Menuju konten utama

Pemerintah Minta Pertamina Kembangkan BBM Ramah Lingkungan

Menteri ESDM Ignasius Jonan meminta Pertamina memulai membuat bahan bakar yang ramah lingkungan.

Pemerintah Minta Pertamina Kembangkan BBM Ramah Lingkungan
Menteri ESDM Ignasius Jonan memberikan keterangan pers capaian kinerja Kementerian ESDM di Jakarta, Jumat (4/1/2019). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

tirto.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meminta Pertamina mengembangkan Bahan Bakar Minyak (BBM) ramah lingkungan.

Pasalnya, BBM konvensional dinilai mengakibatkan polusi yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Jonan mengkhawatirkan bila polusi itu dapat menurunkan tingkat harapan hidup masyarakat.

“Kalau kita tidak memulai membuat bahan bakar yang ramah lingkungan, maka 25 tahun lagi polusinya akan sangat buruk,” ucap Jonan seperti dikutip dalam keterangan yang diterbitkan website Kementerian ESDM pada Jumat (18/1/2019).

Jonan berharap selain dapat menghasilkan BBM yang ramah lingkungan, juga 100 persen menggunakan bahan baku renewable energy.

"Masyarakat berharap minyak diesel yang dihasilkan Pertamina di kemudian hari, itu akan berasal dari renewable energy sehingga tingkat polusi yang dihasilkan itu akan rendah, akan makin sangat berkurang karena tidak bisa jika tidak ada sama sekali polusinya," terang Jonan.

Saat ini Jonan meminta Pertamina berfokus mengurangi polusi yang dihasilkan BBM. Sebab saat ini ia menilai polusi yang dihasilkan BBM belum dapat dihindari.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menuturkan, pengembangan BBM ramah lingkungan yang dilakukan Pertamina akan menggunakan bahan baku terbarukan. Ia pun mencontohkan adanya penggunaan kelapa sawit sebagai bahan baku.

Hal ini, kata Nicke, berbeda dengan pengembangan BBM ala pencampuran FAME. Namun, metode yang akan digunakan berupa Co-processing dan hydrorefining.

Nantinya kata Nicke bahan bakar jenis ini secara bertahap dikerjakan di beberapa kilang Pertamina. Harapannya, sebelum tahun 2023 sudah dapat diimplementasikan di empat kilang milik Pertamina yang memiliki Residual Fuel Catalytic Cracking (RFCC). Dengan demikian menurut Nicke, Pertamina dapat memproduksi green diesel, green avtur dan green fuel.

Co-processing dan hydrorefining tersebut akan menghasilkan energi yang lebih bersih jika dibandingkan dengan FAME yang hari ini kita hasilkan,” ucap Nicke.

Dia juga menambahkan, pengembangan BBM berbasis sawit selain lebih ramah lingkungan dan sedikit menghasilkan polusi tentunya juga akan dapat meningkatkan nilai tambah dari sawit itu sendiri dan mengurangi impor minyak mentah.

Baca juga artikel terkait BBM atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno