Menuju konten utama
2 Mei 2011

Osama bin Laden adalah Bekas Antek yang Melawan Tuannya

Runtuh menara.
Buronan Amerika
paling utama.

Osama bin Laden adalah Bekas Antek yang Melawan Tuannya
Ilustrasi Osama bin Laden (1957-2011). tirto.id/Sabit

tirto.id - 2 Mei 2011, tepat hari ini tujuh tahun silam, adalah hari terakhir Osama bin Laden memperjuangkan apa yang diyakininya: memenangkan perang melawan Amerika Serikat. Tragis, sebab pada akhirnya ia yang kalah. Pasukan khusus AS menyerbu tempat persembunyiannya di Abbotabad, kota kecil di utara Islamabad, Pakistan.

Mundur 54 tahun sebelumnya, tepatnya pada 10 Maret 1957, Usamah bin Muhammad bin Awwad bin Ladin lahir di Riyadh, Arab Saudi. Ayahnya, Muhammad bin Awad bin Laden, adalah miliarder asal Hadramaut, Yaman. Sedangkan ibunya, Alia Ghanem, berasal dari golongan kelas menengah sekuler asal Latakia, Suriah, demikian catatan Michael Scheuer dalam Osama Bin Laden (2011).

“Osama bin Laden” adalah nama yang dijadikan standar media massa saat menulis tentang pria yang memiliki jenggot lebat ini. Pernikahan yang pertama ia jalani di usia 17 dengan seorang sepupu asal Suriah, Najwa. Dibesarkan di keluarga muslim Sunni, Osama remaja menjalani pendidikan di lembaga yang elite sekaligus sekuler, AL-Thager Model School.

Ia sempat belajar jurusan teknik di King Abdulaziz University di Jeddah. Namun pada 1979 memutuskan untuk keluar. Ia ingin mengangkat senjata bersama para pejuang Mujahidin melawan Uni Soviet di Afghanistan. Dan ia memulainya dengan pindah ke Pakistan, demikian dalam catatan CNN.

Dalam sebuah wawancara, ia menyatakan bahwa dirinya murni terpicu oleh derita warga Afghanistan. Namun dalam konteks perang dingin global, apa yang dilakukannya juga tak lepas dari campur tangan AS. Negara adidaya ini diketahui mendanai perjuangan para mujahidin dalam bentuk uang maupun peralatan tempur, dan disalurkan melalui elite militer serta intelijen Pakistan yang menjalin relasi dengan Osama.

Peter L. Bergen melalui bukunya, Holy War, Inc.: Inside the Secret World of Osama bin Laden (2001), menyebutkan programnya bernama Operation Cyclone. Penggagasnya adalah badan intelijen AS CIA. Pendanaan berlangsung sejak 1979 hingga 1989 atau selama berlangsungnya intervensi militer Uni Soviet ke Republik Demokratik Afghanistan (eksis pada 1979-1987).

Operasi Cyclone adalah salah satu operasi rahasia CIA terlama dan paling mahal. Pendanaannya diawali dengan dana sebesar $500.000 pada tahun 1979, lalu meningkat secara dramatis menjadi $20-$30 juta per tahun pada dekade 1980-an, hingga akhirnya menuju angka $630 juta per tahun pada 1987.

Membentuk Al Qaeda

Fase terpenting dalam jejak militansi Osama terjadi pada 1988, kala ia dan rekan-rekan Mujahidin lain membentuk Al Qaeda. Salah satu tujuannya adalah menyatukan gerakan Sunni-militan lintas negara untuk menjalankan perang suci melawan musuh-musuh Islam di seluruh dunia. Pada akhirnya mereka menjalankan rangkaian terorisme dan dimusuhi banyak negara.

Osama punya banyak pengikut, juga modal, sehingga tetap mampu menjaga eksistensi diri serta organisasi meski hidup nomaden. Ia sempat diusir pemerintah Saudi dan Sudan, hingga pada pertengahan 1990-an kembali ke Afghanistan dan melanjnutkan operasi global Al Qaeda dari sana. Di masa itu pula ia mengeluarkan deklarasi perang terhadap AS.

“AS hari ini telah menetapkan standar ganda, menyebut siapapun yang menentang ketidakadilannya sebagai seorang teroris,” kata Osama dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Peter Bergen pada 1997.

“Mereka (AS) inigin menduduki negara kita, mencuri sumber daya alam kita, memaksakan naiknya rezim-rezim boneka untuk memerintah kita, dan kemudian ingin kita menyetujui semua ini. Jika kita menolak untuk melakukannya, dikatakan kita adalah teroris,” lanjutnya, mengupas watak AS sebagai rezim berstandar ganda.

Pro-kontra di kalangan analis sejarah dan politik kerap mengemuka mengenai sikap Osama terhadap AS. Ada yang bilang sejak berjuang di Afghanistan ia tidak bersimpati dengan AS dan mampu mandiri secara finansial, terutama dari bisnisnya di Saudi. Ada yang bilang AS, melalui CIA, turut menciptakan seorang monster bernama Osama—yang kemudian berbalik jadi musuh akibat manuver militer AS di luar negeri.

Yang jelas, pada awal 1990-an Soviet runtuh dan kehilangan daya tawarnya di Afghanistan. AS yang merasa sudah menang pun mundur. Sisa-sisa pejuang Mujahidin kemudian membentuk atau bergabung jika tidak ke Al Qaeda maka ke Taliban. Di fase ini AS sudah tidak mengalirkan dukungannya dalam bentuk duit maupun senjata—bahkan sudah mulai dimusuhi oleh keduanya.

Perang suci yang dikobarkan Osama kemudian menimbulkan banyak korban dari pihak militer AS di banyak tempat. Serangannya beragam, dengan yang paling sering umum menggunakan bom, lebih khususnya bom bunuh diri. Semangat jihad membuat para pelakunya mau mengorbankan diri.

Puncaknya terjadi pada tanggal 11 September 2001 saat empat pesawat komersil AS dibajak 19 orang, dua di antaranya ditabrakkan ke gedung World Trade Center di New York. Ada yang diarahkan ke gedung pertahanan terpenting AS, Pentagon, di Washington D.C. Sisanya mengarah ke target tak jelas, jatuh di Pennsylvania.

Kurang lebih 3.000 nyawa melayang, 6.000 lainnya luka-luka, dan mengakibatkan kerugian infrastruktur dan kehancuran properti senilai setidaknya $10 juta. 9/11 adalah insiden tunggal paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat.

infografik mozaik musuh nomor satu amerika osama

Perang Melawan Teror dan Osama

Reaksi pemerintah AS di bawah rezim George. W. Bush melekat dalam ingatan banyak orang: perang melawan teror. Kecurigaan dalang di balik tragedi segera mengerucut kepada Al-Qaeda. Osama awalnya menangkis tuduhan Bush, namun pada tahun 2004 ia mengklaim bertanggungjawab atas serangan tersebut.

Selama hampir satu dekade Osama mampu bersembunyi dari kejaran Biro Investigasi Federal AS (FBI). Biro intelijen ini memasukkan nama Osama dalam daftar Sepuluh Orang Buronan Paling Dicari, juga daftar Teroris Paling Dicari atas keterlibatannya dalam pengeboman kedutaan AS tahun 1998. Informasi tentang keberadaannya dihargai $25 juta.

Osama masih jadi desas-desus di masa pemerintahan Bush. Pencarian diteruskan di bawah komando Presiden Barack Obama. Jelang awal 2011 situasinya kian benderang. Osama dipastikan sedang berada di utara Islamabad, Pakistan. Usai berbagai pertemuan terkait metode terbaik, administrasi Obama pun memutuskan penyerbuan dilakukan pada 2 Mei.

Namanya Operasi Tombak Neptunus. Penanggungjawabnya CIA dengan pelaksana satu tim pasukan dari Angkatan Laut Amerika Serikat SEAL. Operasinya bermula dari Afghanistan, dan diputuskan untuk tidak melibatkan pemerintah Pakistan. Meski prioritasnya menangkap, tapi jika ada perlawanan, pasukan AS diperbolehkan untuk menembak target.

Dalam catatan CNN, rumah persembunyian Osama dibangun kira-kira pada 2006 dengan ukuran lebih besar dari bangunan di sekitarnya. Tak ada jaringan telepon atau internet. Para penghuninya punya kebiasaan membakar sampah. Rumah tiga lantai dengan tinggi sekitar 5 meter ini dihuni sekitar 24 orang, punya dua gerbang raksasa, dengan keluarga Osama tinggal di lantai dua dan tiga.

Pasukan AS yang terdiri dari 25 orang menyerbu lokasi usai diantar dua helikopter Black Hawk. Mula-mula mereka menembus tembok pembatas, lalu menyusuri lantai dasar rumah. Tembak-menembak terjadi saat mereka memasuki lantai dua dan tiga.

Sekitar 5-10 menit kemudian tembakan berhenti. Osama, yang ditemukan sedang berada di lantai tiga, ditembak dua kali di dahi, dan sekali di badan saat sudah ambruk ke lantai. Tiga orang lelaki lain, termasuk seorang anak Osama, dan seorang perempuan penghuni rumah juga terbunuh.

Riwayat si penantang Paman Sam berakhir dengan ditenggelamkannya mayat Osama di laut Arab, dijatuhkan dari kapal USS Carl Vinson. Kejadian itu kurang dari 24 jam sejak ajal menjemput dirinya.

Baca juga artikel terkait TERORISME atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Humaniora
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Ivan Aulia Ahsan