Menuju konten utama

Para Pemain Asing Kecewa, Nasib Manchester United Semakin Pelik?

Tiga pemain asal Spanyol di MU merasa terpinggirkan dalam hal negosiasi perpanjangan kontrak. Padahal, performa mereka jauh lebih meyakinkan ketimbang pemain-pemain lokal yang sudah diperpanjang kontraknya.

Para Pemain Asing Kecewa, Nasib Manchester United Semakin Pelik?
Abder Herrera dari Manchester United, kanan, berbicara kepada kiper rekan setimnya David De Gea saat mereka keluar dari lapangan setelah kemenangan 3-1 tim dalam pertandingan sepak bola Liga Primer Inggris antara Manchester United dan Aston Villa di Stadion Old Trafford, Manchester, Inggris , Sabtu, 4 April 2015. Jon Super / AP

tirto.id - Manchester United sedang berada dalam situasi sulit. Pada delapan pertandingan terakhir di semua kompetisi, Setan Merah menderita enam kekalahan. Dalam delapan partai itu, rasio kemenangan mereka bahkan cuma menyentuh 25 persen, paling rendah di antara enam klub the big six EPL lainnya.

Terakhir, Setan Merah kalah dari Everton empat gol tanpa balas dalam laga di Goodison Park, Minggu (21/4/2019) malam.

Bak sudah jatuh tertimpa tangga, usai rentetan hasil buruk tersebut, MU diterpa isu miring lain. Menurut laporan AS, pemain-pemain MU yang berkewarganegaraan Spanyol melontarkan protes karena didiskriminasi oleh petinggi klub. Nama-nama yang dimaksud, yakni Ander Herrera, Juan Mata, dan David De Gea.

Mata, Herrera, dan De Gea merasa dipersulit ketika ingin meminta permohonan kenaikan gaji dan perpanjangan kontrak. Padahal, ketiga pemain dalam kondisi masa depan di ujung tanduk dan dikabarkan membuka pintu untuk tetap berkarier di Old Trafford.

Meski sudah menebar kode minta perpanjangan kontrak, pihak klub enggan merespons dan terkesan ogah menuruti permintaan kenaikan gaji masing-masing.

De Gea masih punya kontrak di Old Trafford sampai akhir musim depan dan kini bergaji 200 ribu paun per pekan. Dia minta kenaikan gaji jadi 350 ribu paun per pekan. Sementara Herrera dan Mata akan habis kontrak pada musim panas nanti. Herrera kini digaji 75 ribu paun per pekan dan minta kenaikan jadi 200 ribu paun, namun klub bersikeras tidak mau memberikan tawaran di atas 160 ribu paun.

Diskriminasi ketiganya memang terlihat jika kita membandingkan perlakuan petinggi klub kepada para pemain lokal. Luke Shaw, Phil Jones, Chris Smalling, dan Ashley Young misalnya. Keempat nama yang seluruhnya berpaspor Inggris itu cenderung dipermudah untuk mendapat perpanjangan kontrak jangka panjang. Per musim ini, mereka bahkan sudah mendapat kontrak baru.

"Pemain Inggris seperti Luke Shaw, Phil Jones, Chris Smalling, dan Ashley Young telah menandatangani kontrak baru masing-masing musim ini, padahal para pemain asal Spanyol masih ketar-ketir menunggu masa depan mereka di klub," tulis AS dalam laporannya.

Setelah dirunut, rupanya bukan cuma para pemain asal Spanyol saja yang dipersulit untuk mendapat perpanjangan kontrak. Misalnya, Marcos Rojo dan Alexis Sanchez juga menerima perlakuan serupa.

"Pemain lain yang berbicara dalam bahasa Spanyol seperti Alexis dan Marcos Rojo merasakan para pemain Inggris lebih diberi perlakuan istimewa," imbuh pemberitaan tersebut.

Potensi Kehilangan Besar

Diskriminasi yang dirasakan para pemain asal Spanyol itu membuat mereka mulai serius mempertimbangkan angkat kaki dari Manchester. David De Gea semakin santer dihubungkan dengan kepindahan ke Paris-Saint Germain atau Juventus. Gelandang Ander Herrera bahkan sudah mencapai kesepakatan personal dengan PSG. Sementara, Juan Mata mulai didekati klub-klub asal Spanyol, termasuk Barcelona yang punya ketertarikan tinggi terhadap servisnya.

Ketertarikan-ketertarikan itu sebenarnya wajar belaka. Soalnya jika melihat rapor secara individu, maka performa yang ditunjukkan tiga sosok asal Spanyol itu patut diacungi jempol.

David De Gea misal, berdasarkan data transfermarkt jebolan Atletico Madrid itu total sudah membuat 128 cleansheet (pertandingan tanpa kemasukan gol) dari total 358 penampilan.

Jumlah penyelamatannya di EPL musim ini (109 penyelamatan) juga jadi salah satu yang tertinggi. Akibat penampilan konsistennya, selama enam musim terakhir EPL, dia bahkan sudah lima kali dinobatkan sebagai kiper terbaik sepanjang musim (goalkeeper of the season).

Hal yang tidak beda jauh ditunjukkan oleh Ander Herrera. Terlepas dari faktor cedera yang menghalanginya tampil banyak sepanjang musim ini, Herrera merupakan salah satu pemain konsisten di lini tengah MU.

Sejak didatangkan dari Spanyol dan tampil dalam 130 laga, pemain kelahiran 1989 ini rata-rata mampu mengakhiri dua per tiga dari keseluruhan tackle-nya dengan sukses. Dia juga berhasil melakukan recovery bola sebanyak 662 kali dan melakukan 227 intersep.

Sebagai gelandang, kontribusinya untuk membantu pertahanan pun tak main-main. Ini terbukti dengan total 49 blok terhadap tembakan pemain lawan. Herrera juga mampu mengemas 20 gol sejak tiba di Old Trafford.

Pelatih Ole Gunnar Solskjaer bahkan sudah sempat melempar kode jika dia berharap klub bisa mencegah kepindahan Herrera ke PSG.

"Kami ingin pemain terbaik tetap berada di klub. Mari berharap agar kesepakatan tercapai. Kami ingin punya skuat hebat musim depan, dan Ander [Herrera] tampil sangat baik sejak saya tiba," ujar Solskjaer, seperti dilansir Goal.

Untuk kasus Juan Mata, performanya juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Sejak didatangkan dari Chelsea, Mata sudah menorehkan 216 penampilan dengan rapor 44 gol serta 37 assist.

Yang Diprioritaskan Justru Mengecewakan

Berbeda dari tiga nama asal Spanyol di atas, sosok-sosok seperti Ashley Young, Chris Smalling, Luke Shaw hingga Phil Jones malah relatif tampil mengecewakan. Mereka bahkan sering dicap sebagai pemain yang bermain di bawah standar selama tren buruk MU dalam delapan laga terakhir.

Saat MU dipermalukan Barcelona 0-1 pada leg pertama Liga Champions dua pekan lalu, pengamat sepak bola Chris Sutton bahkan tidak malu-malu menyebut Ashley Young sebagai kapten terburuk sepanjang sejarah MU.

"Mari kita langsung saja ke intinya, dia [Young] adalah kapten terburuk sepanjang sejarah United dan bek kanan terburuk sepanjang sejarah mereka," kata Sutton dalam program televisi Saturday Morning Savage yang tayang di BT Sport.

Olok-olok Sutton itu ada dasarnya. Sepanjang pertandingan, Young memang tampil memalukan. Dia 32 kali kehilangan bola dari kakinya dan melepaskan 11 umpan silang tanpa ada satu pun yang akurat.

Statistik itu tidak cuma berlaku di Liga Champions, tapi juga di EPL. Berdasarkan data Whoscored dalam 24 penampilan di liga musim ini, akurasi umpan Young cuma menyentuh angka 76,7 persen, persentase yang buruk untuk ukuran bek sayap dari klub sekelas MU.

Smalling dan Jones juga tidak kalah mengecewakan. Sebagai seorang bek, keduanya mencatatkan rataan tekel per laga yang rendah. Smalling melakukan 1,2 tekel per pertandingan, sementara Jones malah cuma 0,9. Keduanya juga tampil mengecewakan dalam laga terakhir kontra Everton semalam. Usai kekalahan 4-0 itu, Solskjaer sempat mengeluh dengan performa pemain-pemainnya.

"Penampilan kami sangat sulit dijelaskan karena saking buruknya. Everton mengalahkan kami dalam segala aspek dasar, dari mulai lemparan ke dalam, sepak pojok, serangan balik, penguasaan bola. Kami kalah dalam segalanya," kata Ole.

"Jika Anda ingin bermain di klub ini, seharusnya bisa lebih. Saya yakin masih bisa sukses di MU, tapi akan ada pemain yang tidak akan jadi bagian kesuksesan tim," imbuhnya.

Ole tidak merinci siapa sosok yang dia keluhkan penampilannya. Namun jika melihat daftar pemain yang ada, tidak sulit untuk menyimpulkan bahwa pemain-pemain Inggris yang selama ini diberi perlakuan istimewa justru membuatnya kecewa.

Baca juga artikel terkait LIGA INGGRIS atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Abdul Aziz