Menuju konten utama

Pembebasan Lahan Situs Adan-Adan Kediri Belum Diputuskan

Proses pembebasan lahan situs Candi Adan-Adan di Kabupaten Kediri menunggu penelitian mengenai peninggalan purbakala itu tuntas secara menyeluruh.

Pembebasan Lahan Situs Adan-Adan Kediri Belum Diputuskan
Sebuah Arca Dwarapala dengan posisi berdiri ditemukan di sebuah lahan kebun durian di Desa Adan-Adan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. FOTO/Tony Firman

tirto.id - Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Jawa Timur, Andi M Said mengatakan hingga kini pemerintah belum memutuskan soal pembebasan lahan situs Candi Adan-Adan di Desa Adan-Adan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.

Dia menjelaskan bahwa pembebasan lahan di situs tersebut harus melalui beberapa tahapan terlebih dulu. Menurut Said, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menuntaskan penelitian candi itu sehingga statusnya bisa disahkan sebagai sebuah situs budaya.

Said menjelaskan hal ini menjawab pertanyaan perwakilan masyarakat di sekitar lokasi Candi Adan-Adan pada saat acara sosialisasi hasil temuan Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) di Kediri pada Senin (2/10/2017).

“Bisa dilakukan pendeteksian yang lebih luas karena kemungkinan tidak hanya di lahan ini saja,” kata Said.

Dia menambahkan, “Kami melihat nanti polanya seperti apa, ruangnya seperti apa, sehingga bisa mengalokasikan berapa area yang bisa ditetapkan sebagai cagar budaya dan baru bisa dilakukan pembebasan lahan.”

Di tempat yang sama, Wakil Bupati Kediri Masykuri Ikhsan menyampaikan bahwa masalah pembebasan lahan harus disertai temuan yang jelas dan menjadi keputusan pemerintah pusat.

“Pemda akan merespon sesuai hasil-hasil pertemuan, itu saya kira jawaban sementaranya.” ujar Ikhsan.

Seperti diketahui, Tim Puslit Arkenas melakukan serangkaian penelitian dan ekskavasi tahap kedua di situas Adan-Adan sejak 24 September lalu sampai Selasa (3/10/2017) besok.

Dari hasil penelitian di tahun kedua ini, tim itu menemukan benda purba yaitu berupa Arca Dwarapala setinggi 180 sentimeter dengan posisi berdiri di kedalaman 80 sentimeter. Letaknya tidak jauh dari sepasang makara yang sudah muncul di permukaan tanah. Makara itu sudah digali hingga utuh dalam ekskavasi tahun 2016, dan disebut-sebut terbesar di Indonesia.

Novi Bahrul Munib arkeolog asal Kediri dan juga aktivis Pelestari Sejarah dan Budaya Kediri (Pasak) berharap ada upaya ekskavasi besar-besaran di daerah Kediri yang melibatkan banyak tim gabungan. Riset itu, menurut dia, semestinya berlangsung seperti saat ekskavasi besar di Trowulan, Mojokerto untuk mencari peninggalan istana Kerajaan Majapahit.

Menurut Novi, kendala selama ini adalah karena pendanaan yang minim dan waktu realisasinya yang terbatas dengan pola terpotong-potong.

“Di Kediri belum pernah (riset gabungan). Mungkin gema Majapahit terlalu dibesar-besarkan. Kerajaan-kerajaan seperti Medang dan Kediri belum,” tutur Novi yang juga terlihat membantu tim Puslit Arkenas dalam ekskavasi situs Adan-Adan.

Dia beralasan Majapahit memiliki keterkaitan erat dengan kerajaan Kediri. “Bendera merah putih yang dikibarkan pasukan Jayakatwang dari Kediri diklaim sebagai bendera merah putih Majapahit.”

Baca juga artikel terkait SEJARAH atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Addi M Idhom