Menuju konten utama

Pemerintah Punya Sisa Anggaran Rp254,2 Triliun per April 2021

SILPA Rp254,2 triliun dinilai aman sebagai buffer untuk menutupi kebutuhan belanja dan pembiayaan yang cukup besar pada Mei 2021.

Pemerintah Punya Sisa Anggaran Rp254,2 Triliun per April 2021
Warga mencari informasi tentang pajak di portal www.pajak.go.id dengan telepon pintarnya di Jakarta, Selasa (24/11/2020). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.

tirto.id - Pemerintah memiliki SILPA atau Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran sebesar Rp254,2 triliun per April 2021. Angka tersebut dinilai aman sebagai buffer untuk menutupi kebutuhan belanja dan pembiayaan yang cukup besar pada Mei 2021.

“Berarti posisi kas pemerintah sangat aman,” kata Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam paparan “APBN Kita” secara virtual pada Selasa (25/5/2021).

SILPA sebesar Rp254,2 triliun berasal dari pembiayaan yang diperoleh sebesar Rp392,2 triliun, dikurangi defisit APBN sebesar Rp138,1 triliun.

Realisasi pembiayaan tersebut berarti 34,8% dari target APBN 2021, atau 70,9% dari target pembiayaan pada semester I-2021. Target pembiayaan dipenuhi sebagian besar dari penerbitan SBN. Kontribusi pembelian SBN oleh BI berdasarkan SKB I mencapai Rp108,43 triliun.

Posisi SILPA pada April ini berarti lebih tinggi dibandingkan pada Maret 2021 yang hanya R178,8 triliun. Juga lebih tinggi dibandingkan April 2020 yang hanya Rp150,7 triliun.

Suahasil menjelaskan, kebutuhan belanja dan pembiayaan pemerintah cukup besar selama Mei 2021. Padahal pada saat yang sama, penerbitan SBN me,alui lelang tidak dilakukan selama libur lebaran. Itulah sebabnya posisi SILPA per 21 Mei 2021 turun menjadi Rp74,8 triliun.

Defisit APBN

Hingga April 2021, APBN mengalami defisit hingga Rp138,1 triliun. Angka itu berarti 13,7 persen dari target defisit dalam APBN 2021 yang sebesar Rp1.006,4 triliun. Defisit itu berarti meningkat hingga 85,5 persen secara year on year.

Dari sisi pendapatan negara, terealisasi Rp585 triliun atau 33,5% dari target APBN yang sebesar Rp1.743,6 triliun. Ini berarti peningkatan 6,5% secara year on year. Penerimaan pajak mengalami kontraksi 0,5% menjadi Rp374,9 triliun. Sementara kepabeanan dan cukai justru tumbuh hingga 36,5 persen menjadi Rp78,7 triliun (36,6% target), PNBP tumbuh 14,9% menjadi Rp131,3 triliun (44% target). Namun, pendapatan dari hibah terkontraksi hingga 94,2 persen menjadi hanya Rp100 miliar (5,7% target).

Pertumbuhan penerimaan PNBP di antaranya didukung oleh pendapatan SDA nonmigas yang tumbuh hingga 37,3% menjadi Rp11,9 triliun. Beberapa faktor yang mendorong adalah kenaikan harga komoditas seperti batubara, emas, perak, tembaga, timah, dan nikel. Juga dukungan kenaikan sektor kehutanan yakni dari kenaikan produksi kayu, kenaikan penggunaan areal kawasan hutan, dan pembayaran piutang PNBP PKH.

Pendapatan PNBP lainnya tumbuh 68,2 persen yang berasal dari kenaikan penjualan hasil tambang batubara dan layanan PNBP K/L. Sementara pendapatan BLU tumbuh hingga 84,2 persen yang berasal dari kenaikan pendapatan dari pengelolaan dana kelapa sawit dan layanan pendidikan.

Sementara PNBP dari pendapatan SDA migas juga menunjukkan tren kenaikan rata-rata berkat kenaikan harga minyak mentah sejak awal tahun 2021. Realisasi ICP 4 bulan terakhir sebesar USD56,20 per barel (APBN: USD45 per barel).

Dari sisi belanja, mengalami peningkatan hingga 15,9 persen secara year on year. Per April 2021, belanja negara sudah mencapai Rp723 triliun atau 26,3 persen dari target belanja sebesar Rp2.750 triliun.

Baca juga artikel terkait SILPA atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Nurul Qomariyah Pramisti
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Abdul Aziz