - Survei Sensus Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah (Jateng) pada Maret 2015 menunjukkan angka kemiskinan di wilayah perkotaan lebih rendah daripada di perdesaan. Untuk diketahui, penduduk dikatakan miskin apabila pengeluaran mereka di bawah angka Rp 309 ribu/kapita/bulan.

"Pengeluaran rata-rata penduduk miskin di kota lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk miskin di desa atau kabupaten," kata Ketua Bidang Statistik Sosial BPS Jateng Erisman di Semarang, Selasa (22/2/2016).

Dari data BPS diketahui, rata-rata pengeluaran tertinggi penduduk miskin di Jateng berada di Kota Surakarta yaitu Rp 417 ribu/kapita/bulan. Selanjutnya diikuti oleh Kota Semarang dengan rata-rata Rp 348 ribu/kapita/bulan, dan Kota Salatiga dengan rata-rata pengeluaran Rp 320 ribu/kapita/bulan.

Sedangkan untuk daerah dengan rata-rata pengeluaran penduduk miskin yang paling rendah ada di Kabupaten Batang. Berdasarkan hasil Susenas, rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Kabupaten Batang hanya mencapai Rp216 ribu/kapita/bulan.

Persentase Penduduk Miskin di Jateng

Lebih lanjut Erisman menjelaskan, "Kalau secara persentase, angka kemiskinan tertinggi ada di Kabupaten Wonosobo yaitu 21,42 persen dari total penduduk di sana yang mencapai 777 ribu jiwa."

Meski demikian, menurut Erisman, jika dilihat dari angka absolut, persentase penduduk miskin tertinggi berada di Kabupaten Brebes. Jumlah penduduk miskin di kabupaten itu mencapai 20 persen dari total 1,78 juta jiwa.

"Karena jumlah penduduknya paling tinggi di Jawa Tengah, dengan persentase tersebut maka angka kemiskinannya juga yang paling besar di Jateng," tambahnya.

Sementara itu, terkait dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan penduduk miskin di Jateng, Erisman mengatakan, "Kalau untuk latar belakang penduduk miskin ini kami dari BPS akan bekerja sama dengan Bapeda untuk melakukan analisa. Ke depan, latar belakang penduduk miskin ini secara detail akan kami publikasikan."

Baca juga artikel terkait BPS atau tulisan lainnya

Reporter: Agung DH