Menuju konten utama

Pasca-Erupsi Susulan Merapi, Warga Cangkringan Masih Mengungsi

Warga yang masih mengungsi pasca-erupsi Gunung Merapi berasal dari Dusun Kalitengah Lor dan Kalitengah Kidul di Desa Glagaharjo; serta Desa Umbulharjo dan Argomulyo.

Pasca-Erupsi Susulan Merapi, Warga Cangkringan Masih Mengungsi
Sejumlah warga mengungsi di Balai Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (21/5/2018). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

tirto.id - Pada Selasa (22/5/2018) dini hari sekitar pukul 01.47 WIB, Gunung Merapi kembali mengalami erupsi freatik susulan. Letusan kecil ini sebelumnya juga terjadi sebanyak tiga kali pada Senin (21/5/2018) pada pukul 01.25 WIB, 09.38 WIB, dan 17.50 WIB.

Usai erupsi tersebut, dilaporkan bahwa hingga saat ini puluhan warga lereng Gunung Merapi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta masih bertahan di barak pengungsian.

"Saat ini hingga pukul 06.00 WIB masih ada sebanyak 69 warga yang bertahan di barak pengungsian. Mereka terdiri para lansia dan balita," kata Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Kabupaten Sleman Makwan, Selasa, sebagaimana diwartakan Antara.

Menurut dia, warga yang masih mengungsi tersebut terdiri dari warga di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul di Desa Glagaharjo dan warga di Desa Umbulharjo serta Argomulyo.

"Di Balai Desa Glagaharjo tercatat yang sebelumnya ada 371 pengungsi saat ini tinggal tujuh pengungsi, mereka dalam kondisi sehat," tuturnya.

Kemudian di Huntap Dusun Singlar, Glagaharjo dari 19 pengungsi, tinggal satu pengungsi, di rumah Dukuh Kalitengah Lor dari 44 pengungsi tinggal 29 pengungsi, rumah Dukuh Kalitengah Kidul masih ada 20 pengungsi.

"Sedangkan di SD Sanjaya Tritis dari 510 pengungsi tadi malam, pagi ini tinggal 10 pengungsi, di Balai Desa Argomulyo dari 200 pengungsi sudah pulang semua, Balai Desa Umbulharjo dari 200 pengungsi sudah pulang semuya dan Balai Desa Sindumartani, Ngemplak dari 20 pengungsi sudah pulang semua. Sementara di Kantor Kecamatan Cangkringan dari 100 pengungsi sudah pulang semua," kata dia.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan, meningkatnya aktivitas vulkanik pasca-letusan freatik yang diikuti kegempaan membuat, status Gunung Merapi naik. Sejak Senin 21 Mei 2018 pukul 23.00 WIB status Merapi meningkat dari Normal (level I) menjadi Waspada (level II).

"Dengan naiknya status Waspada maka penduduk yang berada di dalam radius 3 km dari puncak Gunung Merapi harus dikosongkan. Tidak boleh ada aktivitas masyarakat di dalam radius 3 km. Kegiatan pendakian untuk sementara dilarang kecuali untuk kegiatan penyelidikan dan penelitian terkait mitigasi bencana," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya.

Akibat erupsi ini, hujan abu vulkanik jatuh di sekitar Gunung Merapi yakni Kabupaten Sleman. Wilayah sebaran abu vulkanik ini meliputi Kecamatan Cangkringan (Desa Glagaharjo, Desa Kepuharjo, Desa Umbulharjo), Kecamatan Pakem (Desa Purwobinangun, Desa Hargobinangun, Desa Kaliurang), dan Kecamatan Ngemplak (Desa Widomartani).

Sejak tadi malam sebagian masyarakat telah mengungsi mandiri ke tempat yang lebih aman. Sekitar 298 jiwa warga dari Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, dan Srunen di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman mengungsi mandiri ke Balai Desa Glagaharjo.

"BNPB terus berkoordinasi dengan PVMBG dan BPBD, baik di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mengantisipasi letusan dan kenaikan status Waspada," kata Sutopo.

Ia juga mengimbau agar masyarakat tetap tenang. Masyarakat diharap tidak terpancing pada isu-isu mengenai letusan Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya.

"Masyarakat diimbau mengikuti arahan dari Pemda setempat. Pemerintah akan terus hadir membantu masyarakat," katanya menegaskan.

Baca juga artikel terkait GUNUNG MERAPI atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari