Menuju konten utama

PA 212 Mengaku Tak Bakar Bendera PDIP Saat Demo RUU HIP

PA 212 membantah telah membakar bendera PDIP dan palu arit.

PA 212 Mengaku Tak Bakar Bendera PDIP Saat Demo RUU HIP
Kepadatan arus lalu lintas akibat massa aksi FPI menutup akses jalan di depan gedung DPR RI, Rabu (24/6/2020). (ANTARA/HO- Humas TransJakarta)

tirto.id - Ketua Media Center Persaudaraan Alumni (PA) 212 Novel Bakmumin mengaku sudah melihat video pembakaran bendera PDIP. Ia lantas memastikan pelakunya bukan kelompok mereka.

"Bukan PA 212," kata Novel kepada reporter Tirto, Kamis (25/6/2020).

Dalam video yang wartawan Tirto terima, bendera PDIP disebut dibakar massa saat aksi penolakan RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) di depan gerbang utama DPR RI, Jakarta, Rabu siang kemarin. Di video itu selain bendera PDIP, massa juga membakar bendera palu arit--simbol komunisme. Para demonstran menolak legislatif terus membahas RUU HIP karena mereka menganggap itu akan membangkitkan komunisme, ideologi yang resmi dilarang di Indonesia sejak 1966.

Meski membantah PA 212 membakar, ia mempersilakan siapa saja mengambil jalur hukum terkait video tersebut.

Sementara Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif mengaku tidak tahu kasus pembakaran itu. Kepada reporter Tirto, Kamis, ia mengaku saat itu "sedang di dalam, audiensi."

Dalam keterangan tertulis, perwakilan demonstran yang tergabung dalam 'ANAK NKRI' beraudiensi dengan pimpinan DPR pukul 15.30. Dalam audiensi itu Slamet mengatakan demonstrasi dihadiri 170 ormas.

Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto mengkritik aksi pembakaran bendera PDIP. Menurutnya itu tak patut. Oleh karenanya ia mengaku partai siap menempuh jalur hukum. "Jalan hukum inilah yang dilakukan oleh PDI pada tahun 1996, ketika pemerintahan yang otoriter mematikan demokrasi," katanya via keterangan tertulis.

Ia mengatakan pembakaran ini dilakukan oleh "pihak yang sengaja memancing di air keruh."

Baca juga artikel terkait RUU HIP atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Rio Apinino