Menuju konten utama

Pemerintah Targetkan Jembatan Pulau Balang II Kaltim Rampung 2020

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan pembangunan Jembatan Pulau Balang II di Kalimantan Timur rampung pada 2020. 

Pemerintah Targetkan Jembatan Pulau Balang II Kaltim Rampung 2020
Foto aerial proyek Tol Balikpapan-Samarinda yang melintasi wilayah Samboja di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (28/8/2019). Gardu tol di Samboja akan menjadi salah satu ases masuk Ibu kota baru dari arah Samarinda dan Balikpapan. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc.

tirto.id - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan pembangunan Jembatan Pulau Balang II di Kalimantan Timur rampung pada 2020.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan Jembatan Pulau Balang II yang berada di atas Teluk Balikpapan itu merupakan bagian pengerjaan megaproyek ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur.

"Target itu lebih cepat dari target kontrak pekerjaan yang selesai pada 2021. Hingga Desember 2019, progres pembangunan jembatan yang berada di atas Teluk Balikpapan itu sudah mencapai 71 persen," kata Basuki dalam siaran pers, Minggu (8/12/2019).

Dengan adanya Jembatan Pulau Balang II, lanjut Basuki konektivitas antara Samarinda, Balikpapan dengan Ibu Kota Negara baru di Kabupaten Penajam Paser Utara akan lebih lancar ke depannya.

Saat ini, kendaraan dari Balikpapan menuju Penajam dan selanjutnya ke Kota Banjarmasin di Kalimantan Selatan dan kota lainnya, harus memutar dengan jarak sekitar 100 km dengan waktu tempuh sekitar 5 jam.

"Dengan adanya jembatan tersebut, nantinya jarak akan menjadi lebih pendek menjadi hanya sekitar 30 km dan perjalanan dapat disingkat hanya dalam waktu satu jam," jelas dia.

Tak hanya itu, jembatan tersebut juga bakal disambung dengan jaringan Jalan Tol Balikpapan menuju kawasan IKN. Adapun, kata Basuki, rencana menyambung jembatan dengan tol itu saat ini sedang dikaji pemerintah.

"Ini agar akses menuju IKN lebih lancar dan nyaman, tidak banyak berkelok-kelok, seperti yang kita lalui saat meninjau tadi," tuturnya.

Selain sebagai penghubung jaringan jalan poros selatan Kalimantan, jembatan ini juga mendukung rencana pengembangan pelabuhan peti kemas dan kawasan industri Kariangau.

Basuki menjelaskan, konstruksi jembatan tipe cable stayed ini terdiri dari bentang utama sepanjang 804 meter, jembatan pendekat sepanjang 167 meter, dan jalan akses sepanjang 1.807 meter. Biaya pembangunan jembatan adalah Rp1,38 triliun.

"Saat ini progres konstruksi Jembatan Pulau Balang II sudah memasuki proses pengecoran lantai jembatan dan pemasangan cable stayed jembatan," ujar dia.

Salah satu tantangan dalam pembangunan jembatan tersebut adalah faktor teknis terkait pemasangan bored pile karena terdapat lapisan batu yang sangat keras, sehingga harus mengubah metode pemancangannya. Tantangan lainnya adalah memasuki musim hujan 2019/2020, angin dan arus laut yang kuat.

Jembatan tersebut nantinya akan dilengkapi teknologi structural health monitoring system (SHMS) berupa sensor yang berfungsi untuk memantau kondisi kesehatan konstruksi jembatan. Pusat pemantauan tersebut saat ini sedang dibangun di bawah Jembatan Pulau Balang II.

Menurutnya sensor seperti itu sudah diaplikasikan pada empat jembatan lainnya di Indonesia, yakni di Jembatan Suramadu, Jembatan Ir. Soekarno di Manado, Jembatan Merah Putih Ambon, dan Jembatan Musi IV Palembang.

Baca juga artikel terkait PEMINDAHAN IBU KOTA atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Ringkang Gumiwang