Menuju konten utama

Panitia Ajukan Dua Opsi bagi Dylan untuk Klaim Uang Nobel

Panitia Nobel meminta Bob Dylan untuk memberikan ceramah atau melakukan konser untuk mengklaim hadiah uang dari penghargaan tersebut.

Panitia Ajukan Dua Opsi bagi Dylan untuk Klaim Uang Nobel
Bob Dylan [Foto/wikipedia.org]

tirto.id - Panitia Nobel menyatakan bahwa pihaknya akan tetap memasukkan nama Bob Dylan ke dalam penerima Nobel Sastra meskipun Dylan terus bungkam atas kemenangannya.

Di sisi lain, panitia Nobel mempersyaratkan dua hal bagi Dylan untuk mendapatkan hadiah uang Nobel : memberi ceramah atau mengadakan konser.

Panitia Nobel menyatakan bahwa seorang pemenang Nobel harus memberikan ceramah tentang topik yang "relevan dengan karyanya, yang memenangi hadiah yang telah diberikan" dalam waktu tidak lebih dari enam bulan setelah 10 Desember.

Sebagai informasi, tanggal 10 Desember merupakan tanggal peringatan wafatnya si penemu dinamit, Afred Nobel.

"Itu yang kami minta sebagai imbalannya," kata Jonna Petterson, juru bicara Yayasan Nobel.

Ia menambahkan bahwa Dylan bisa juga memberikan konser daripada ceramah.

"Ya, kita berusaha melakukan pengaturan yang cocok dengan sang penerima hadiah (Dylan)." Ceramah tidak harus diberikan di Stockholm.

Berdasarkan aturan panitia Nobel, pemenang harus memberikan satu kali ceramah, atau, dalam kasus Dylan, melakukan satu kali konser dalam waktu enam bulan untuk dapat menerima hadiah uang sebesar 900.000 dolar (Rp11,7 miliar).

Berselang dua minggu dari kemenangannya, Dylan hingga saat ini masih bungkam terkait penghargaan Nobel.

Per Wastberg dari Akademi Swedia, yang memberikan hadiah tersebut, mengatakan kebungkaman Dylan adalah sikap yang "tidak sopan dan arogan".

Panitia Nobel beberapa kali pernah memberikan kelonggaran kepada penulis yang memenangkan Nobel tapi tak sanggup memberikan ceramah karena alasan-alasan tertentu.

Saat penulis Inggris, Doris Lessing, dianugerahi hadiah Nobel Sastra pada 2007, fisik Lessing terlalu lemah untuk dapat bepergian.

Sebagai gantinya, ia menyusun naskah ceramah dan mengirimkannya kepada perusahaan penerbitnya di Swedia. Perwakilan perusahaan kemudian membacakan naskah ceramah itu pada sebuah upacara pemberian penghargaan di ibu kota Swedia.

Akademi Swedia menganugerahi Dylan, simbol budaya yang mengusung protes sejak 1960-an, atas "karya ekspresi-ekspresi puitis baru yang dihasilkannya dalam tradisi lagu Amerika yang hebat".

Lagu-lagu Bob Dylan, seperti "Blowing' in the Wind", "The Times They Are A-Changin'", "Subterranean Homesick Blues" dan "Like a Rolling Stone", memotret semangat pemberontakan dan antiperang generasi 1960-an dan juga menggerakan banyak pemuda generasi berikutnya.

Keputusan Akademi Swedia untuk memilih Dylan sebagai penerima Nobel mengundang perdebatan.

Sebagian pihak mempertanyakan apakah karyanya bisa dikategorikan sebagai sastra. Pihak lainnya menyayangkan bahwa Akademi Swedia kehilangan kesempatan untuk dapat menggiring perhatian kepada para sastrawan yang justru kurang dikenal.

Selama ini, hanya enam sosok yang pernah menolak hadiah, salah satunya adalah Jean-Paul Sartre pada 1964.

Setelah mengalami masa-masa sulit beberapa tahun kemudian, pengacara Sartre menulis kepada Yayasan Nobel untuk meminta agar mereka mengirimkan uang kepada Sartre.

Namun, permintaan itu ditolak oleh Yayasan.

Baca juga artikel terkait HADIAH NOBEL atau tulisan lainnya dari Putu Agung Nara Indra

tirto.id - Musik
Reporter: Putu Agung Nara Indra
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra