Menuju konten utama

Pemerintah Akui Terlambat Antisipasi Kekurangan Pasokan Jagung

Kemenko Bidang Perekonomian mengakui keterlambatan dalam mengantisipasi kekurangan jagung saat paceklik karena pendataan dan sistem informasi yang kurang baik.

Pemerintah Akui Terlambat Antisipasi Kekurangan Pasokan Jagung
Buruh tani memindahkan jagung ke dalam bak truk usai dipetik di area pertanian Desa Paron, Kediri, Jawa Timur, Senin (6/8/2018). ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani.

tirto.id - Pemerintah melalui Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian mengakui keterlambatan dalam mengantisipasi kekurangan jagung saat paceklik karena pendataan dan sistem informasi yang kurang baik.

Deputi Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan pemerintah lebih ketat dalam mengatur importasi jagung dalam beberapa tahun terakhir, agar bisa memperluas tanaman jagung guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Tetapi kami melihat ada hal-hal yang tidak terukur, mungkin pendataan kita kurang tersistem dengan baik sehingga kami terlambat mengukur kekurangan. Akhirnya kami baru melakukan pencukupan kebutuhan peternak pada saat-saat terakhir," kata Musdhalifah pada diskusi yang diselenggarakan di Menara Kadin, Jakarta, Kamis (15/2/2019).

Ia mengatakan bahwa kesalahan pendataan akhirnya mengakibatkan selisih terhadap perhitungan kebutuhan jagung untuk industri kecil dan menengah.

Musdhalifah menilai Kementerian Pertanian dan BPS perlu memperbaiki data dan sistem informasi tanaman jagung. Ia berharap agar ada sinkronisasi data antara jumlah produksi dan kebutuhan jagung terutama musim paceklik.

"Kalau kita lihat di Jawa masih banyak yang belum mendapat jagung, tetapi di Sumatera Utara panen raya besar. Kemana jagung itu pergi? Mungkin industri kita menyerap besar sekali dan ini perlu diantisipasi lebih baik lagi," katanya.

Seperti diketahui, Pemerintah telah mengeluarkan izin impor jagung dengan total 280.000 ton dalam tiga tahap selama Desember 2018 sampai Januari lalu.

Impor jagung ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak dan menekan harga jagung yang kian mahal hingga mencapai Rp5.000 per kilogram di tingkat petani.

Baca juga artikel terkait IMPOR JAGUNG atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Antara
Penulis: Maya Saputri
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno