Menuju konten utama

Pegawai Garuda Indonesia yang Akan Mogok Kerja Diminta Menahan Diri

Serikat pekerja PT Garuda Indonesia berencana melakukan aksi mogok kerja sebagai respons penolakan laporan pertanggungjawaban Garuda yang dilakukan sejumlah stakeholder.

Pegawai Garuda Indonesia yang Akan Mogok Kerja Diminta Menahan Diri
sebuah pesawat jet Boeing 737 Garuda Indonesia diparkir di apron di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Indonesia. AP / Dita Alangkara

tirto.id - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi merespons surat rencana mogok kerja serikat pekerja Garuda Indonesia. Budi menyebut dirinya sudah menerima surat tersebut dan akan merespons Senin (29/4/2019).

"Sudah, sudah [mengetahui rencana mogok]. Nanti Hari Senin saya akan kirim suratnya," kata Budi saat ditemui di daerah HI, Jakarta, Minggu (28/4/2019).

Serikat pekerja PT Garuda Indonesia berencana melakukan aksi mogok kerja seluruh karyawan PT Garuda Indonesia, termasuk penerbang dan pramugari.

Aksi mogok digelar sebagai respons penolakan laporan pertanggungjawaban Garuda Indonesia yang dilakukan sejumlah stakeholder, salah satunya Chairul Tanjung.

Dalam surat tersebut menurut serikat pekerja Garuda Indonesia, aksi CT menurunkan kepercayaan publik kepada PT Garuda Indonesia.

Mereka melihat pula pernyataan Chairul telah merusak harga saham penerbangan plat merah tersebut. Kemudian, mereka menyebut kepercayaan pelanggan turun akibat penolakan laporan keuangan PT Garuda Indonesia.

Budi meminta agar para pegawai Garuda yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Serikat Karyawan Garuda untuk tidak melakukan mogok.

Ia meminta seluruh pihak dan stakeholder Garuda Indonesia menahan diri dan tidak terpancing emosi. Ia optimistis aksi mogok dapat dihentikan.

"Insyaallah. Saya minta mereka menahan diri," kata Budi.

PT Garuda Indonesia meraup untung 809,85 ribu dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang 2018. Kinerja perusahaan pelat merah itu jauh lebih baik dari data laporan keuangan 2017 yang mencatat kerugian sebesar 216,58 juta dolar AS.

Namun, kinerja apik perusahaan yang merugi sejak beberapa tahun terakhir ini tak sepenuhnya disambut baik oleh semua pihak. Dua komisaris Garuda, yaitu Chairal Tanjung dan Dony Oskaria mempertanyakan dan menolak menandatangani laporan buku tahunan Garuda 2018.

Chairal Tanjung dan Dony Oskaria adalah komisaris Garuda Indonesia yang mewakili pemegang saham dari PT Trans Airways dan Finegold Resources Ltd yang menguasai 28,08 persen saham emiten berkode GIAA itu.

Kedua komisaris itu menyoroti realisasi Perjanjian Kerja Sama Penyediaan Layanan Konektivitas Dalam Penerbangan, antara PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia (anak usaha Garuda), yang diteken pada 31 Oktober 2018.

Baca juga artikel terkait GARUDA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Bisnis
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Dipna Videlia Putsanra