Menuju konten utama

Pangeran Mohammed Ingin Jadikan Arab Saudi Negara Islam Moderat

Mohammed bin Salman menyatakan bahwa Arab Saudi akan kembali menjadi negara Islam moderat yang terbuka terhadap dunia dan semua agama.

Pangeran Mohammed Ingin Jadikan Arab Saudi Negara Islam Moderat
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (kiri) disambut saat tiba di Beijing, Tiongkok, Senin (29/8). ANTARA FOTO/Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS/djo/16

tirto.id - Putra mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, telah berjanji untuk mengembalikan negara tersebut ke "Islam moderat". Ia pun meminta dukungan global untuk mengubah kerajaan garis keras itu menjadi masyarakat terbuka yang memberdayakan warga negara dan menarik investor.

"Kami adalah negara G20. Salah satu ekonomi dunia terbesar. Kami berada di tengah tiga benua. Mengubah Arab Saudi menjadi sarana yang lebih baik berarti pula membantu kawasan ini dan mengubah dunia,” kata Mohammed, saat ditanyai soal ambisi peluncuran zona ekonomi independen senilai 500 miliar dolar AS yang diumumkannya dalam sebuah konferensi investasi.

Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian tersebut, pewaris tahta Saudi itu mengatakan bahwa negara ultrakonservatif "tidak normal" selama 30 tahun terakhir. Mohammed juga menyalahkan doktrin kaku yang telah mengatur masyarakat sebagai reaksi atas revolusi Iran, yang mana menurutnya para pemimpin terdahulu "tidak tahu cara menangani itu."

"Apa yang terjadi dalam 30 tahun terakhir ini bukan Arab Saudi. Apa yang terjadi di wilayah ini dalam 30 tahun terakhir bukanlah Timur Tengah. Setelah revolusi Iran pada tahun 1979, orang ingin menyalin model [negara ultrakonservatif] ini ke berbagai negara, salah satunya adalah Arab Saudi. Kami tidak tahu bagaimana mengatasinya. Dan masalahnya tersebar di seluruh dunia. Sekarang saatnya untuk menyingkirkannya,” katanya menambahkan.

Sebelumnya Pangeran Mohammed telah mengatakan, "Kami hanya kembali pada apa yang kami ikuti: Islam moderat yang terbuka terhadap dunia dan semua agama. Sebanyak 70% orang Saudi lebih muda dari usia 30 tahun. Sejujurnya kita tidak akan menyia-nyiakan 30 tahun kehidupan kita untuk melawan pemikiran ekstremis, kita akan menghancurkan mereka sekarang dan segera."

Pernyataan putra mahkota Arab Saudi ini merupakan paling tegas yang dia buat selama program reformasi enam bulan. Reformasi Arab Saudi ini berupa reformasi budaya dan dorongan ekonomi untuk mengubah wajah kerajaan itu yang selama beberapa dekade dituding mempromosikan Islam ekstremisme.

Komentar ini dibuat Mohammed untuk mengkonsolidasikan wewenangnya sebagai pewaris tahta. Sebab, langkah itu otomatis membuat para ulama yang dia percaya batal mendukungnya sehingga menuntut kesetiaan dari pejabat senior untuk mendorong program reformasi 15 tahun yang bertujuan merombak sebagian besar aspek kehidupan di Arab Saudi.

Gagasan soal reformasi ini telah memecah persekutuan antara ulama garis keras yang telah lama mendefinisikan karakter nasional dan House of Saud yang telah menjalankan urusan negara.

Perubahan di Arab Saudi telah mengatasi masalah tabu sosial seperti larangan mengemudi wanita yang baru-baru ini dibatalkan, mempertimbangkan lagi undang-undang perwalian yang membatasi peran perempuan.

Sementara itu, di bidang ekonomi, zona baru akan didirikan di 470 km pantai Laut Merah, di daerah wisata yang telah diperuntukkan sebagai pusat liberal yang mirip dengan Dubai sehingga pria dan wanita dapat bercampur jadi satu.

"Transformasi ekonomi itu penting tapi sama pentingnya adalah transformasi sosial," kata salah satu pengusaha terkemuka di negara itu, seperti dikutip The Guardian. "Anda tidak bisa mencapainya tanpa yang lain. Kecepatan transformasi sosial adalah kunci. Itu harus bisa diatur. "

Alkohol, bioskop dan bioskop masih dilarang di kerajaan dan berbaur antara pria dan wanita yang tidak berhubungan tetap tidak disukai. Namun Arab Saudi - sebuah monarki absolut - telah memotong sayap polisi religius yang dulu ditakuti.

Pangeran Mohammed berulang kali menegaskan bahwa tanpa membuat kontrak sosial baru antara warga negara dan negara, rehabilitasi ekonomi akan gagal.

"Ini tentang memberi anak-anak kehidupan sosial," kata seorang tokoh kerajaan senior Saudi. "Hiburan perlu menjadi pilihan bagi mereka. Mereka bosan dan marah. Seorang wanita harus bisa mendorong dirinya untuk bekerja. Tanpa itu kita semua binasa. Semua orang tahu itu - kecuali orang-orang di kota-kota kecil. Tapi mereka akan belajar."

Baca juga artikel terkait PANGERAN ARAB SAUDI atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari