Menuju konten utama

Pembunuhan di KM Mina Sejati: Konflik Antar-ABK yang Bikin 2 Tewas

Dari total 36 jumlah ABK dan nakhoda, hanya 13 orang yang ditemukan dengan rincian 11 selamat dan dua lainnya tewas.

Pembunuhan di KM Mina Sejati: Konflik Antar-ABK yang Bikin 2 Tewas
Ilustrasi Kapal. foto/istockphoto

tirto.id - Sebanyak 23 anak buah kapal (ABK) KM Mina Sejati hingga kini belum ditemukan keberadaannya. Mereka hilang setelah insiden pembantaian yang terjadi Sabtu (17/8/2019) pekan lalu.

Menurut Komandan Pangkalan TNI AL (Danlanal) Aru, Letkol Laut Suharto Silaban, dari total 36 jumlah ABK dan nakhoda, hanya 13 orang yang ditemukan dengan rincian 11 selamat dan dua lainnya tewas.

Silaban mengatakan seluruh korban selamat kini berada di Markas Polres Pulau Aru untuk dimintai keterangan terkait insiden pembantaian di kapal tersebut. Sementara dua korban tewas tengah diautopsi di Rumah Sakit Cenderawasih Dobo, Kepulauan Aru.

Berdasarkan keterangan ABK yang selamat, kata Silaban, pembantaian di KM Mina Sejati diduga dilakukan tiga pelaku sesama ABK. Mereka termasuk dari 23 ABK yang hilang.

Pelaku diduga melakukan aksinya sekira pukul 10:00 WIT saat seluruh ABK sedang tidur setelah memancing cumi.

"Pagi hari pukul 10-an, saat ABK masih tidur, karena, kan, mereka ini ABK pancing cumi. ABK ini bekerja malam sampai pagi hari pukul 06.00, mereka sarapan lalu biasanya istirahat sampai sore. Jadi jam 10 itu mereka istirahat," kata Silaban, Jumat (23/8/2019).

Saat para ABK bangun, mereka melihat sebagian teman-temannya dalam kondisi luka-luka. Beberapa korban yang selamat mengalami luka dalam insiden itu. Mereka yang selamat menceburkan diri ke laut dan ditolong KM Gemilang Samudera yang tak jauh dari lokasi.

Silaban menampik insiden itu sebagai pembajakan atau perompakan di atas kapal, melainkan murni perkelahian antar-ABK. Namun, ia belum mengetahui motif dan penyebab di balik insiden tersebut.

"Itu murni perkelahian terus menyebabkan meninggalnya orang, perkelahian antar ABK," jelas Saliban.

Kesimpulan ini didasari ketiadaan barang yang hilang saat petugas gabungan Polri dan TNI AL memeriksa KM Mina Sejati. Ikan hasil pancing juga masih dalam keadaan terkunci.

Silaban belum bisa memastikan apakah 23 ABK yang hilang, termasuk pelaku, dalam keadaan hidup atau tewas. Namun menurut kesaksian ABK yang selamat, tiga pelaku diduga bunuh diri dan menceburkan diri ke laut.

"Kami enggak tahu apakah dia sudah meninggal, yang pasti tidak ada saat pemeriksaan di atas kapal KM Mina Sejati, tidak ditemukan orang, barang juga tak ada yang dicuri," jelasnya.

Sementara itu, pengelola KM Mina Sejati, Rinto menceritakan saat kejadian ia mendapat telepon dari nahkoda KM Gemilang Samudra bernama Along. Along melihat insiden yang dikiranya sebagai pembajakan, sehingga ia pun terus memonitor pergerakan KM Mina Sejati.

Rinto juga sempat dihubungi nahkoda KM Mina Sejati bernama Awi. Rinto menerima laporan bahwa ada keributan di ruang ABK di palka bawah dan setelah dicek ada ABK yang digorok.

"Saya bingung mau hubungi siapa, lalu tiba-tiba ada telepon masuk dari nomor asing yang mengaku dari laut dan menjelaskan KM Mina Sejati dibajak dan dibawa lari orang, sedangkan nahkoda Awi dan beberapa orang selamat setelah lompat ke laut," jelas Rinto seperti dikutip Antara.

Rinto mengklaim tak mengetahui penyebab keributan antarABK tersebut. Sepengetahuan dia, para ABK itu tak punya masalah dan mereka biasa bercanda saat memancing ikan serta cumi pada malam hari.

Bisa Diredam Sejak Awal

Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan (Center of Maritime Studies for Humanities), Abdul Halim menilai konflik antar-ABK memang kerap terjadi. Namun, ia heran mengapa konflik tersebut sampai menumpahkan darah.

Menurut Abdul, konflik di atas kapal biasanya terjadi saat ABK merasa hak-haknya tak dipenuhi atau ada rasa ketidakadilan. Ditambah volume pekerjaan yang berat, biasanya sistem pembagian kerja yang tak merata juga menjadi penyebab konflik.

"Latar belakang ABK ini, kan, pasti berbeda-beda. Seharusnya konflik ini sudah bisa diredam pemilik atau kapten kapal sejak awal, sebelum berlayar," kata Abdul Halim kepada reporter Tirto, Jumat (23/8/2019).

Atas dasar itu Abdul menilai perlu ada evaluasi perekrutan ABK oleh perusahaan pemilik kapal. Ia mengatakan pemilik kapal mesti menyeleksi awak kapal yang tak hanya memiliki kemampuan dasar berlayar, tetapi juga kondisi psikologis yang baik.

"Sehingga ketika mereka berlayar tak ada masalah yang dibawa, bebas dari masalah dan dengan emosi yang stabil," imbuhnya.

Baca juga artikel terkait PEMBAJAKAN KAPAL atau tulisan lainnya dari Bayu Septianto

tirto.id - Hukum
Reporter: Bayu Septianto
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Gilang Ramadhan