Menuju konten utama

Pelajaran bagi Indonesia: Pemilu Malaysia Pemicu Gelombang Corona

Pemilu Sabah memicu munculnya gelombang ketiga pandemi COVID-19 di Malaysia. Ini semestinya jadi pelajaran bagi pemerintah yang ngotot menggelar Pilkada.

Pelajaran bagi Indonesia: Pemilu Malaysia Pemicu Gelombang Corona
Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) mengawasi pemilih di bilik suara khusus saat simulasi pemungutan suara dengan protokol kesehatan pencegahan dan pengendalian COVID-19 di TPS 18 Cilenggang, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (12/9/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/pras.

tirto.id - Kasus positif COVID-19 di Malaysia kembali meningkat dalam tiga pekan terakhir. Penambahan tertinggi terjadi pada 6 Oktober, 691 kasus, menurut Worldometer. Kurva sempat menurun hingga 10 Oktober dengan 374 kasus, akan kembali menanjak sehari setelahnya dengan 561 kasus dan 660 kasus pada 14 Oktober.

Peningkatan ini merupakan yang tertinggi sejak Malaysia melaporkan kasus positif pertama pada 1 Maret lalu. Penambahan kasus ini juga membuat mereka memasuki gelombang ketiga pandemi.

Peningkatan signifikan diduga kuat dipicu Pilihan Raya Negeri (PRN)--semacam pemilu--di Sabah pada 26 September. Sabah, negara bagian terbesar kedua setelah Sarawak, berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Utara, berkontribusi terhadap 65 persen kasus positif nasional.

Sepanjang dua pekan terakhir Sabah terus mencatat kasus positif terbanyak. Per 16 Oktober, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Malaysia, di sana terdapat 489 kasus baru. Sebagai perbandingan, Selangor, kota dengan penambahan kasus tertinggi kedua, ‘hanya’ mencatat 50 kasus baru.

Sementara Pulau Pinang 33 kasus; Labuan 19 kasus; Kuala Lumpur 10 kasus; Perak 9 kasus; Kedah 7 kasus; Johor 5 kasus; Melaka 3 kasus; Putrajaya 2 kasus; Negeri Sembilan dan Johor masing-masing 1 kasus.

Salah satu yang menuding PRN jadi sebab peningkatan kasus adalah mantan Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad. "Seharusnya PRN Sabah tidak diadakan," ujar pendiri Partai Pejuang Tanah Air (Pejuang) di Twitter, Senin (12/10/2020).