Menuju konten utama

Peneliti Nilai Kampanye Jokowi-Ma'ruf Pakai Hologram 3D Tak Efektif

Pemakaian teknologi hologram 3D dalam kampanye Jokowi-Ma'ruf dinilai kurang efektif untuk menarik perhatian calon pemilih. 

Peneliti Nilai Kampanye Jokowi-Ma'ruf Pakai Hologram 3D Tak Efektif
Calon Presiden petahana nomor urut 01 Joko Widodo menunjukkan kartu Pra Kerja saat berpidato dalam kampanye terbuka di Lhokseumawe, Aceh, Selasa (26/3/2019). ANTARA FOTO/Rahmad/hp.

tirto.id - Acara kampanye terbuka Jokowi-Ma'ruf Amin di sejumlah daerah, yang tidak dihadiri langsung oleh pasangan calon (paslon) 01 itu menghadirkan sosok keduanya dalam bentuk hologram 3 dimensi (3D).

Dengan cara tersebut, rekaman pidato Jokowi dan Ma'ruf diperdengarkan di depan pendukungnya dan keduanya terlihat “seolah-olah” hadir di acara kampanye rapat umum.

Meskipun inovatif, dosen ilmu komunikasi Unversitas Brawijaya Anang Sujoko menilai metode kampanye dengan hologram 3d tidak efektif menarik perhatian calon pemilih di Pilpres 2019.

Menurut dia, mayoritas masyarakat di Indonesia masih mengedepankan satisfied communication atau kepuasan berkomunikasi secara langsung dengan kandidat capres-cawapres.

"Interaksi sosial masih menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat kita. Hanya kemenarikan saja hologram tersebut, tetapi tidak secara langsung mempengaruhi seseorang," kata Anang saat dihubungi reporter Tirto pada Selasa (26/3/2019).

Anang memperkirakan pengaruh kampanye menggunakan hologram 3D hanya akan efektif bagi para pendukung Jokowi-Ma'ruf, tapi tidak untuk mereka yang belum menentukan pilihan.

"Tidak akan sesignifikan kalau masyarakat bersentuhan langsung, artinya kehadiran teknologi yang super canggih pun masih mengalami distorsi. Sehingga [efeknya] berbeda [dengan] ketika bertemu langsung," ujar Anang.

Selain itu, Anang menambahkan, masyarakat saat ini cenderung rasional sehingga lebih berharap para capres-cawapres menyampaikan substansi program ketimbang memamerkan teknologi.

"Seperti apa program andalannya [paslon], [bagaimana] track record [rekam jejak] dari calon tersebut. Itu menjadi sebuah variabel dan faktor yang mempengaruhi pilihan masyarakat," kata dia.

Masyarakat yang paling mengharapkan mengetahui program paslon, kata Anang, adalah para pemilih yang belum menentukan sikapnya (undecided voters). Kelompok pemilih ini akan memperhatikan cara paslon memilih diksi atau menyampaikan narasi saat kampanye.

"Pemilihan diksi dan orasi dari masing-masing calon akan menampilkan seberapa berkualitas calon tersebut," ujar dia.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Politik
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Addi M Idhom