Menuju konten utama

Pemerintah Targetkan 224 Desa Wisata Mandiri pada 2024

Kemenparekraf menargetkan akan ada 244 desa wisata yang telah tersertifikasi sebagai desa wisata mandiri di 2024.

Pemerintah Targetkan 224 Desa Wisata Mandiri pada 2024
Sejumlah wisatawan bermain air di Pesisir Pantai, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Senin (17/5/2021). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/foc.

tirto.id - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menargetkan akan ada 244 desa wisata yang telah tersertifikasi sebagai desa wisata mandiri. Target ini pun diharapkan tercapai sebagai upaya mendukung pencapaian RPJMN 2020-2024.

"Pada 2024 akan ada 244 desa wisata yang telah tersertifikasi sebagai desa wisata. Tahun 2023 Kemenparekraf juga menargetkan 75 Desa Wisata yang terkurasi yang berarti ada penambahan 50 persen dari tahun sebelumnya," katanya dalam pernyataannya, Selasa (1/11/2022).

Sandiaga mengatakan, setiap desa memiliki kesan tersendiri. Bahkan ketika melakukan road trip dia mengaku sering sesekali tidur di homestay dan penginapan sekitar desa tersebut untuk merasakan kehangatan masyarakat di sana.

"Jadi kekuatan desa ini selain alam dan budaya adalah masyarakatnya. Nature, culture, and people,” ujarnya.

Salah satun potensinya ada di Desa Matotonan di jantung Pulau Siberut yang menyimpan beragam keunikan. Desa yang berlokasi di Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai ini sudah masyhur sebagai desa wisata yang menyajikan kehidupan masyarakat etnis Mentawai.

Sayangnya infrastruktur pendukung menjadi tantangan mengingat lokasi desa yang terpencil dengan sarana yang terbatas. Untuk mendukung infrastruktur, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ITB (LPPM ITB) lantas menginisiasi melaksanakan perancangan dan pembangunan dermaga bronjong untuk penelitian dan pengabdian Masyarakat di Desa Matotonan.

Dermaga bronjong dirancang agar dapat menghentikan erosi sungai yang semakin mengambil lahan desa dan berpotensi membahayakan. Dermaga ini memiliki panjang 10 meter dengan ketinggian 3,5 meter. Selain itu dermaga bronjong juga diharapkan dapat mempermudah akses bagi pelancong memasuki desa.

"Hadirnya dermaga bronjong akan mempermudah akses turun naik pendatang dan juga warga desa ke Desa Matotonan, dan juga harapannya ini dapat menunjukkan kepada desa bahwa ada solusi untuk mengurangi erosi sungai yang cukup murah," ujar dosen ITB penanggung jawab kegiatan, Prasanti Widyasih.

Dermaga ini disepakati untuk dilaksanakan secara swadaya masyarakat atau gotong royong. Prasanti menjelaskan jika langkah tersebut bisa menjadi solusi yang relatif murah untuk permasalahan erosi sungai tidak hanya di Matotonan, namun juga di daerah lain di Indonesia.

Dia menuturkan di dekat dermaga juga dibangun gapura dengan desain khas Matotonan sebagai tanda masuk bagi pendatang yang datang ke desa. Pelaksanaan pembangunan dermaga dimulai sejak minggu kedua Juli 2022.

Kemudian pembangunan bronjong menggunakan batu yang diambil dari sungai yang sedikit jauh dari desa untuk mendapatkan jenis batu yang lebih kuat dan padat daripada batu di Sungai Rereiket. Bronjong kawatnya sendiri didatangkan dari Padang dan dirakit oleh tukang-tukang ahli setempat yang sebelumnya telah dibekali oleh tim ITB untuk memastikan kekuatan kawat bronjongnya.

"Matotonan menyimpan segudang potensi yang bersama-sama bisa kita kembangkan ke depannya," ujar Prasanti

Sebelumnya, diadakan pertemuan musyawarah antara tim ITB dengan perangkat desa yang menghasilkan suara bulat berupa dukungan kepada program ini. Pembangunan dermaga bronjong ini telah selesai pada akhir September 2022.

"Dengan adanya dermaga ini kita lebih merasa aman menyimpan perahu, lebih aman juga untuk naik dan turunnya, sama kalau bawa barang-barang dari perahu lebih mudah. Biasanya kita membawa sagu menggunakan keranjang, karena ada bronjong ini jadi lebih mudah naik sambil memikul keranjang," ujar salah satu warga Matotonan Rohadi.

Baca juga artikel terkait DESA WISATA DI INDONESIA atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin