Menuju konten utama

Patuhi Kampanye IngatPesanIbu dengan Disiplin 3M untuk Cegah Corona

Patuhi selalu kampanye #IngatPesanIbu dari pemerintah dengan Disiplin melakukan 3M untuk mencegah COVID-19.

Patuhi Kampanye IngatPesanIbu dengan Disiplin 3M untuk Cegah Corona
Sejumlah murid Madrasah Al Hidayah 2 mengikuti kegiatan Gerakan Bersama (GEMA) melawan COVID-19 di kantor UPTD BLK Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (3/11/2020). ANTARA FOTO/Candra Yanuarsyah/agr/foc.

tirto.id - Gerakan pemerintah mengampanyekan #ingatpesanibu dengan gerakan 3M; Memakai Masker, Menjaga Jarak Aman, dan Mencuci Tangan terus diserukan kepada masyarakat sebagai satu paket protokol kesehatan demi mencegah penularan COVID-19 semakin meluas.

Langkah ini merupakan rekomendasi dari para ahli dan dokter, karenanya perlu dipatuhi dan dijalankan secara disiplin.

Seperti diwartakan laman resmi Satgas COVID-19, survei AC Nielsen telah bekerja sama dengan UNICEF pada 6 kota besar di Indonesia dengan jumlah 2000 responden untuk mencoba menggali sikap masyarakat terkait praktik pencegahan COVID-19 pada kehidupan sehari-hari.

Menurut survei tersebut, 69,6% responden di 6 kota besar di Indonesia mengaitkan COVID-19 dengan aspek negatif seperti, berbahaya, menular, darurat, mematikan, menakutkan, khawatir, wabah, pandemi, dan penyakit.

Meski mayoritas responden mengasosiasikan COVID-19 dengan aspek negatif, namun hal-hal ini bisa mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak positif dalam mencegah penularannya.

“Ketakutan apabila dimanfaatkan dengan benar, kemudian bisa mengarahkan ke arah perilaku yang lebih baik. Karena kalau tidak diolah dengan baik ketakutan ini hanya akan jadi ketakutan saja, tidak menjadi aset untuk mengolah perubahan perilaku,” ujar UNICEF Communications Development Specialist Rizky Ika Syafitri.

Kemudian perilaku masyarakat terkait 3M secara rill di lapangan menunjukkan bahwa 31,5% dari seluruh responden melakukan seluruh perilaku 3M secara disiplin. 36% dari total jumlah responden melakukan dua dari perilaku 3M.

Sementara 23,2% melakukan 1 dari perilaku 3M. Hanya 9,3% dari responden yang tidak melakukan kepatuhan terhadap 3M sama sekali.

“Apabila kita analisa secara individual, menjaga perilaku jaga jarak (47%) lebih rendah daripada memakai masker (71%) dan mencuci tangan (72%)," terang Risang Rimbatmaja, Konsultan UNICEF.

Khusus untuk jaga jarak, kata Risang, ternyata ditemui ada aspek norma sosial yang berperan di sini.

"Misalnya, merasa tidak enak menjauh dari orang lain, orang lain yang mendekat ke saya, atau berpikir bahwa semua orang juga tidak menjaga jarak,” lanjutnya.

Selanjutnya, konsep kesalahan persepsi bahwa orang yang kelihatan sehat, dianggap tidak bisa menularkan penyakit juga menjadi faktor rendahnya penerapan perilaku menjaga jarak di kalangan masyarakat.

“Yang tidak kalah menonjol adalah salah persepsi, saya sehat atau orang lain sehat kenapa harus jaga jarak. Kelihatannya konsep Orang Tanpa Gejala (OTG) masih belum betul-betul berada di benak masyarakat,” jelas Risang Rimbatmaja.

Perlu bagi masyarakat luas mengetahui konsep OTG, karena masyarakat menjadi merasa tidak perlu menjaga jarak. Apabila masyarakat mengetahui lebih jauh lagi soal cara penularan COVID-19, diyakini bahwa masyarakat akan melakukan pencegahan lebih disiplin lagi.

“Tentunya semakin baik pengetahuannya, semakin berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan COVID-19 yang lebih baik dan disiplin,” tambah Rizky Ika.

Kebanyakan responden berpikir bahwa penularan COVID-19 melalui orang yang batuk dan bersin (71%). Hanya 23-25% responden yang menyebutkan penularan COVID-19 melalui berbicara dan bernafas.

Ini menjelaskan, mengapa jaga jarak dianggap tidak terlalu perlu saat berbicara dengan orang lain selama lawan bicara tidak batuk atau bersin.

Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan jelas menyampaikan bahwa jarak fisik membantu membatasi penyebaran COVID-19, yakni menjaga jarak setidaknya 1 meter dari satu sama lain dan menghindari menghabiskan waktu di tempat ramai atau berkelompok.

Oleh karenanya, jadilah pahlawan dan putuskan mata rantai penularan COVID-19 dengan selalu menjaga jarak fisik.

---------------------

Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH