Menuju konten utama

Panjat Pinang di Saluran Kalimalang Saat Perayaan Hari Kemerdekaan

Saluran Kalimalang menjadi lokasi kemeriahan kegiatan perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus yang digelar para warga kelurahan Cipinang Melayu.

Panjat Pinang di Saluran Kalimalang Saat Perayaan Hari Kemerdekaan
Seorang warga sedang berjalan di atas pinang berlumur oli saat lomba panjat pinang dalam rangka memeriahkan perayaan HUT RI ke-73 di saluran Kalimalang, Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur, Jumat (17/8/2018). tirto.id/M Bernie Kurniawan.

tirto.id - Dodi (30 tahun) bersama belasan laki-laki lainnya sudah bersiap di pinggir saluran Kalimalang. Mereka semua merupakan warga RW.04 Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur. Mereka hadir sebagai peserta lomba panjat pinang yang diselenggarakan para pemuda setempat.

Namun, sebelumnya jangan samakan panjat pinang di Kalimalang dengan panjat pinang di wilayah lainnya. Di daerah lain mungkin pinangnya berdiri tegak menjulang ke atas, tapi di sini batang pinang diletakkan melintang di atas saluran air yang berhulu di Waduk Jatiluhur tersebut.

Selain itu, meskipun namanya panjat pinang, tapi di perlombaan ini peserta justru dilarang memanjat pinang. Peserta diharuskan berjalan meniti pinang. Tantangan makin sulit karena sekujur batang pinang sudah diolesi dengan oli sehingga licin. Selain itu, salah satu ujung pinang diletakkan di posisi yang sedikit lebih tinggi sehingga menciptakan satu jalan menanjak bagi peserta yang akan menitinya.

Perlombaan ini sudah menjadi tradisi di Kalimalang. Seorang warga mengatakan perlombaan ini sudah dilakukan selama puluhan tahun. Bahkan biasanya masing-masing RT menyelenggarakan lomba panjat pinang seperti ini di sepanjang saluran Kalimalang.

Panjat Pinang Dimulai, Berulang Jatuh Terus Bangkit Lagi

Perlombaan segera dimulai, para peserta dibagi menjadi tiga kelompok sesuai dengan jumlah pinang yang tersedia. Dodi berada di pinang nomor dua. Sementara penonton sudah menumpuk di kedua sisi sungai karena penasaran dengan aksi yang akan dilakukan para peserta lomba 17 Agustus tersebut.

"Satu....dua.... tiga.... mulai!" teriak seorang pembawa acara. Penonton bertepuk tangan, sementara dari speaker terdengar kencang lagu Maju Tak Gentar ciptaan C. Simanjuntak

Peserta pertama mulai mencoba berjalan meniti batang pinang yang luar biasa licin tersebut. Byur! Baru dua langkah berjalan ia sudah mesti merasakan dinginnya air saluran Kalimalang.

Dodi dan peserta lainnya pun merasakan nasib serupa. Mereka semua mesti terpleset jatuh ke saluran Kalimalang. Paling jauh mereka hanya bisa melangkah 4 kali di atas titian. Namun rupanya Dodi dan peserta lainnya belum menyerah, mereka naik lagi dan mencoba lagi.

"Ya! Ya! Ya!" teriak penonton seiring dengan langkah Dodi. Namun byur! Lagi-lagi Dodi harus terjebur ke kali.

Entah percobaan keberapa, Dodi masih menaiki tangga dan menunggu gilirannya menyeberangi titian. Kali ini ia bisa melangkah lebih jauh, hampir setengah batang pinang berhasil ia terjang. Itu karena seiring banyaknya peserta yang melangkah, lama kelamaan oli luruh dan pinang jadi tidak terlalu licin.

Meski begitu, tetap saja bukan hal yang mudah untuk menaklukkan batang pinang. Buktinya, 30 menit berlalu tapi belum ada tanda-tanda aneka hadiah yang ada di ujung batang pinang akan berhasil diraih.

Sementara itu, peserta lain mulai mencoba strategi berbeda, di pinang nomor tiga masing-masing peserta mulai mencoba bekerja sama dengan menaiki pinang bersama-sama sambil bergandengan tangan. Dengan begitu mereka bisa jadi lebih seimbang. Namun, sayangnya rencana mereka gagal, selalu ada saja yang jatuh ke kali.

Demikian pun dengan percobaan-percobaan berikutnya, jumlah orang yang berhasil menaiki tiang tak pernah lebih dari tiga orang. Pasti ada saja yang jatuh dan kemudian menarik teman-temannya yang lain untuk jatuh.

Dodi tampaknya tidak terpengaruh. Ia tetap berjalan sendiri. Tak seperti peserta lainnya yang paling jauh hanya mampu mencapai tengah, Dodi selalu dapat menapaki sebagian besar batang pinang meski akhirnya jatuh juga saat hendak mendekati ujung.

"Pas gua mau maju lagi, eh kaki belakang gua mundur," kata Dodi tergelak sambil menggelengkan kepala kepada saya setelah kembali terjebur entah untuk percobaan ke berapa.

Dodi kembali mencoba. Kali ini ia memegang tangan seorang temannya dan mulai meniti pinang kembali. Selangkah, dua langkah, ia lepas tangan temannya dan mulai merentangkan kedua tangannya ke samping. Mulai ke tengah, tapi ia masih stabil, ia terus berjalan.

Sedikit lagi, Dodi mencapai titik paling jauh yang berhasil ia capai sebelumnya. Itu terlihat dari lapisan oli yang masih tebal di depannya. Penonton mulai bertepuk tangan lagi menyemangatinya. Dengan hati-hati Dodi melangkah. Tangannya langsung sigap menangkap salah satu kardus hadiah.

Penonton pun bersorak riang. Namun perjalanannya belum selesai, kakinya masih menginjak lapisan oli yang tebal. Berkali-kali ia berusaha melangkah, tapi gagal karena kakinya selalu terpeleset ke belakang. Penonton memberikan semangat.

Dalam satu gerakan cepat Dodi melangkah maju dan berhasil memeluk tiang penahan yang berdiri tegak. Penonton dan pembawa acara bersorak.

Dodi mengayunkan satu tinjunya ke langit seraya berteriak, "Merdeka!"

Baca juga artikel terkait HARI KEMERDEKAAN atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Addi M Idhom