Menuju konten utama

Para Ibu Natal, Sinterklas Versi Perempuan

Di beragam kebudayaan ada tokoh fiktif yang pekerjaannya mirip Sinterklas: memberikan hadiah bagi anak-anak baik. Bedanya, mereka perempuan.

Para Ibu Natal, Sinterklas Versi Perempuan
Ilustrasi La Befana. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Where art thou, Mother Christmas?

I only wish I knew

Why Father should get all the praise

And no one mentions you

Dalam bait pertama puisi "Mother Christmas" tersebut pengarang kenamaan Roald Dahl mempertanyakan di mana gerangan sang Ibu Natal dan mengapa hanya Bapak Natal yang mendapat pujian. Sentimen Dahl terhadap Bapak Natal bisa dilihat lebih lanjut dalam dua bait berikutnya, tapi tak perlulah dituliskan di sini.

Pak tua berjuluk "Father Christmas" itu tak lain Santa Claus. Kita semua sudah mafhum dengan sosoknya dan apa yang ia kerjakan. Santa berjanggut putih tebal, gemuk, riang, dan mengendarai kendaraan terbang. Dia menjadi sosok mitos yang mendatangi setiap rumah anak-anak yang berlaku baik sepanjang tahun dengan kereta yang mengangkut karung penuh hadiah saat Natal.

Lantas, siapa Ibu Natal yang dimaksud Roald Dahl pada puisinya? Apakah dia istri Santa? Jika demikian adanya, maka Ibu Natal adalah sosok istri yang mungkin menjalankan pekerjaan-pekerjaan konvensional seperti membuat kukis, merawat para rusa penarik kereta terbang, dan membantu suami menyiapkan mainan. Sosok itu, Mrs. Claus, telah dihadirkan sejak abad ke-19.

Namun, bagaimana jika Ibu Natal adalah sosok seperti Santa dengan tugas-tugas yang juga sama, hanya saja ia seorang perempuan?

Figur Santa Claus/Sinterklas yang dikenal saat ini adalah penggambaran dari penulis Amerika Serikat Washington Irving. Di luar itu, di beberapa kebudayaan lain, juga terdapat sosok pemberi hadiah yang sama sekali bukan pak tua yang ceria.

Di Islandia, misalnya, "Ibu Natal" dikenal dengan nama Grýla. Alih-alih memberikan hadiah, dia lebih menyerupai sosok penghukum bahkan pemangsa, andai kata anak-anak tidak berlaku baik sepanjang tahun. Itu terdengar mengerikan, terutama bagi anak-anak. Beri mereka Ibu Natal yang baik hati.

La Befana di Italia

Satu sosok Ibu Natal paling terkenal mungkin ada di selatan Eropa. Meskipun mengenal Santa dengan nama Babbo Natale, orang Italia juga merayakan figur perempuan tua pembagi hadiah bernama Befana. Nama Befana dipercaya sebagai kesalahan ejaan untuk epiphaneia (dalam bahasa Yunani berarti kemunculan).

Befana digambarkan berhidung merah besar dan tubuhnya rada bungkuk. Ia berpakaian rombeng seperti penyihir dengan tambalan berwarna-warni. Ia berkeliling dengan sapu terbang magis, meletakkan mainan dan permen di kaus kaki yang digantungkan anak-anak baik tetapi memberikan anak-anak nakal batu arang atau stik kayu. Alih-alih malam Natal, Befana dipercaya hadir dan memberikan hadiah pada malam Epifani, 5 Januari.

Mirip dengan tradisi Santa Claus, banyak anak-anak akan menulis catatan "untuk La Befana" disertai makanan dan anggur, yang diletakkan di dekat kaus kaki dan sepatu tempat perempuan itu bakal menaruh hadiah.

Ada beberapa versi legenda tentang awal mula Befana. Pada satu versi, Befana disebutkan sebagai perempuan biasa dengan satu anak. Anaknya meninggal, menyisakan kepedihan dan kemarahan. Usai mendengar kabar kelahiran Yesus, Befana berangkat untuk menemuinya sebab mengira bahwa itu adalah putranya yang telah tiada. Dia akhirnya bertemu Yesus dan memberinya hadiah. Bayi Yesus senang dan sebagai balasannya Befana akan menjadi ibu dari setiap anak di Italia.

Pada versi lain, Befana dikatakan bertemu dengan tiga orang majus dari timur beberapa hari sebelum kelahiran Yesus. Tiga orang majus datang ke rumah Befana untuk mencari bayi Yesus namun Befana tak menggubris lantaran terlalu sibuk dengan aktivitasnya saat itu, membereskan rumah. Merasa bersalah, ia memutuskan untuk mencari Yesus, tak lupa membawa tas berisi makanan, hadiah, serta sapu untuk ibunda. Sayang Befana tak pernah menemukan bayi itu. Selama berabad-abad kemudian Befana terus mencari sang mesias, mengendarai sapu terbang ke setiap rumah di Italia dan tetap membawa hadiah.

Befana terus dirayakan di seluruh Italia, terutama di wilayah-wilayah seperti Marche dan Umbria di mana Epifani dianggap penting.

FrauHolle

Di Jerman, Ibu Natal hadir dengan sebutan Frau Holle (Nyonya Holle). Kisah figur perempuan ini dirangkum duo pendongeng populer Grimm Bersaudara (Jakob dan Wilhelm Carl Grimm) dalam Children's and Household Tales pada 1812.

Legenda di beberapa bagian Jerman menggambarkan dia sebagai perempuan tua ompong. Namun dalam cerita-cerita lain Frau Holle adalah sosok perempuan muda dan cantik yang mengenakan pakaian serba putih.

Frau Holle memberikan hadiah kepada anak-anak baik selama 12 malam Epifani. Ia juga disebutkan terkadang memberikan hadiah kepada warga desa yang menghormatinya. Frau Holle juga bakal memberikan hadiah gelendong tambahan untuk para pemintal yang bekerja keras. Namun, jika mereka malas-malasan, dia akan membakar gelendongnya atau bahkan merusak benang jalinan.

Preferensi hadiah yang spesifik itu muncul berkat asal-usulnya. Frau Holle disebut-sebut sebagai Dewi Rumah dan Perapian, pula Dewi Pintalan dan Tenunan. Nama Holle (atau Holla, Holda, Hulda) berasal dari Dewi tertinggi Jermanik pra-Kristen, bahkan disebut mendahului dewa-dewi seperti Odin, Thor, dan Freya. Nama itu juga dikaitkan dengan Hulder, makhluk hutan dalam kisah rakyat Skandinavia.

Seperti halnya Befana, Frau Holle juga dikaitkan dengan seni sihir. Dalam kisah rakyat Katolik Jerman, ia diasosiasikan dengan sihir berkat kemampuan berhubungan dengan dunia roh melalui pintalan dan tenunan. Namun alih-alih mengendarai sapu terbang seperti Befana, Frau Holle mengendarai distaff (alat pemintal benang).

Ketika kekristenan perlahan menggantikan paganisme Skandinavia selama Abad Pertengahan Awal, banyak dari kebiasaan lama yang hilang perlahan atau diasimilasikan ke dalam tradisi Kristen. Paganisme Skandinavia pun nyaris terpinggirkan sepenuhnya, tetapi karakter Frau Holle tetap bertahan.

Infografik mild sosok sosok ibu natal

Infografik mild sosok sosok ibu natal. (tirto.id/Quita)

Ibu-Ibu Natal Lainnya

Di samping Befana dan Frau Holle, di negara-negara yang dilintasi rangkaian Pegunungan Alpen juga muncul para Ibu Natal lain. Sebagian di antaranya adalah varian dari Frau Holle atau sosok-sosok yang berbagi kesamaan dengannya.

Masih dari Jerman, muncul sosok Frau Gauden dan Spillaholle. Di selatan negeri itu, termasuk kawasan Austria, berangkat dari paganisme kawasan Alpen, ada sosok bernama Perchta dengan gambaran yang lebih mengerikan.

Untuk figur Ibu Natal serupa Santa Claus yang juga turut terinspirasi tokoh nyata, orang-orang Prancis mengenal Tante Arie (juga berarti Tante Arie dalam bahasa Indonesia). Pada malam Natal, dia turun dari gunung dengan mengendarai keledainya, Marion, untuk memberikan hadiah kepada anak-anak.

Di beberapa bagian Eropa lain hadiah Natal diyakini masih diantarkan oleh sosok Ibu Natal bernama Christkind. Tradisi ini dimulai oleh Martin Luther selama Reformasi Protestan. Dia menolak perayaan orang-orang kudus, termasuk perayaan St. Nicholas pada 6 Desember. Luther juga merasa keberatan dengan sosok-sosok pagan yang tampak seperti Frau Holle. Atas dasar itulah ia mempromosikan gagasan alternatif pembawa hadiah macam Christkind yang tampak bak malaikat cantik bersayap.

Jika Ibu Natal bisa diwakili Mrs. Claus sebagai sosok istri konvensional dengan tugas-tugas mendukung suami—yang lebih populer dan dirayakan secara luas—maka Ibu Natal juga bisa direpresentasikan sosok-sosok di atas, gambaran spirit feminin yang berdikari, yang mengantarkan hadiah dengan tangan mereka sendiri.

Baca juga artikel terkait NATAL atau tulisan lainnya dari R. A. Benjamin

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: R. A. Benjamin
Editor: Rio Apinino