Menuju konten utama

PBB: Tempat Paling Bahaya Bagi Wanita Adalah di Rumahnya Sendiri

Enam perempuan telah dibunuh setiap jamnya oleh seseorang yang mereka kenal.

PBB: Tempat Paling Bahaya Bagi Wanita Adalah di Rumahnya Sendiri
Ilustrasi pertengkarang rumah tangga. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Tempat paling berbahaya bagi wanita adalah di rumah mereka sendiri, laporan baru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa The U.N. Office on Drugs and Crime (UNODC) menyimpulkan.

Hal ini diuraikan dalam “Global Study on Homicide: Gender-related Killing of Women and Girls” yang dirilis pada hari Minggu (25/11/2018) bertepatan dengan Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan atau International Day for the Elimination of Violence Against Women.

Laporan tersebut menganalisis kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan di seluruh dunia pada tahun 2017, dengan berdasarkan data kekerasan dan pembunuhan pada pasangan di setiap keluarga. Tahun lalu, 87.000 wanita dibunuh di seluruh dunia, dan lebih dari separuh (50.000 atau 58 persen) dibunuh oleh pasangannya sendiri atau anggota keluarga.

Laporan tersebut juga menyoroti, perempuan jauh lebih mungkin meninggal akibat kekerasan dalam rumah tangga daripada laki-laki. Menurut penelitian, 82 persen dari pasangan intim korban pembunuhan adalah wanita dan 18 persen adalah pria.

Lebih dari sepertiga (30.000) dari mereka yang dengan sengaja dibunuh tahun lalu dibunuh oleh mantan pasangan. Ini berarti, secara global, enam perempuan telah dibunuh setiap jam oleh seseorang yang mereka kenal.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menggambarkan kekerasan terhadap perempuan sebagai "pandemi global" dalam pernyataannya di hari Minggu (25/11/2018) yang menandai hari pengakuan internasional.

"Ini merupakan penghinaan moral bagi kaum perempuan, kita semestinya malu pada semua masyarakat," katanya.

“Pada intinya, kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan adalah hasil dari kurangnya rasa hormat yang mendalam, [yang juga mengartikan] adanya kegagalan oleh laki-laki untuk mengakui kesetaraan dan martabat yang melekat pada perempuan. Ini adalah masalah hak asasi manusia yang mendasar.”

Direktur Eksekutif UNODC Yury Fedotov menjelaskan sebagian besar korban pembunuhan adalah laki-laki.

"Perempuan tetap membayar harga tertinggi sebagai akibat dari ketidaksetaraan gender, diskriminasi dan stereotip negatif. Mereka juga yang paling mungkin dibunuh oleh pasangan intim dan keluarga,” katanya.

Studi ini menunjukkan bahwa kekerasan terhadap perempuan telah meningkat dalam lima tahun terakhir, berdasarkan data dari 2012 di mana 48.000 (47 persen) pembunuhan perempuan dilakukan oleh pasangan intim atau anggota keluarga.

Secara geografis, Asia mengalami pembunuhan wanita paling banyak (20.000 kasus) yang dilakukan oleh pasangan intim atau anggota keluarga pada tahun 2017, diikuti oleh Afrika (19.000 kasus), Amerika Utara dan Selatan (8.000 kasus), Eropa (3.000 kasus) dan Oseania (300 kasus).

Baca juga artikel terkait KDRT atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani