Menuju konten utama

Ortu Korban Kekerasan Seksual Demo Sekolah Asrama Taruna Timika

Wali murid mendemo Sekolah Asrama Taruna Timika Papua, tempat pelecehan seksual terhadap 25 anak yang didanai 100 persen oleh PT Freeport Indonesia.

Ortu Korban Kekerasan Seksual Demo Sekolah Asrama Taruna Timika
Kepala Satuan Reskrim Polres Mimika, AKP Hermanto. ANTARA/Evarianus Supar

tirto.id - Ratusan orang tua siswa-siswi korban kekerasan seksual mendemo Sekolah Asrama Timika Papua, Sabtu (13/3/2021). DF (30) seorang pembina asrama sekolah itu diduga mencabuli 25 anak siswa-siswi.

Para orang tua murid mendesak Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme Kamoro (YPMAK) yang mengelola sekolah agar mengevaluasi kembali Yayasan Lokon sebagai kepanjangan tangan untuk kelola Sekolah Asrama Taruna Timika Papua. Profil YPMAK mengungkap PTFI sebagai pendana tunggal yang merealisasikan sekolah berbasis asrama di berbagai tempat di Indonesia, termasuk di Timika. Suku Amungme dan Kamoro merupakan suku utama pemegang tanah adat yang dijadikan tambang emas oleh PTFI selama puluhan tahun.

"Ini sudah terjadi lama, ada apa? Ataukah memang sengaja ditutupi supaya kami orang tua jangan tahu. Pengelola sekolah harus bisa jelaskan dengan baik kepada kami orang tua," kata Oktovianus Kum, salah satu orang tua murid, demikian melansir Antara, Minggu (14/3/2021).

Demo tersebut terjadi berselang sehari setelah polisi setempat merilis ke publik penangkapan DF. Sebagai respons atas demo, Yayasan Lokon dengan pihak YPMAK dan orang tua murid akan duduk bersama menyikapi persoalan.

"Kami minta YPMAK segera mengevaluasi kinerja Yayasan Lokon karena kasus ini memalukan, mencoreng wajah pendidikan di Mimika tetapi juga memengaruhi kejiwaan anak-anak kami," imbbuh Oktovianus.

Kasat Reskrim Polres Mimika AKP Hermanto mengatakan DF merupakan guru baru, bertugas sejak Januari tahun lalu sebagai pembina asrama putra. Pada akhir 2020, DF mencabuli siswa disertai ancaman bila tidak mau. Tidak hanya siswa putra, DF juga mengincar korban siswi putri.

Tindakan bejat DF berlangsung sejak November 2020 baru terungkap 9 Maret setelah korban ke-25 mengadukan ke kepala sekolah lalu meneruskan ke polisi. Korban saat itu menangis di dalam kamar.

"Korban yang baru melapor sebanyak 25 orang, sebanyak 24 siswa dan satu seorang siswi. Sebanyak 10 orang mengalami pencabulan dan 15 orang mengalami kekerasan," ujar Hermanto.

Para korban berusia antara 6-13 tahun kini mendapat dukungan dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Mimika untuk mengobati trauma kejiwaan korban.

Terkait dengan kasus itu, polisi telah memeriksa 13 orang saksi, yaitu para korban, ketua yayasan, kepala asrama, dan sejumlah guru.

====

Adendum

Pada Minggu, 14 Maret 2021 pukul 19.30, naskah ini mengalami perubahan judul, dengan lebih disesuaikan pada konteks berita.

Baca juga artikel terkait KEKERASAN SEKSUAL atau tulisan lainnya

tirto.id - Hukum
Reporter: Antara
Editor: Zakki Amali