Menuju konten utama

Pemburu Api Jakarta yang Memadamkan Bermacam Masalah Warganya

Dinas pemadam kebakaran di DKI Jakarta serba bisa: Siap menangani bermacam keluhan warga Jakarta.

Pemburu Api Jakarta yang Memadamkan Bermacam Masalah Warganya
Petugas pemadam kebakaran tengah membakar sarang tawon di Gedung PKK di kawasan Kebagusan Jakarta, Kamis (31/1/2019). Tim damkar tak cuma menakkukkan api. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Mobil pemadam kebakaran memang selalu membelah jalanan dengan sirinenya yang memekakkan telinga. Namun, mereka tidak selalu sedang bergegas memburu si jago merah untuk ditaklukkan. Bisa jadi tengah melakukan hal sederhana: mengambil sarang tawon atau bahkan membongkar beton selokan untuk menyelamatkan gawai yang tersangkut.

“Itu harus dibakar! Kalau diasapi saja bisa lari ke mana-mana,” kata Ruwanto kepada saya, Kamis malam kemarin.

Beberapa saat sebelumnya, ia mengamati sarang tawon sebesar dua kali bola basket di samping pintu masuk Gedung PKK Melati Jaya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sarang tawon itu menggantung di salah satu ranting pohon mangga.

Ruwato adalah komandan peleton suku dinas Jakarta Selatan Sektor Pasar Minggu. Dia bekerja di Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan--disingkat Gulkarmat.

“Ada ratusan tawon ndas itu di dalam [sarang tawon],” ujar Ruwanto. “kalau goyang dikit saja, pada ngejar itu. Ngeri.”

Gedung PKK itu rutin didatangi Fery Farhati Ganis, istri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, setiap Jumat. Meski tak pernah ada yang menjadi korban sengatan, beberapa tawon kerap masuk ke dalam ruangan.

Ruwanto datang ke Gedung PKK sekitar pukul 20.40. Dia datang sendiri menunggangi motor Inazuma Gulkarmat. Sekitar sepuluh menit kemudian, anggotanya datang berarak: lima orang naik Mobil Light Rescue Ford R.DC4X4XLT dan empat orang lain mengendarai motor pribadi.

“Tawon ndas ini kalau mengenai orang lumayan .... sakitnya seminggu masih terasa,” tuturnya.

Tim yang dikerahkan Ruwanto sengaja bekerja pada malam hari. Alasannya, tawon akan berdiam di dalam rumahnya. Selain itu, tak ada lagi aktivitas warga di sekitarnya, yang berpotensi menjadi korban sengatan.

Tak Selalu Menaklukkan Api

Najib Afawaid dan Wahyu Marco Prasetyo mencopot sepatu bot. Mereka mengenakan baju rangkap dinas biru dongker dengan jaket pemadam kebakaran oranye. Lalu mereka menutupi wajah dengan masker.

Mereka dibantu rekan-rekannya merekatkan lakban putih bening di pergelangan kaki, masing-masing lengan, pinggang, dan masker. Tujuannya, agar tak ada sela bagi tawon yang menyelinap.

Meski mereka bekerja dengan kompak, tapi tak ada satupun yang bertugas sebagai tim medis.

“Medannya mudah tapi menjangkaunya susah,” kata Najib, menjelaskan sarang tawon yang letaknya di ketinggian sekitar empat meter.

Rekan kerjanya membawakan pipa besi berdiameter sekitar tiga sentimeter sepanjang enam meter. Ujung pipa itu dibalut kain bekas yang dikucuri bensin lalu disulut api.

Najib mengambil pipa besi itu. Dia sodorkan api ke sarang tawon. Bau seperti dedaunan yang dibakar menguar. Perlahan remahan sarang itu rontok.

Lelaki asli Ngawi, Jawa Timur, ini berkata biasanya jika tak dibakar, dia akan menyumpal tiap pintu masuk sarang tawon dengan kain yang sudah dikucuri bensin. Usai didiamkan beberapa saat, pasti akan terdengar gemuruh suara tawon yang tak bisa keluar dari sarang.

Setelahnya tinggal dimasukkan ke dalam karung. Sampai di pos Gulkarmat, sarang tawon itu langsung direndam air. Larva tawon biasanya dipakai untuk umpan memancing ikan.

“Tadi mau digituin tapi banyak ranting-ranting, takutnya tawon keluar duluan karena ada getaran,” ujarnya.

Usai sekitar delapan menit dibakar, seluruh sarang tawon sudah berjatuhan di lantai ubin. Menyisakan ranting yang hangus.

Ratusan tawon dewasa dan larva tergeletak. Beberapa pekerja Gedung PKK itu memungutinya untuk dimakan.

Infografik HL Indepth Orang Kecil Bertindak Besar

Infografik Orang Kecil Bertindak Besar: Tim Pemadam Ancaman

Dari Menyelamatkan Anjing hingga Gawai

Ruwanto mengisahkan seorang petugas Gulkarmat tak hanya dilatih untuk memadamkan api. Selain ada pelatihan semi-militer, mereka harus bisa mengevakuasi kucing, ular, kapal karam, pohon tumbang, sarang tawon, hingga gawai yang terjebak dalam selokan air.

“Kami dilatih seorang anggota rescue supaya dapat mengevakuasi dari ular sampai buaya. Masuk gorong-gorong dan menyelam juga dilatih,” ujarnya.

Pelatihan itu, kata Ruwanto, disesuaikan potensi bencana di masing-masing provinsi.

Pada setiap tugas, Najib Afawaid nyaris selalu berada di garda depan. Ketika terjadi kebakaran, Najib menyisir terlebih dulu ke dalam bangunan untuk menyelamatkan korban. Begitu juga saat menghadapi berbagai tugas lain.

“Pernah menyelamatkan anak anjing kejepit di gorong-gorong yang kecil. Terpaksa saya masuk, merayap gorong-gorong, panjangnya sekitar 10 meter sebesar badan saya. Keluarnya tetap mundur,” ujarnya.

Najib baru genap setahun bekerja sebagai petugas Gulkarmat. Awalnya ia selalu meniru apa yang dilakukan seniornya hingga dia bisa melakukannya sendiri.

“Yang bahaya kalau [evakuasi] ular kobra," katanya. "Kalau kecelakaan kerja, palingan disengat tawon."

Sebelumnya, Najib bekerja sebagai mekanik di salah satu pabrik daerah Sukabumi, Jawa Barat. Kini dia bekerja 24 jam dalam sehari. Setelahnya dia diliburkan selama dua hari.

“Kalau yang sudah PNS gajinya di atas UMR [DKI Jakarta]. Kalau PHL kayak saya masih UMR pas,” ucapnya.

Dalam sehari kerja pada Kamis kemarin saja, Najib memadamkan motor yang terbakar di daerah Pasar Minggu. Setelahnya, dia dan rekannya menangkap dua ular piton sanca. Lalu membakar sarang tawon.

Ada berbagai tugas lain yang dilakukan petugas Gulkamat DKI Jakarta. Misalnya pada Senin, 14 Januari lalu, mereka membongkar gorong-gorong di daerah Jatinegara, Jakarta Timur. Tujuannya untuk menyelamatkan gawai warga Jakarta yang tersangkut di dalamnya. Pada 4 Januari lalu, mereka menyelamatkan seorang warga yang memanjat baliho di daerah Salemba Raya, Jakarta Pusat.

Kadang-kadang, kata Najib, mereka kerap menjadi korban keisengan warga Jakarta. Biasanya ada telepon masuk yang melakukan orderan fiktif.

“Biasanya alamatnya tidak akurat. Kadang main-main, disamperin alamatnya ... ternyata enggak ada apa-apa,” ujarnya.

Baca juga artikel terkait PEMADAM KEBAKARAN atau tulisan lainnya dari Dieqy Hasbi Widhana

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Dieqy Hasbi Widhana
Penulis: Dieqy Hasbi Widhana
Editor: Fahri Salam