Menuju konten utama

Pengangguran Desa Meningkat, BPS: Tak Terkait Program Padat Karya

Data dari BPS menyebutkan bahwa, jumlah pengangguran di desa meingkat sebesar 4,04 persen pada Agustus 2018.

Pengangguran Desa Meningkat, BPS: Tak Terkait Program Padat Karya
Kepala BPS Suhariyanto. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di desa meningkat tipis secara year-on-year. Adapun jumlah pengangguran pada Agustus 2018 tercatat sebesar 4,04 persen, sementara banyaknya pengangguran pada periode yang sama, yakni Agustus 2017, ialah sebesar 4,01 persen.

Peningkatan secara tipis itu rupanya berbanding terbalik dengan jumlah pengangguran di kota. BPS menyebutkan bahwa terjadi penurunan jumlah pengangguran di kota secara year-on-year, yakni dari yang sebelumnya 6,79 persen menjadi 6,45 persen.

“Dilihat dari daerah tempat tinggalnya, TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) di perkotaan tercatat lebih tinggi dibanding di pedesaan. Namun dibandingkan setahun lalu, TPT di perkotaan turun sebesar 0,34 persen poin, sedangkan TPT pedesaan meningkat sebesar 0,03 persen poin,” ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta pada Senin (5/11/2018).

Lebih lanjut, Suhariyanto mengatakan bahwa angka pengangguran di desa yang sedikit meningkat lebih dipengaruhi pada jumlah pekerja di sektor pertanian yang menyusut. Menurut Suhariyanto, para pekerja di sektor pertanian itu banyak yang hengkang dari pekerjaannya dengan harapan bisa memperoleh pekerjaan baru.

Hanya saja memang pada kenyataannya, ada yang pergi ke kota dan ada yang tetap tinggal di desa. Untuk yang di kota itulah yang lantas menambah beban angkatan kerja di sana, sedangkan yang masih berada di desa namun belum memperoleh pekerjaan baru inilah yang berkontribusi pada peningkatan persentase angka pengangguran di pedesaan.

Berdasarkan data yang dihimpun BPS, pekerja di sektor pertanian sendiri ada sebanyak 35,7 juta orang. Angka tersebut setara dengan 28,79 persen dari sebanyak 124,01 juta penduduk bekerja. Dengan demikian, sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian paling utama yang dijalankan masyarakat Indonesia.

Masih dalam kesempatan yang sama, Suhariyanto menilai peningkatan ini bukan karena program padat karya tunai yang digenjot pemerintah tidak berjalan efektif. Ia mengatakan bahwa peruntukkan program tersebut lebih kepada sektor pembangunan, sementara fenomena yang tertangkap BPS ialah jumlah pekerja di sektor pertanian yang menyusut.

“Kalau dilacak, di sana ada penurunan untuk jumlah petani palawija dan karet. Sehingga terkait dengan program padat karya tunai itu tidak terkait pada pertanian,” ucap Suhariyanto.

Baca juga artikel terkait ANGKA PENGANGGURAN atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yandri Daniel Damaledo