Menuju konten utama

Pasien Kanker Berisiko Lebih Tinggi Terkena Penyakit Herpes Zoster

Jenis kanker yang rentan terkena herpes zoster antara lain kanker mulut, esofagus, lambung, kolorektal, paru-paru, payudara, ovarium, dan prostat.

Pasien Kanker Berisiko Lebih Tinggi Terkena Penyakit Herpes Zoster
Ruam erythema multiforme yang menyebar luas. Ruam erythema multiforme biasanya muncul selama tiga hingga lima hari dan membaik dalam waktu sekitar dua minggu. FOTO/healthline.com

tirto.id - Orang yang didiagnosis kanker bisa berisiko terkena bulir-bulir atau ruam mirip cacar air. Ruam ini disebut dengan Herpes Zoster.

Hal ini diperkuat dengan penelitian berjudul Herpes zoster risk after 21 specific cancers: population-based case–control study yang menjelaskan bahwa pasien kanker berisiko tinggi terkena herper zoster. Hubungan antara herpes zoster dan kanker biasanya paling kuat dalam 2 tahun setelah diagnosis.

Berdasarkan penelitian ini, sebanyak 192.081 pasien diperiksa secara keseluruhan berhubungan positif dengan risiko herpers zoster. Jenis kanker yang rentan terkena herpes zoster antara lain kanker mulut, esofagus, lambung, kolorektal, paru-paru, payudara, ovarium, prostat, ginjal, kandung kemih, dan leukemia.

Penelitian lain berjudul Risk of Herpes Zoster in Cancer Patients and the Promise of New Vaccines menjelaskan bahwa orang immunocompromised atau system imunnya yang tidak berjalan normal seperti pasien kanker cenderung terkena herpes zoster. Hal ini disebabkan kanker diketahui akan mereaktivasi virus laten varicella zoster.

“Pasien dengan kanker darah memiliki risiko 3 kali lipat lebih tinggi terkena herpes zoster. Selain itu kemoterapi yang biasa digunakan sebagai alternative pengobatan kanker bisa berisiko terkena herpes zoster,” tulis Kawai Kosuke.

Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella-zoster yaitu virus yang sama yang menyebabkan cacar air. Siapa pun yang menderita cacar air dapat mengalami herpes zoster. Setelah sembuh dari cacar air, virus bisa memasuki sistem saraf dan dalam sistem saraf virus bisa tidak aktif selama bertahun-tahun.

Tetapi virus ini akan aktif kembali dan melakukan perjalanan sepanjang jalur saraf ke kulit yang akan memunculkan herpes zoster. Tapi, tidak semua orang yang menderita cacar air akan menderita herpes zoster.

Dilansir Mayoclinic, gejala herpes zoster bisa berupa nyeri, terbakar, mati rasa atau kesemutan, Nyeri biasanya merupakan gejala pertama dari herpes zoster. Bagi sebagian orang, ini bisa sangat intens.

Selain itu beberapa orang juga akan mengalami sensitivitas terhadap sentuhan, munculnya ruam merah yang dimulai beberapa hari setelah sakit, lepuhan berisi cairan dan mengeras, dan gatal. Demam, sakit kepala, sensitivitas terhadap cahaya, dan kelelahan juga bisa menjadi tanda munculnya ruam ini.

Seseorang dengan herpes zoster dapat menularkan virus varicella-zoster kepada siapa saja yang tidak kebal terhadap cacar air. Ini biasanya terjadi melalui kontak langsung atau terkena ruam yang pecah di salah satu bagian tubuh si penderita herpes zoster. Setelah terinfeksi, orang tersebut akan terserang cacar air terlebih dahulu.

Dilansir WebMD, jika sudah terkena cacar air sebaiknya kita mulai menghindari orang lain terutama mereka yang memiliki system kekebalan yang rendah seperti wanita hamil dan bayi baru lahir. Pencegahan Herpes Zoster bisa dilakukan dengan memberi vaksin pada pasien. Ada dua jenis vaksin yang bisa diberikan. Vaksin cacar air dan vaksin herpes zoster.

Vaksin cacar air atau vaksin varicella (Varivax) telah menjadi imunisasi rutin anak untuk mencegah cacar air. Vaksin ini juga direkomendasikan untuk orang dewasa yang belum pernah menderita cacar air. Meskipun vaksin tidak menjamin kita tidak akan terkena cacar air atau herpes zoster, setidaknya vaksin ini dapat mengurangi kemungkinan komplikasi dan mengurangi keparahan penyakit.

Vaksin herpes zoster terdiri dari dua jenis yaitu Zostavax dan Shingrix. Zostavax, yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 2006, telah terbukti menawarkan perlindungan terhadap herpes zoster selama sekitar lima tahun. Ini adalah vaksin hidup yang biasanya disuntikan pada bagian lengan atas.

Sementara itu, vaksin shingrix juga telah disetujui oleh FDA pada tahun 2017 dan merupakan alternatif pilihan selain Zostavax.

Penelitian menunjukkan Shingrix menawarkan perlindungan terhadap herpes zoster melebihi lima tahun. Ini adalah vaksin tidak hidup yang terbuat dari komponen virus, dan diberikan dalam dua dosis. Shingrix disetujui dan direkomendasikan untuk orang berusia 50 tahun dan lebih tua, termasuk mereka yang pernah menerima Zostavax.

Efek samping yang paling umum dari vaksin herpes zoster adalah kemerahan, nyeri, nyeri tekan, bengkak dan gatal di tempat suntikan, dan sakit kepala.

Infografik SC Herpes Zoster

Infografik SC Herpes Zoster. tirto.id/Rangga

Baca juga artikel terkait KANKER atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Febriansyah
Penulis: Febriansyah
Editor: Yulaika Ramadhani