Menuju konten utama

Pemisahan Keluarga Imigran Memicu Unjuk Rasa terhadap Trump di AS

Para pengunjuk rasa juga menggunakan tagar #familiesbelongtogether menyerukan agar keluarga migran yang berpisah di perbatasan AS disatukan kembali.

Pemisahan Keluarga Imigran Memicu Unjuk Rasa terhadap Trump di AS
Setelah ditolak masuk oleh petugas Perlindungan Perbatasan dan Beacukai Amerika Serikat, seorang ibu dari Honduras, pencari suaka, membawa anak perempuannya yang sedang menangis, Texas, Amerika Serikat, Minggu (24/6/2018). ANTARA FOTO/REUTERS/Loren Elliott

tirto.id - Demonstrasi untuk memprotes Donald Trump dan kebijakan imigrasinya digelar di hampir seluruh wilayah AS, baik di ibu kota negara maupun kota-kota kecil, pada Sabtu (30/6/2018) waktu setempat.

Protes besar yang terjadi di Washington DC, New York, dan kota-kota lainnya itu rencananya melibatkan hingga lebih dari 630 aksi demonstrasi. Puluhan ribu orang telah bergabung dengan unjuk rasa nasional ini.

Mengutip BBC, para pengunjuk rasa juga menggunakan tagar #familiesbelongtogether menyerukan agar keluarga migran yang berpisah di perbatasan AS disatukan kembali.

Sekitar 2.000 anak tetap terpisah dari orang tua mereka, meskipun Presiden Donald Trump telah tunduk pada kemarahan publik dan membatasi kebijakan tersebut.

Kebijakan "nol toleransi" pemerintahan Trump yang sebelumnya mengharuskan otoritas untuk menangkap dan menahan orang yang melintasi perbatasan Meksiko-AS secara ilegal. Tindakan ini telah memisahkan anak-anak dari orang tua mereka dan menahan mereka secara terpisah.

Di New York para pengunjuk ras meneriakkan, "Katakan dengan keras, katakan dengan jelas, pengungsi diterima di sini". Sementara di Chicago, orang-orang telah berdemonstrasi ke kantor-kantor lokal dari otoritas imigrasi federal.

Di Washington, massa berkumpul di Lafayette Square dekat dengan Gedung Putih. Seorang wakil dari Piscataway Indian Nation berbicara kepada ribuan orang yang berkumpul dalam bahasa Spanyol, kemudian bahasa Inggris.

Sebastian Medina-Tayac membakar tembakau, sebuah tradisi doa penduduk asli Amerika, mengucapkan doa dan kemudian menyanyikan lagu berbahasa pribumi dari Bolivia yang berarti, “beranilah.”

“Kami tidak percaya pada perbatasan. Kami tidak percaya pada dinding,” kata Medina-Tayac seperti dikuti Washington Post.

Para pengunjuk rasa memegang plakat-plakat yang menyerukan agar tidak ada lagi pemisahan keluarga. Mereka juga meminta agar Immigration and Customs Enforcement (ICE), agensi yang melaksanakan kebijakan kontroversial ini harus dihapuskan.

"Ini bertentangan dengan semua yang kami perjuangkan sebagai sebuah negara," kata seorang pemrotes, Paula Flores-Marques (27), kepada Reuters di depan Gedung Putih di Washington DC.

Protes berakhir dengan pawai melewati Gedung Putih dan Trump International Hotel dan kemudian menuju Departemen Kehakiman, tempat para pemrotes menempelkan tanda-tanda ke gerbang gedung:

"Kami lebih baik dari ini," kata seseorang.

"Las familias merecen estar unidos," kata yang lain, yang diterjemahkan menjadi "Keluarga layak untuk bersatu."

Sementara itu, Trump yang saat itu tengah bermain golf di klubnya di New Jersey, menyerang aksi yang disebutnya "kiri radikal." Demokrat menurutnya berada di balik seruan untuk membubarkan ICE ini.

“Bagi pria dan wanita ICE yang hebat dan berani,” demikian cuitan Trump, “jangan khawatir atau kehilangan semangatmu. Anda melakukan pekerjaan fantastis untuk menjaga kita tetap aman dengan memberantas unsur-unsur kriminal terburuk. Sangat berani! Dems [Demokrat] kiri radikal ingin Anda keluar. Selanjutnya semua polisi. Kesempatan nol, itu tidak akan pernah terjadi!”

Baca juga artikel terkait KEBIJAKAN IMIGRASI atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari