Menuju konten utama

Pemprov Bali Sebut Ada 800 Babi Mati Karena Flu Babi Afrika

808 ekor babi di Bali mati dinyatakan terkena Flu Babi Afrika atau African Swine Flu (ASF).

Pemprov Bali Sebut Ada 800 Babi Mati Karena Flu Babi Afrika
Babi pink. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Kepala Dinas Pertanian, dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ir. Ida Bagus Wisnuardhana menyebut ada 808 ekor babi mati dinyatakan terkena Flu Babi Afrika atau African Swine Flu (ASF).

Kasus kematian babi massal tersebut merupakan yang pertama kalinya terjadi di Provinsi Bali dan terjadi sejak pertengahan Desember lalu.

"Jadi telah terjadi kasus kematian babi massal yang pertamanya terjadi di Pesanggaran kemudian ada di Denpasar, Badung, kira-kira itu pertengahan Desember," ujar Ida di Denpasar, Rabu (5/2/2020) seperti dikutip Antara.

"Jadi segera diambil sampelnya karena sebelumnya itu masih ragu penyebabnya apa. Selain itu, memang penyakit babi mati rata-rata sama gejalanya," lanjutnya.

Sampel tersebut diambil dari jumlah babi yang mati sekitar 5-10 persen. Sampelnya, kata Ida, berupa darah, daging dan feses yang diambil oleh Balai Besar Veteriner Denpasar.

Lantaran keterbatasan peralatan, sampel tersebut kemudian dikirim ke Balai Veteriner Medan dan Jakarta sehingga penyebab kematian massal tersebut baru diketahui baru-baru ini.

"Agak lama, dan seminggu lalu sudah menerima informasi dari BBVet bahwa kematian babi di Bali ini memang disebabkan oleh ASF atau demam babi afrika, kenapa terjadi ya karena populasi babi di Bali ini banyak sekali," jelasnya.

Populasi babi di Bali tercatat cukup tinggi dibandingkan provinsi lain. Ida menyampaikan, tercatat ada 690 ribu ekor babi di berbagai peternakan di pulau dewata.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Bali, lanjut Ida, akan terus mendata dengan Dinas Peternakan yang ada di masing-masing kabupaten.

"Yang saat ini mati tercatat ada 808 ekor tapi enam hari terakhir kematian babi tidak ada lagi, jadi saya harapkan para peternak, masyarakat tidak perlu resah dengan adanya demam babi ini, karena demam babi tidak menular kepada manusia," terangnya.

Imbauan ke Peternak

Ida menyampaikan, Pemprov Bali juga menyarankan peternak untuk memperhatikan pakan yang diberikan kepada babi serta kebersihan kandangnya.

Jika memberikan makanan dari limbah hotel, restoran dan limbah rumah tangga, kata dia, peternak disarankan untuk memasaknya dengan baik dan benar karena penularannya bisa melalui makanan.

Ia mengatakan bahwa sudah menerima bantuan disinfektan dari Dirjen Peternakan dan sudah disebarkan kepada para petani.

"Diberikan alat semprot supaya kandangnya disemprot dengan disinfektan biar virusnya bisa dihilangkan jadi itu upaya-upaya dan cara kita mengedukasi para peternak," ucapnya.

Pihaknya menuturkan bahwa masyarakat khususnya peternak di Bali juga turut dibantu oleh Pengusaha Babi se-Bali dan membantu sosialisasi supaya jika ada ternak mati agar melapor dan menjaga kebersihan kandang.

Selain itu apabila ada babi yang mati agar segera dikubur jangan dijual, jangan juga dibuang ke sungai.

"Kita menduga pertama terjangkitnya babi itu pada peternakan-peternakan yang memberikan babinya makanan sisa, kemungkinan dari sampah restoran yang belum dimasak dengan baik," lanjutnya.

Ia mengatakan bahwa penyebaran atau penularan penyakit African swine fever (ASF) bisa terjadi dengan dua cara yaitu penularan secara langsung dan secara tidak langsung.

Penularan secara langsung terjadi melalui kontak fisik antara babi terinfeksi ASF dengan babi sehat, sedangkan penularan tidak langsung terjadi melalui saluran pencernaan.

Ia menambahkan seekor babi dapat terinfeksi virus ASF karena menelan sampah sisa makanan yang mengandung partikel virus ASF.

Selanjutnya bisa juga melalui kontak dengan benda mati seperti pakaian, sepatu, dan kendaraannya yang tercemar partikel virus ASF.

"Awal penularannya di Pesanggaran ya, karena sisa- isa makanan yang belum dimasak dengan baik, sekarang sudah ada empat tempat yang kita identifikasi yaitu, Denpasar, Badung, Tabanan dan Gianyar, sekarang di Klungkung juga ada ternak mati," tutur Ida.

"Tim kita tetap turun untuk sosialisasi ke tempat-tempat yang ada babi mati maupun tidak ada agar tidak ada lagi yang tertular," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait FLU BABI AFRIKA

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Penulis: Hendra Friana
Editor: Hendra Friana