Menuju konten utama

Penelitian Ungkap Berdebat Dapat Memperkuat Hubungan

“Mendengarkan tidak berarti menerima, tetapi mendengarkan berarti Anda siap untuk memahami perspektif pasangan."

Penelitian Ungkap Berdebat Dapat Memperkuat Hubungan
Ilustrasi pertengkaran orangtua. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Beberapa orang mungkin tidak menyukai perdebatan karena saat orang mulai berdebat kerap menimbulkan emosi yang berlebihan. Apalagi perdebatan kemudian merembet ke ranah pribadi yang membahas tentang kekurangan.

Malam ini akan berlangsung perdebatan antara calon presiden mengenai siapa yang pantas untuk memimpin Indonesia 5 tahun ke depan. Untuk kedua calon mungkin akan terdengar saling serang dan menjatuhkan argumen. Tetapi sebaliknya, ilmuwan menyatakan berdebat ternyata memiliki manfaat.

Psychology Today menulis, konflik dan pertengkaran memfasilitasi pembicaraan dan kesadaran akan perspektif orang lain. Karena itu, penting untuk diingat bahwa konflik dan pertengkaran dapat sangat bermanfaat bagi kesehatan hubungan pertemanan dan hubungan romantis.

Berdebat dengan orang lain dapat memberi energi dan memotivasi, topik yang menimbulkan argumen dapat mengingatkan kita tentang apa yang penting bagi kita dari nilai-nilai inti kita hingga tujuan kita untuk hari tertentu. Argumen juga memberi kita kesempatan untuk memikirkan dan menyuarakan bagaimana perasaan kita tentang hubungan dan siapa kita dalam hubungan itu.

“Jadi tips pertama, ingat bahwa konflik dan pertengkaran tidak boleh dilihat sebagai ancaman melainkan juga peristiwa yang dapat membantu hubungan Anda berkembang, untuk mengenal pasangan lebih dekat dan lebih baik. Anda juga dapat belajar tentang diri Anda dalam proses itu,” jelas Jennifer A. Samp.

Lalu bagaimana jika teman berdebat kita emosi? Samp mengatakan salah satu kesalahan terbesar yang dihadapi teman dan pasangan adalah berdebat ketika emosi terlalu "mentah". Hal ini disebabkan jika mereka tidak terbuka untuk mendengarkan masalah dari orang lain.

“Mendengarkan tidak berarti menerima, tetapi mendengarkan berarti Anda siap untuk memahami perspektif pasangan. Karena itu, mungkin bukan saat terbaik untuk langsung berdebat setelah masalah muncul, jika Anda tahu bahwa Anda tidak akan menjadi diri Anda yang paling rasional. Atur waktu kapan Anda berdua bisa fokus pada masalah yang dihadapi tanpa membiarkan emosi atau gangguan lain menghalangi,” jelas Samp.

Samp mengatakan bahwa kita harus selalu terbuka dalam menghadapi perdebatan.Ini tidak berarti bahwa kita harus selalu tunduk pada kehendak orang lain, tetapi kita harus terbuka terhadap kemungkinan bahwa mengubah posisi kita saat berdebat adalah bukanlah suatu masalah.

Selain itu, Samp dalam buku Communicating Interpersonal Conflict in Close Relationship mengatakan, dalam perdebatan kita harus menyadari bahwa kita rentan terhadap segala sesuatu.

Dalam buku ini Samp menulis bahwa bahkan jika pasangan hubungan dekat bertindak seolah-olah dia tahu semuanya, kita harus selalu mengontrol diri untuk terus bertanya pada diri sendiri. Kita semua memiliki pengalaman yang mempengaruhi cara kita berargumen.

Tetapi kita juga harus terbuka untuk mengubah cara kita melakukan berbagai hal. Jika kita mengubah diri kita sendiri, mitra kita akan lebih mungkin untuk berubah juga.

“Bagian penting dari mengelola argumen secara efektif adalah meluangkan waktu untuk memikirkan dan menghargai persepsi orang lain. Apa pun asumsi kita, penting untuk berhenti dan memikirkan kebutuhan kita, kebutuhan pasangan, dan apa yang Anda butuhkan bersama untuk menjaga kebutuhan Anda. Persahabatan atau hubungan yang baik?” jelas Samp.

Baca juga artikel terkait HUBUNGAN PERTEMANAN atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Febriansyah
Editor: Yulaika Ramadhani