Menuju konten utama

Pemerintah Klaim Tangani Karhutla, Puncaknya Diprediksi September

Menkopolhukam Mahfud MD mengklaim pemerintah sudah berhasil menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dalam beberapa tahun terakhir ditandai minimnya kritik aktivis soal ini.

Pemerintah Klaim Tangani Karhutla, Puncaknya Diprediksi September
Menkopolhukam Mahfud MD (kanan) didampingi Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (kiri) memberikan keterangan pers usai mengadakan pertemuan di Jakarta, Selasa (4/2/2020). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga.

tirto.id - Menkopolhukam Mahfud MD mengklaim pemerintah sudah berhasil menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dalam beberapa tahun terakhir. Mahfud pun menyinggung minimnya kritik dari aktivis lingkungan sebagai parameter kesuksesan pemerintah dalam menangani karhutla.

"Protes-protes dari aktivis lingkungan hidup maupun dari negara-negara lain dalam 4-5 tahun terakhir ini sudah tidak begitu gencar karena kita telah menyiapkan semua langkah, baik untuk memitigasi, mencegah, menyelesaikan dan melakukan tindak lanjut," kata Mahfud usai rapat bersama Presiden Jokowi di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (23/6/2020).

Mahfud mengatakan, rapat kali ini tidak hanya menyelesaikan masalah karhutla, tetapi juga COVID-19 sehingga perlu langkah strategis dalam menghadapi musim kemarau.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan, pemerintah sudah mengidentifikasi siklus kebakaran hutan di Indonesia. Pemerintah memprediksi karhutla akan terjadi hingga September.

"Kita sudah mempelajari baik perilaku iklim maupun perilaku hotspot dan juga waktu-waktu ledakan karhutla yang rata-rata di Agustus minggu kedua ketiga sampai di September minggu pertama," kata Siti usai rapat bersama Presiden Jokowi dan jajaran di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa.

Siti mengatakan, kebakaran hutan terbagi dua fase untuk di daerah Aceh, Riau dan sebagian Sumatera Utara. Fase pertama terjadi pada April 2020. Kemudian fase kedua berlangsung antara Juni-Juli hingga Agustus akhir atau September 2020.

Dalam menangani kebakaran di dua fase tersebut, pemerintah menggunakan pendekatan rekayasa hari hujan. Pelaksanaan melibatkan BMKG untuk analisa iklim dan cuaca, BPPT untuk pelaksanaan teknologi serta TNI AU untuk pelaksanaan teknis.

Siti mengatakan, pemerintah sudah menangani fase pertama. Ia mengatakan, penanganan fase pertama penting karena berhubungan dengan pandemi COVID-19 dan Lebaran.

"Bapak presiden perintahkan jangan ada masalah dari lebaran dan seterusnya. Nah oleh karena itu Kita lakukan modifikasi cuaca ini beberapa tempat di Sumatera ini sudah kita lakukan pada 13 sampai 31 Mei sehingga lebaran jangan ada asap kemudian akan kita teruskan dan ini hasilnya," tutur Siti.

Siti mengatakan, rekayasa hujan membuat lahan gambut menjadi basah sehingga tidak terbakar.

Pemerintah kini menangani karhutla di Kalimantan. Berdasarkan analisa BMKG, hotspot akan mulai kering pada Juli hingga September. Pelaksanaannya pun akan melibatkan BNPB, BPPT, BMKG dan TNI dalam koordinasi Kemenkopolhukam.

Di saat bersamaan, pemerintah akan melihat lagi daerah Sumatera pada bulan Agustus hingga September. Pemerintah juga akan bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam pengawasan hutan serta monitoring.

"Ini mudah-mudahan bisa menjadi solusi yang ada formatnya begitu ya daripada madamin terus jadi ini dengan sistematis kita persiapkan," kata Siti.

Baca juga artikel terkait KARHUTLA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri