Menuju konten utama

Pandemi COVID-19, Serena Williams Tetap Haus Juara Grand Slam

Dalam situasi shutdown turnamen karena pandemi COVID-19, Serena Williams tetap termotivasi untuk mendapatkan gelar Grand Slam.

Pandemi COVID-19, Serena Williams Tetap Haus Juara Grand Slam
Petenis Amerika Serikat Serena Williams bertemu dengan petenis Rusia Ekaterina Makarova pada hari kedua turnamen tenis U.S.Open 2016 di USTA Billie Jean King National Tennis Center, New York, Amerika Serikat, Selasa (30/8). ANTARA FOTO/REUTERS/USA TODAY Sports/Robert Deutsch/cfo/16

tirto.id - Petenis putri Amerika Serikat, Serena Williams, masih haus untuk meraih gelar Grand Slam. Menurut sang pelatih, Patrick Mouratoglou shotdown turnamen tenis yang terjadi karena pandemi COVID-19 justru bagus untuk Serena, karena sang peraih 39 gelar Grand Slam memiliki waktu istirahat yang lebih banyak.

“Pertama, situasi ini bagus untuk Serena karena dia punya waktu untuk istirahat, tubuhnya perlu beristirahat. Kedua, motivasinya belum berubah. Dia masih bersemangat untuk merebut gelar juara Grand Slam sebanyak mungkin,” ujar Mouratoglu, dilansir dari Reuters, Rabu (10/6/2020).

Serena Williams terakhir kali meraih grand slam di ajang Australian Open 2017. Ketika itu, atlet tenis kelahiran 26 September 1981 itu mengalahkan saudaranya, Venus Williams. Setelah turnaman tersebut, Serena menembus 4 final grand slam lagi, tetapi selalu tumbang di partai puncak.

Mouratoglou menganggap, secara keseluruhan, terhentinya kejuaraan tenis dunia sejak Maret karena pandemi corona tidak akan terlalu berpengaruh untuk para petenis profesional papan atas. Menurut sang pelatih, atlet bintang seperti Roger Federer, Rafael Nadal, Novak Djokovic, termasuk Serena Williams, pasti dapat mengatasi situasi semacam ini.

Mouratoglou secara khusus menyoroti kesuksesan Roger Federer yang merebut Grand Slam di Australian Open 2017, usai absen selama 6 bulan karena cedera.

“Bagi petenis seperti dia (Serena Williams), dan mungkin sama juga seperti Roger (Federer), Rafa (Nadal), atau Novak (Djokovic), mereka mempunyai banyak pengalaman bahwa tidak berkompetisi selama beberapa bulan tidak terlalu berpengaruh terhadap permainan mereka,” ujar Mouratoglou.

“Dan kita sudah melihat contoh yang terbaik seperti Roger Federer, ia pernah enam bulan absen karena cedera lalu langsung memenangi gelar Grand Slam (tahun 2017). Hanya orang seperti itu yang bisa melakukannya. Jadi untuk Serena, itu akan baik-baik saja,” imbuhnya.

Menurut Mouratoglou tantangan sebagian besar petenis terletak pada kemampuan atlet-atlet ini dalam mempertahankan motivasi. Ketika jadwal kompetisi tidak menentu karena pandemi, bisa terus fokus untuk meraih gelar akan jadi poin tersendiri bagi para atlet.

“Bagi sebagian besar pemain, melanjutkan musim tenis tahun ini bakal menjadi tantangan besar, karena situasi ini benar-benar baru,” jelas Mouratoglou.

“Seorang petenis selalu memiliki satu target jangka pendek, yakni pada turnamen berikutnya. Ini adalah motivasi mereka. Dan hal itu tidak berlaku saat ini, mereka bahkan tidak tahu kapan turnamen berikutnya akan digelar. Jadi mereka harus menemukan hal lain untuk motivasi mereka, dan itu cukup menantang,” imbuh pelatih berusia 50 tahun tersebut.

Baca juga artikel terkait TENIS atau tulisan lainnya dari Oryza Aditama

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Oryza Aditama
Penulis: Oryza Aditama
Editor: Fitra Firdaus