Menuju konten utama

Pameran Seni Rupa Imago Mundi, The Art Of Humanity

Bentara Budaya Yogyakarta kembali menyelenggarakan pameran. Kali ini bertajuk “Imago Mundi, The Art of Humanity”. Pameran ini menghadirkan 222 karya para perupa Indonesia. Pameran ini merupakan bentuk kerjasama dari Wina Galeri dan Fondazionesarenco Benetton (Italy) serta Bentara Budaya Yogyakarta dan Bentara Budaya Bali.

Pameran Seni Rupa Imago Mundi, The Art Of Humanity
Pameran Seni Rupa IMAGO MUNDI yang diikuti oleh 222 perupa yang akan dibuka Rabu, (28/12) pukul 19.30 WIB oleh dr. Oei Hong Djien. Pameran berlangsung di Bentara Budaya Yogyakarta, Jl. Suroto No. 2, Kotabaru, Yogyakarta 28 Desember 2016 - 5 Januari 2017. [Foto/Dok. Ist]

tirto.id - Bentara Budaya Yogyakarta kembali menyelenggarakan pameran. Kali ini bertajuk “Imago Mundi, The Art of Humanity”. Pameran dibuka oleh Dr. Oei Hong Djien pada Rabu, 28 Desember 2016 Pukul 19.30 WIB.

Pameran yang akan berlangsung dari 28 Desember 2016-5 Januari 2017 ini menghadirkan 222 karya para perupa Indonesia. Pameran ini merupakan bentuk kerjasama dari Wina Galeri dan Fondazionesarenco Benetton (Italy) serta Bentara Budaya Yogyakarta dan Bentara Budaya Bali.

Kerjasama ini diawali dengan penerbitan buku bertajuk “Imago Mundi” atau Gambar Dunia, di mana tajuk khusus untuk perupa Indonesia adalah “Indonesia: Islands of the Imagination”. Pameran serupa juga diadakan di Malaysia, bertajuk “Malaysia: Colours of Destiny”, menghadirkan 144 perupa dan untuk Singapore: “Singapore Art 21st Century and Beyond” (140 Perupa).

Selama ini, proyek seni “Imago Mundi” telah menerbitkan buku-buku seni yang diedarkan di museum, galeri nasional, art foundation, kolektor di seluruh dunia, masing-masing 5000 exemplar untuk setiap negara, di kawasan Eropa , Afrika, Amerika, Australia dan tak ketinggalan pula Asia.

Program penerbitan buku tersebut kemudian dilanjutkan pameran, merangkum kekayaan dan pencapaian perupa-perupa berbagai negara di belahan dunia, termasuk negara-negara di Asia Tenggara ini. Proyek seni ini sepenuhnya bersifat nirlaba di bawah naungan Yayasan Benneton, dengan tujuan utama menghadirkan kekayaan dan keragaman dunia melalui capaian artistik perupa masing-masing negara yang terlibat, sekaligus mendokumentasikannya dalam program katalogisasi.

Di samping itu, seluruh karya yang lolos seleksi juga dihadirkan di dalam situs web dan media sosial yang dengan mudah dapat diakses guna didedikasikan untuk para penghayat dan pecinta seni, bekerjasama dengan berbagai lembaga-lembaga seni antara lain; galeri nasional, art space dan museum seluruh dunia. Bertindak sebagai kurator program “Imago Mundi” di Indonesia adalah Antonius Kho.

“Tujuan program budaya ini adalah turut mendorong kehidupan yang lebih demokratis secara global sekaligus juga menunjukkan pada masyarakat seni dunia perihal adanya keragaman ekspresi,” kata ketua Yayasan Benneton, Luciano Benneton, dalam siaran pers yang diterima Tirto, Rabu (28/12/2016).

Ia menambahkan tujuan lainnya adalah agar melalui program ini, serta didukung upaya-upaya publikasi melalui jejaring sosial dan media web, karya-karya seni dapat diakses dan diapresiasi oleh sebanyak mungkin orang. Dengan demikian diharapkan akan mendorong interaksi dan komunikasi yang intens yang memungkinkan lahirnya karya-karya baru yang lebih unggul dan merangkum kekayaan-kekayaan kultural lintas bangsa.

Para seniman yang turut berpameran antara lain: Ida Farida, Hermanto Gandasasmita, Eddy Hermanto, Syarief Hidayat, Mier Komara, Toni Masdiono, Muhammad Yandi Mulyadi, Mikhael Nadeak, Maman Rahman, Deden Sambas, Rendra Santana, Tiarma Dame R. Sirait, Freddy Sofian (Bandung), Sura Ardana, Made Dollar Astawa, Teja Astawa, Ida Bagus Alit, Kenyut Djunaidi, Made Gunawan, Narko Hanjaya, Wayan Apel Hendrawan, Tien Hong, Nyoman Diwarupa (Cowming), Putu Bambang Juliartha, Putu Aan Juniartha, Nyoman Kardana, Nyoman Sujana Kenyem, Rio Saren, Citra Sasmita, Ida Bagus Komang Sindu Putra(Sindu), Made Somadita, Made Suartama, Ketut Suasana (Kabul), Putu Bonuz Sudiana, Ketut Lekung Sugantika, Antonius Kho (Bali), Najib Amrullah, Bonyong Munny Ardhie, Ipong Purnama Sidhi, Bambang Sudarto, Isklandar Suryaputra, Umbu Lede Pyata Tanggela, Laila Tifah, Trinawangwulan, Dhiasasih Ulupi, Lenny Ratnasari Weichert, Herman Widianto, Widiyatno, Herianto Maidil, Haris Purnomo, Mahdi Abdullah, Wiediantoro, Sulistyo Mulyono, Lisani Nuron, Akbar Linggaprana (Jakarta), Kartika Affandi, Bob Sick Yudhita Agung, Yaksa Agus, Dyan Anggraini, Wara Anindyah, Anusapati, Erizal AS, Budi Ubrux, Sjah Firman, Syahrizal Koto, Lindu Prasekti, Bonny Setiawan, Hermanu (Yogyakarta), Helmi Agam, Syamsul Abidin, Akhmad Abudinata, Apang Balakosa, Umbar Basuki, Erwin Budianto, M.Alfian Effendi (Surabaya), Heedar Gilang Anggita, Masari Arifin, Braga Ariya Bimantara, Jasmine Dewi, Alfian Imasya Fafan, Mohamad Farid (Malang).

Baca juga artikel terkait SENI RUPA atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Humaniora
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh