Menuju konten utama

Pengakuan Aiptu Munir yang Melumpuhkan Penyerang Gereja St Lidwina

Pelaku melukai Aiptu Al Munir hingga Munir harus mendapat empat jahitan di tangan kirinya.

Pengakuan Aiptu Munir yang Melumpuhkan Penyerang Gereja St Lidwina
Petugas kepolisian melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) kasus penyerangan di Gereja Katholik St. Lidwina, Jambon, Trihanggo, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (11/2). ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko.

tirto.id - Aiptu Al Munir (57) sedang melaksanakan tugas harian pada Minggu (12/2/2018) saat ia mendengar laporan ada orang yang membawa pedang dan melukai seorang Romo di Gereja Santa Lidwina, Bedog, Sleman, Yogyakarta.

Sekitar pukul 07.30 WIB, ia bersama dua rekan, Aiptu Pras dan Brigadir Erwin pun langsung menuju gereja mengendarai mobil patroli Polsek Gamping.

"Kurang lebih 10 menit, kami sampai. Jalan masuk ke gereja sudah penuh orang, saya turun di tengah jalan, langsung lari menuju gereja," kata Munir dalam keterangan pers di Polda DIY, Senin (12/2/2018).

Sesampainya di gereja, Munir melihat pelaku yang bernama Suliono (23) sedang mengayun-ayunkan pedang dan mengejar seseorang. Munir kemudian mengeluarkan senjata jenis Revolver dan mendekati pelaku.

Melihat situasi yang mengancam, dalam jarak dua meter dari pelaku, Munir mengeluarkan tembakan peringatan sebanyak dua kali, sambil berkata,"Saya polisi, berhenti!"

"Ternyata pelaku bukannya takut malah balik menyerang saya, melukai tangan kiri saya. Bersamaan dengan itu saya melepaskan tembakan ke arah kaki sebelah kiri, lalu pelaku menyabetkan pedang ke kaki saya sebelah kiri kena kelingking. Saya tembak lagi kaki pelaku sebelah kanan," tutur Munir.

Selanjutnya pelaku mendorong Munir hingga terjatuh dan bersiap untuk menyabetkan pedangnya ke badan Munir. Sebelum hal itu terjadi, Munir menendang kaki Suliono hingga terjatuh.

Selang beberapa saat setelah Suliono terjatuh, warga berdatangan untuk mengeroyok dan meringkusnya. Sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan, Munir bersama dua orang rekannya mengamankan pelaku dan membawanya ke mobil ambulans untuk dibawa ke RS Akademik UGM.

Aiptu Al Munir juga mendapat penanganan medis dan empat jahitan di tangan kirinya.

Menurut keterangan Munir, Suliono tidak mengatakan sepatah katapun selama melakukan penyerangan. "Pelaku tidak bilang apa-apa," kata polisi yang sudah 25 tahun bertugas di bagian Reskrim ini.

Atas keberanian dan tindakan Munir yang tepat dan terukur, Polda DIY akan memberikan apresiasi. Hal tersebut disampaikan oleh Kabid Humas Polda DIY, Yulianto.

"Tadi kami sudah merapatkan apresiasi yang akan diberikan pada teman-teman yang berprestasi. Sedang digodok bentuknya apa yang paling tepat, tapi pasti ada," kata Yulianto.

Kapolda DIY, Ahmad Dofiri juga telah memberikan apresiasi secara lisan kepada Aiptu Al Munir. Ahmad berterima kasih karena Munir melakukan tindakan yang sigap dengan melumpuhkan pelaku, juga karena tiba di lokasi dengan waktu yang relatif cepat.

"Kita tidak bisa membayangkan andaikan pelaku tertembak di bagian mematikan dan meninggal, walaupun tindakan itu dibenarkan karena kondisi yang bersangkutan (Aiptu Munir) kan sudah disabet pedang, didorong, diserang sampai terjatuh, tapi dengan kesigapannya bisa menembak untuk melumpuhkan bukan mematikan," kata Ahmad.

Suliono saat ini dirawat di RS Bhayangkara setelah menjalani operasi untuk mengangkat peluru yang bersarang di kaki kanannya. Akibat tindakannya, tiga orang jemaat terluka, termasuk satu orang Romo, bernama Karl Edmund Prier yang menderita luka bacok di kepala. Romo Prier sudah menjalani operasi dan kondisinya dikabarkan membaik.

Baca juga artikel terkait PENYERANGAN GEREJA LIDWINA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Hukum
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra