Menuju konten utama

PBSI Kesulitan Cari Tunggal Putri Petarung

PBSI mengakui bahwa proses perbaikan sektor tunggal putri bukanlah perkara mudah yang bisa diatasi dalam waktu singkat.

PBSI Kesulitan Cari Tunggal Putri Petarung
Manajer Tim Piala Sudirman 2019 Susi Susanti mencium bendera Merah Putih saat prosesi pelepasan Tim Piala Sudirman 2019 di Jakarta, Sabtu (11/5/2019). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/hp.

tirto.id - PBSI mengakui saat ini masih berjuang untuk mengejar ketertinggalan tim tunggal putri yang menjadi sektor paling tertinggal dibandingkan dengan empat sektor lainnya di pelatnas.

"Kami berusaha kerja keras, sampai berpikir terus, bagaimana caranya. Cari pemain yang petarung, bukan yang 'ya sudah lah'. Menang kalah enggak ada urusan, itu belakangan. Bagaimana dia berani dulu, ngelawan," kata Susi Susanti selaku Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, sebagaimana dikutip dari situs web resmi PBSI, Senin (24/6/2019).

Mantan tunggal putri peraih emas Olimpiade Barcelona 1992 itu menambahkan bahwa dibutuhkan seorang pemain yang mau bekerja keras dan pantang menyerah demi mengejar ketertinggalan di sektor tersebut.

"Di lapangan itu harus kejar bola ke manapun, mungkin ini sepertinya sepele, tapi kan kebiasaan. Mungkin sudah terbiasa 'ya sudah lah’. Enggak bisa kayak gitu kan, makanya mindset-nya harus diubah, sikapnya diubah," terang Susi.

"Saat ini tunggal putri yang harus ekstra kerja keras, makanya kenapa saya bawel ngomong terus, bukan menganakemaskan tunggal putri, tapi saya mau memacu semangat mereka,” ujarnya lagi.

Susi tampaknya juga masih belum puas dengan capaian tunggal putri terbaik Indonesia saat ini, Gregoria Mariska Tunjung. Ia menilai bahwa performa Gregoria masih kurang konsisten, akibat kurang mampu menjaga kondisi dirinya sendiri.

"Kami berharap di Gregoria, tapi dia masih on-off begitu, kadang bagus, kadang dia kalah dengan dirinya sendiri. Kurang jaga badan, dia harus disiplin sama diri sendiri. Kalau tidak bisa jaga kondisi dampaknya apa? Latihannya kepotong, sudah naik, turun lagi, bagaimana mau ke atas, kalau sudah mulai naik, sakit, nanti sudah naik lagi, sakit lagi, kan susah," beber Susi.

Wanita kelahiran 11 Februari 1971 tersebut juga menjabarkan bahwa proses perbaikan sektor tunggal putri bukanlah perkara mudah yang bisa diatasi dalam waktu singkat.

Kendati saat ini PBSI sudah dapat menarik pulang Rionny Mainaky yang pernah terjun dalam kepelatihan tim Jepang, tetap saja masih dibutuhkan proses panjang untuk mencapai target.

"Sambil kita cari, kalau yang atas enggak bisa, ya cari di yang bawahnya. Tapi kan nggak bisa instan, butuh proses," tandas Susi.

Baca juga artikel terkait PBSI atau tulisan lainnya dari Oryza Aditama

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Oryza Aditama
Penulis: Oryza Aditama
Editor: Ibnu Azis