Menuju konten utama

Pasokan Berkurang, Harga Cabai di Lebak Tembus Rp120 Ribu

Sejak dua hari terakhir harga cabai merah keriting di Kabupaten Lebak, Banten, mencapai Rp120.000 per kilogram dari yang sebelumnya Rp105.000 per kilogram.

Pasokan Berkurang, Harga Cabai di Lebak Tembus Rp120 Ribu
Seorang petani menunjukan hasil panen cabai di lahan pertanian Kalitengah, Wedi, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (10/1). Menurut petani selama musim penghujan disertai serangan hama jamur patek membuat hasil panen cabai mengalami penurunan dari empat kuintal per panen menjadi dua kuintal per panen. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho.

tirto.id - Pasokan yang terus-menerus berkurang akibat terbatasnya produksi membuat harga cabai merah keriting di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Lebak, Banten, makin naik. Sejak dua hari terakhir harga cabai merah keriting mencapai Rp120.000 per kilogram dari yang sebelumnya Rp105.000 per kilogram.

"Melonjaknya harga cabai merah keriting itu akibat pasokan makin berkurang," kata Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, Orok Sukmana, di Lebak, Sabtu (14/1/2017).

Saat ini, harga cabai di Kabupaten Lebak sejak empat pekan terakhir terus merangkak naik akibat terbatasnya produksi cabai tersebut. Produksi cabai pada Desember 2016 mencapai 103 ton dan tidak terpenuhi permintaan pasar dengan kebutuhan konsumsi sebanyak 141 ton dari penduduk 1,2 juta. Sementara itu konsumsi cabai untuk masyarakat di daerah ini mencapai 0,112 kilogram per kapita.

Karena itu, pihaknya mendatangkan cabai dari sejumlah daerah di Provinsi Jawa Barat,seperti Cianjur, Bogor dan Sukabumi. Namun, saat ini di daerah sentral produksi berkurang akibat curah hujan tinggi yang menyebabkan suhu udara lembab. Biasanya, suhu lembab itu dapat menimbulkan serangan hama maupun organisme pengganggu tanaman (OPT).

Saat ini tanaman cabai yang siap dipanen terserang hama patek sehingga petani melakukan panen lebih awal dalam kondisi hijau dan belum berwarna merah. Selain itu, permintaan pasar meningkat untuk kebutuhan restoran, rumah makan, rumah tangga, dan pesta pernikahan.

"Saya kira melonjaknya harga cabai akibat terbatasnya produksi sehingga tidak memenuhi permintaan pasar," katanya.

Nurmanah (55), seorang ibu rumah tangga yang warga Rangkasbitung, menilai harga cabai merah keriting itu cukup tinggi dan memberatkannya, namun permintaan cenderung meningkat karena sudah menjadi kebutuhan pokok. "Kami berharap harga cabai merah itu bisa kembali turun hingga Rp35.000 per kilogram," katanya.

Ujang (45), seorang pedagang di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengatakan selama ini harga cabai merah keriting terjadi kenaikan dengan kisaran Rp12.0000 per kilogram. Sedangkan, cabai rawit menembus Rp80.000 per kilogram dari sebelumnya Rp45.000/Kg.

"Dengan kenaikan harga cabai juga banyak pembeli mengurangi yang sebelumnya satu kilogram, namun kini setengah kilogram saja," ujarnya.

Cabai Magetan Terserang Hama Lalat Buah

Sementara itu, tanaman cabai rawit di Desa Kedungpanji, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, terserang hama lalat buah hingga membuat petani rugi jutaan rupiah. Petani cabai rawit Desa Kedungpanji, Kecamatan Lembeyan, Suwondo, di Magetan, Sabtu (14/1/2017) mengatakan akibat serangan hama lalat buah, tanaman cabai tidak bisa berkembang dengan baik.

"Selain itu, buah cabai yang tumbuh juga tidak maksimal dan membusuk. Kami rugi hingga jutaan rupiah atas kondisi ini," ujar Suwondo kepada Antara.

Menurut dia, sejak musim tanam hingga menjelang masa panen kali ini, tanaman cabainya sudah diserang hama lalat buah. Pihaknya sudah melakukan penyemprotan obat, namun upaya itu sia-sia, karena lalat buah tak kunjung hilang. Kondisi hama lalat buah yang sulit diberantas tersebut juga dipengaruhi oleh cuaca yang tidak menentu. Setelah disemprot, turun hujan, obatnya hilang dan malah hamanya yang bertahan, kata Suwondo.

Hal yang sama dialami oleh petani cabai keriting di desa setempat, Sunarto. Tanaman cabai keritingnya diserang hama ulat "grayak". "Ulat grayak itu memakan buah cabai sehingga membuat cabai rusak, berlubang, dan rontok. Petani rugi jutaan rupiah," kata Sunarto.

Kondisi seperti itu membuat hasil panen petani merosot tajam. Hasil panenan yang minim, berdampak juga pada pasokan petani ke pedagang di pasar. Hal itulah yang membuat harga cabai rawit dan jenis cabai lainnya meroket di pasaran.

Suwondo menambahkan, di saat harga cabai sedang tinggi di pasaran, para petani tidak diuntungkan dengan kondisi tersebut. Hasil panen yang merosot dan tingginya biaya produksi selama masa tanam belum sebanding dengan harga jual cabai di tingkat petani.

"Untuk menutupi biaya produksi, kami terpaksa menanam kacang di sela tanaman cabai. Dengan harapan hasil panen kacang bisa memberikan keuntungan," kata dia. Pihaknya berharap kondisi cuaca di tahun 2017 lebih baik dari sebelumnya, sehingga dapat mendukung pada musim tanam cabai berikutnya.

Baca juga artikel terkait CABAI atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan