Menuju konten utama

Pencak Silat: Tuduhan Curang di Sea Games 2017 & Asian Games 2018

Atlet dan ketua Federasi Silat menuduh wasit curang dalam Asian Games 2018. Tuduhan yang sama sempat dialamatkan kepada Malaysia tahun lalu.

Pencak Silat: Tuduhan Curang di Sea Games 2017 & Asian Games 2018
Pesilat Indonesia Amri Rusdana melakukan pukulan kepada pesilat Malaysia Mohd Fauzi Khalid dalam babak semifinal Kelas F Putra Asian Games 2018 di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu (26/8/2018). INASGOC/Melvinas Priananda

tirto.id - Ada insiden di balik keberhasilan Indonesia menyapu bersih medali emas dalam cabang olahraga pencak silat di Asian Games 2018, Senin (27/08/2018). Kubu Malaysia yang merasa dicurangi wasit memilih mundur dari pertandingan dan sempat membuat kericuhan di ruang ganti.

Insiden bermula setelah salah seorang pesilat Malaysia, Mohd Al Jufferi Jamari, merasa dirugikan oleh keputusan juri yang memenangkan Komang Harik Adi Putra dalam duel babak final kelas E (65-70 kilogram). Duel yang digelar di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tersebut dimenangkan Komang dengan skor akhir 4-1. Komang sukses menyumbang medali emas ke-17 bagi Indonesia.

Al Jufferi walk out ketimbang menyelesaikan pertarungan yang tinggal menyisakan satu menit. Sikapnya juga didukung oleh Datuk Menggat Zulkarnain, Ketua Federasi Silat Malaysia.

Ketika sudah di warming up room, Al Jufferi kembali melampiaskan kekesalannya dengan merusak fasilitas ruangan tersebut. Di sana ia juga berteriak-teriak memaki juri dan juga memekikkan kalimat syahadat dan takbir.

Al Jufferi adalah kandidat terkuat untuk meraih medali emas di cabor pencak silat nomor tarung putra kelas E. Dalam kejuaraan dunia pencak silat yang digelar di Denpasar, Bali, pada Desember 2016 lalu, atlet berusia 26 tahun ini pernah menjadi juara dunia di kelas yang sama. Al Jufferi juga pernah memperoleh empat medali emas SEA Games tahun 2011, 2013, 2015, dan 2017.

Kepada wartawan, Al Jufferi mengaku sudah menghiraukan segala keanehan ketika pertandingan. Tapi wasit menurutnya terus membuat keputusan aneh.

"Saya memang merasa ada yang aneh, tapi saya tak pedulikan, saya terus lawan, dan Datuk Menggat Zulkarnain mengatakan bahwa keluar saja tadi. Menurut saya, juri 2 dan juri 3 itu aneh. Saya sebenarnya menguasai laga, dan semua juri juga pasti bisa lihat. Semoga saya tidak jumpa dia lagi," ujar Al Jufferi.

Al Juffery mengakui apa yang terjadi di warming up room adalah pelampiasan kekesalannya terhadap juri, bukan lawan.

"Kalau tadi marah? Ya, itulah sifat amarah dari hati kecil yang muncul. Bukan karena saya tak terima kekalahan, bukan karena saya salahkan Komang. Sebenarnya saya salahkan juri, sebab juri tidak menilai saya dengan objektif. Sebenarnya saya menang 3-2 tadi di mata Juri 1, 4, dan 5. Sebagai pesilat saya merasa tak dihormati," tukasnya.

Datuk Menggat Zulkarnain yang juga diwawancarai wartawan mengaku kalau memang dirinyalah yang meminta Al Juffery meninggalkan arena laga. Sebagaimana Al Juffery, ia juga merasa amat kecewa dengan sikap juri di laga tersebut.

"Saya yang bertanggung jawab di sini. Saya yang minta Juffery meninggalkan arena pertandingan, sebab tak ada gunanya jika dilanjutkan. Tinggal dua detik saja. Tapi apa pun, saya merasa sedih dan bingung sekarang, sebab saya tahu dia bagus. Dia pantas dapat emas Asian Games, apalagi dia masih muda. Kita lihat saja di masa yang akan datang," katanya.

Datuk Menggat Zulkarnain secara tak langsung turut menyindir Indonesia mengenai keanehan ini. Ia mengaku akan memprotes lagi.

"Saya pesankan kepada semuanya: jangan hanya karena ketamakan, semua cara dihalalkan untuk dapat emas. Saat ini kan banyak wakil OCA (Olympic Council of Asia/Dewan Olimpiade Asia) yang datang, mereka akan lihat seperti apa. Saya akan melakukan protes serius," ujarnya.

"Saya tidak ada masalah dengan pesilat Indonesia atau penyokong (suporter) Indonesia. Yang saya kesal yaitu juri," tambah Juffery.

Bukan Kali Ini Saja

Dugaan kecurangan pada cabor pencak silat sebetulnya bukan terjadi kali ini saja. Pada Sea Games 2017 yang diselenggarakan di Hall 2 Kuala Lumpur City Centre, Malaysia, isu ini juga muncul. Juri kala itu dianggap memberikan nilai yang tak wajar ke para atlet tuan rumah. Alhasil, Malaysia pun berhasil merebut medali emas dalam nomor artistik ganda putra.

Pasangan pesilat Malaysia, Mohd Taqiyuddin bin Hamid dan Rosli bin Mohd Sharif, mendapatkan nilai tertinggi, 582. Sementara Indonesia yang diwakili Hendy dan Yolla Primadona Jumpil mengumpulkan nilai 554 dan berhak meraih medali perak. Adapun ganda Singapura, Muhammad Haziq dan Nujaid Hasif, mendapat medali perunggu usai memperoleh angka 543.

Patut diketahui, rekor angka tertinggi saat itu di nomor tersebut dicatatkan Hendy dan Yolla dengan nilai 570 di Phuket, Thailand. Bahkan belum pernah ada sejarahnya nilai 582 di nomor ganda artistik pencak silat.

Hendy dan Yolla sebetulnya sudah beberapa kali bertemu dengan pasangan Malaysia tersebut dan selalu menang karena levelnya juga jauh di bawah mereka. Maka ketika dihadapi situasi aneh seperti ini, pasangan tersebut pun juga emosi.

Usai laga berakhir, kala itu Hendy membanting ikat kepala yang dikenakan saat berlomba. Kekesalan yang dirasakan Hendy dan Yolla bahkan sempat membuat mereka menolak menerima medali perak. Namun semua urung terjadi setelah para kru pencak silat Indonesia menenangkan pasangan tersebut.

Kendati demikian, Indonesia tetap memperoleh satu sumbangan emas Sea Games 2017 dari pencak silat yang dipersembahkan oleh Wewey Wita. Wewey berhasil mengalahkan atlet Vietnam, Tran Thi Them, dengan skor 4-1 dalam pertandingan final nomor tanding kelas B yang digelar di Stadium Juara di Kuala Lumpur.

Baca juga artikel terkait ASIAN GAMES 2018 atau tulisan lainnya dari Eddward S Kennedy

tirto.id - Olahraga
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Eddward S Kennedy
Editor: Rio Apinino