Menuju konten utama

Pemerintah Dorong 4 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru, Apa Saja?

Suahasil Nazara menekankan, perlunya memikirkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru ketika pandemi mulai mereda dan ekonomi mulai pulih.

Pemerintah Dorong 4 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru, Apa Saja?
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara melambaikan tangan usai bertemu Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (25/10/2019). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/hp.

tirto.id - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menekankan, perlunya memikirkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru ketika pandemi mulai mereda dan ekonomi mulai pulih. Setidaknya terdapat empat sumber pertumbuhan ekonomi baru yang bisa dimanfaatkan.

Pertama, melanjutkan kebijakan hilirisasi industri minerba. Menurutnya, pertambangan harus diolah dan diproduksi di dalam negeri, serta tidak boleh dijual secara raw material. Tujuannya untuk mendorong industri domestik, menambah lapangan kerja, dan meningkatkan penerimaan negara.

“Di sisi minerba, APBN siap memberikan insentif. APBN siap memberikan relaksasi. Hilirisasi menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Undang FDI (Foreign Direct Investment), undang modal-modal domestik melakukan hilirisasi dari produk-produk tambang kita,” kata Wamenkeu dalam acara The Indonesia 2023 Summit di Hotel Indonesia Kempinsi, Jakarta, Kamis (27/10/2022).

Kedua adalah mendorong penggunaan produksi dalam negeri, seperti arahan Presiden. Dia mengungkapkan sebesar Rp747 triliun dari Rp3.000 triliun belanja dalam APBN dan APBD 2022 sudah diidentifikasi untuk belanja produk dalam negeri.

“Ini akan kita tekuni, kita telateni, dan kita ingin memastikan bahwa belanja produksi dalam negeri ini bisa menjadi sumber pertumbuhan baru,” ujarnya.

Ketiga, untuk jangka menengah, sumber pertumbuhan ekonomi baru Indonesia adalah dengan melakukan transisi ekonomi menuju green economy. Dia mengatakan saat ini Indonesia sudah berkomitmen akan melakukan transisi ekonomi menuju green economy dengan cara mencapai Net Zero Emission 2060 atau lebih cepat.

Untuk mencapai komitmen tersebut, lanjut dia, Indonesia harus mengurangi pembangkit listrik batubara dan membangun renewables energy. Menurutnya kedua hal tersebut harus dilakukan, bahkan saat Indonesia sedang mengalami surplus listrik.

“Ini tidak akan menghentikan kita melakukan transisi ekonomi menuju Net Zero Emission. Ini peluang besar yang luar biasa. Ini sangat membutuhkan pemikiran kita semua dan Ibu Bapak sekalian kami ajak untuk menekuni transisi menuju green economy,” ujarnya.

Keempat, sumber pertumbuhan ekonomi baru Indonesia ke depan adalah perlunya memperdalam sektor keuangan. Saat ini, Indonesia di dalam proses untuk menyusun Rancangan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (RUU P2SK) yang didesain untuk menjawab permasalahan yang ada.

“Sektor keuangan kita itu quite shallow, belum cukup dalam. Dan ini adalah masalah literasi, masalah biaya transaksi, instrumen keuangan yang harus kita buka supaya bisa lebih banyak, lebih variatif, lebih kreatif, juga perlindungan konsumen, dan juga koordinasi di menjaga stabilitas sistem keuangan,” jelasnya.

Dia berharap reformasi P2SK melalui perumusan RUU yang dilakukan Pemerintah dengan DPR tersebut akan dapat meningkatkan akses seluruh masyarakat kepada sektor keuangan, memperkuat sumber pembiayaan jangka panjang, meningkatkan daya saing dan efisiensi, mengembangkan instrumen dan memperkuat mitigasi risiko, serta meningkatkan perlindungan investor dan konsumen.

“Ini adalah titik-titik penting dari diskusi kita mengenai sumber pertumbuhan ekonomi jangka panjang, khususnya yang bisa difasilitasi oleh sektor keuangan sebagai intermediasi,” pungkas dia.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang