Menuju konten utama

Pemuda Indonesia Mulai Tinggalkan Sejarah Masa Lalu

Kerap menggunakan bahasa asing dalam pergaulan sehari-hari, pemuda Indonesia dianggap mulai tinggalkan sejarah masa lalu. Jika kondisi ini terus terjadi, pemuda Indonesia akan asing terhadap bahasanya sendiri, demikian dilontarkan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid.

Pemuda Indonesia Mulai Tinggalkan Sejarah Masa Lalu
Sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, berunjuk rasa dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda di depan Kampus Unismuh, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (27/10). ANTARA FOTO/Yusran Uccang.

tirto.id - Kalangan muda Indonesia mulai tinggalkan sejarah masa lalu dengan penggunaan bahasa asing dalam pergaulan sehari-hari. Pemuda juga mulai dibayang-bayangi separatisme yang kini bermunculan di beberapa daerah.

Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid dalam momentum Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada Jumat 28 Oktober 2016. Wahid menyebut adanya gejala kalangan muda yang mulai meninggalkan sejarah masa lalu.

“Pemuda sekarang lebih cenderung menggunakan bahasa asing dalam komunikasi dan bahasa Indonesia ditinggalkan. Seharusnya pemuda Indonesia mengingat kembali Sumpah Pemuda yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi bangsa Indonesia,” ujar Wahid, seperti dikutip Antara.

Menurutnya, generasi muda harus tetap mengibarkan semangat perjuangan dan mempertahankan sejarah pembentukan negara Indonesia. Wahid menuturkan, bayang-bayang separatisme mulai muncul di beberapa daerah sebagai gejala yang mulai terasa untuk menghilangkan kebangsaan Indonesia.

“Jika kondisi ini terus terjadi, maka pemuda Indonesia akan asing terhadap bahasanya sendiri,” tambahnya.

Lebih lanjut, Wahid mengatakan, Hari Sumpah Pemuda yang dirayakan setiap tanggal 28 Oktober, tidak sekadar dilakukan secara seremonial. Seharusnya, Hari Sumpah Pemuda menjadi momentum membangkitkan kembali semangat pemuda dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Wahid juga menegaskan bahwa perayaan Sumpah Pemuda harus menjadi pemicu bagi pemerintah, organisasi kepemudaan, dan partai politik untuk bersama-sama membangkitkan semangat Sumpah Pemuda secara kontekstual.

Sementara itu, Sekretaris Kabinet Pramono Anung memberikan refleksi kepemudaan dalam konteks global dan zaman era digital. Menurut Seskab, persaingan yang dihadapi pemuda saat ini makin ketat, mendunia dan global.

“Sekarang ini ada start up, ada ekonomi digital yang luar biasa. Itu lah tantangan baru, dan Indonesia termasuk beruntung karena Pemerintah tidak memberikan batasan terhadap hal itu,” kata Pramono Anung.

Meski begitu, ia juga menilai banyak anak-anak muda Indonesia yang mampu menjadi pemain dunia dan tidak kalah dengan bangsa lain. Sebagai contoh, Joey Alexander di bidang musik, dan start up daring seperti Bukalapak, demikian dijelaskannya.

Baca juga artikel terkait SUMPAH PEMUDA atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari