Menuju konten utama

Pedagang Ungkap Alasan Harga Bahan Pokok Masih Mahal

Lonjakan harga pangan yang terjadi di tahun ini disebabkan karena pasokan belum aman.

Pedagang Ungkap Alasan Harga Bahan Pokok Masih Mahal
Pedagang melayani pembeli cabai merah di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (13/7/2022). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.

tirto.id - Sejumlah bahan pokok tercatat masih mengalami kenaikan. Misalnya telur ayam, minyak goreng, bawang merah sampai cabai merah.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri mengungkap alasan di balik lonjakan harga pangan yang terjadi di tahun ini. Salah satunya karena pasokan belum aman.

"Memang harganya beberapa komoditas itu memang sulit turunkan karena pasokannya belum aman. Jadi kalau pasokannya masih belum aman, ya agak berat ya," kata Abdullah kepada Tirto, Senin (1/8/2022).

Lebih lanjut, dia menuturkan saat harga pangan sudah tinggi karena dipicu oleh banyak masalah pasokan. Tidak hanya itu, dia menilai dua kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian yang seharusnya fokus mengelola komoditas malah lepas tanggung jawab.

"Dua kementerian ini saling lepas tanggung jawab. Maka akan lepas tanggung jawab juga harga pangan di negara ini. Nah penguatan yang paling penting dilakukan adalah pemetaan produksi wilayah pangan. Pemetaan produksi wilayah pangan itu harus ditentukan dengan dengan desain yang baik sebelum masa yang akan datang terjadi. Agustus itu permintaanya cukup tinggi ya, itu sebenarnya sudah terjadi di setiap tahun ya," kata dia.

Kemudian, dia pun menyarankan perlu ada penguatan pasokan dan pemantauan stok sehingga pemerintah bisa membantu mengamankan pasokan komoditas untuk konsumsi. Tidak hanya itu, dia juga meminta Kementerian Pertanian lebih terbuka terhadap kondisi dan stok saat ini. Jika hal tersebut bisa dilakukan maka ke depan lonjakan harga komoditas tidak akan terjadi.

"Tinggal diperkuat aja atau di musim kemarau itu komoditas apa saja yang mengalami defisit ya. Jangan sampai terjadi yang kemarin itu yang bawang merah stok produksinya akan turun karena gagal panen. Tapi kementan masih meyakinkan bahwa stok aman. Padahal memang kondisinya ini gak ada stok ya," bebernya.

Lonjakan harga pangan yang terjadi selama beberapa bulan ini juga memicu inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat minyak goreng memberikan andil deflasi sebesar 0,07 persen secara bulanan atau month to month (mtm) pada Juli 2022. Deflasi ini terjadi selama tiga bulan berturut-turut.

Untuk diketahui, deflasi secara sederhana yakni ketika terjadi penurunan harga-harga barang dan jasa secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu.

Kepala BPS, Margo Yuwono mengatakan, deflasi terhadap minyak goreng menjadi bukti apa dilakukan pemerintah dalam mengendalikan harga di lapangan berjalan maksimal. Hal ini tercermin dari harga minyak goreng baik curah maupun kemasan sudah turun dari sebelumnya.

"Ini memberikan indikasi bahwa upaya pemerintah menjaga harga minyak goreng sudah memberikan dampak pada deflasi tiga bulan secara beruntun," kata dia dalam Rilis BPS di Kantornya, Jakarta, Senin (1/8/2022).

Margo mengatakan, meksi deflasi terjadi secara tiga bulan beruntun, namun secara tahunan atau year on year minyak goreng masih memberikan andil inflasi sebesar 0,29 persen.

Baca juga artikel terkait PENGENDALIAN HARGA BAHAN POKOK atau tulisan lainnya

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah & Selfie Miftahul Jannah
Editor: Intan Umbari Prihatin