Menuju konten utama

Penerimaan Negara Terkontraksi 0,5 Persen Sepanjang Februari 2020

Total penerimaan yang masuk ke kas negara baru mencapai Rp216,6 triliun atau 9,7 persen dari target APBN.

Penerimaan Negara Terkontraksi 0,5 Persen Sepanjang Februari 2020
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan keterangan pers tentang realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 per akhir Oktober di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin (18/11/2019). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.

tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani mencatat penerimaan negara Februari 2020 mengalami kontraksi 0,5 persen secara year on year (yoy). Hingga akhir Februari, total penerimaan yang masuk ke kas negara baru mencapai Rp216,6 triliun atau 9,7 persen dari target APBN.

Turunnya penerimaan terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan penerimaan perpajakan, yakni hanya sebesar 0,3 persen. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, penerimaan perpajakan masih tumbuh dobel digit sebesar 10,1 persen.

Jika dirinci, sumber utama kontraksi penerimaan perpajakan adalah anjloknya Pajak Penghasilan sektor Minyak dan Gas (Migas). Pertumbuhan PPh Migas sepanjang bulan lalu tercatat minus 36,8 persen yoy dengan realisasi hanya Rp6,6 triliun atau 11,6 persen target APBN.

Sementara pertumbuhan pajak non-Migas tercatat minus 2,7 persen dengan realisasi Rp146,3 triliun atau 9,2 persen dari APBN. Padahal Februari 2019 masih sempat tumbuh 3,1 persen dengan realisasi Rp150,4 triliun.

“Jadi dari sisi pajak ini kami merasakan betul sumber daya alam terutama Migas tekanannya menurun sangat tajam. penerimaan kita turun sangat tajam dari Migas. sementara untuk yang nonmigas masih cukup baik,” ucap Sri Mulyani dalam paparan kinerja APBN 2020, Rabu (18/3/2020).

Sementara itu, penerimaan dari bea masuk tercatat minus 5,7 persen. Dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai 7,2 persen, capaian bea dan cukai sepanjang bulan lalu terbilang anjlok. Realisasinya hanya mencapai Rp5,5 triliun atau 13,7 persen dari target APBN.

Penerimaan bea keluar juga minus 22 persen dengan realisasi Rp0,5 triliun atau 18,9 persen dari APBN. Kendati demikian, dibandingkan pertumbuhan di Februari 2019 yang minus 29,5 persen yoy, penerimaan bea keluar di bulan lalu masih lebih baik dari.

PNBP Jeblok

Di luar sektor perpajakan (PNBP), realisasi penerimaan negara juga terpukul. PNBP mengalami pertumbuhan negatif sebesar 4 persen yoy, padahal Februari 2019 masih tumbuh 2,1 persen. Realisasi PNBP baru tercatat Rp38,6 triliun atau 10,5 persen dari target APBN hingga akhir bulan lalu.

Penyebab jebloknya PNBP terlihat, kata Menteri Keuangan Sri Mulyani, pertumbuhan negatif yang dialami SDA non-Migas sebesar 24,6 persen yoy. “PNBP ada pukulan dari SDA,” ucap Sri Mulyani.

Hingga akhir bulan lalu realisasi SDA non-Migas cuma menyentuh Rp4,1 triliun atau 12,5 persen dari APBN. Penyebabnya harga batu bara yang turun disertai volume penjualan yang anjlok.

Meski demikian, PNBP dari sektor Migas masih tumbuh 5,3 persen dengan realisasi Rp16,8 triliun atau 13,2 persen dari APBN.

Di samping itu, penerimaan cukai juga masih tumbuh ekspansif yakni 89,2 persen dengan realisasi Rp19,1 triliun atau 10,6 persen dari APBN.

Kendati demikian, pertumbuhannya masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan posisi di bulan Februari 2019 yang sebesar 768,9 persen.

Baca juga artikel terkait APBN 2020 atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana