Menuju konten utama
RDPU Komisi III

Orang Tua Korban Tewas Demo Kendari: Yang Meninggal Anak Manusia

Endang Yulida, orng tua Yusuf Qardawi, menceritakan kematian anaknya dalam RDPU dengan Komisi III DPR RI sembari terisak.

Orang Tua Korban Tewas Demo Kendari: Yang Meninggal Anak Manusia
Anggota komisi III DPR melakukan voting saat proses pemilihan calon Pimpinan KPK di Komisi III, komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (13/09/2019). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/foc.

tirto.id -

Tangisan Endang Yulida tak bisa dibendung saat ia menceritakan kematian anak kesayangannya, Yusuf Qardawi dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan Komisi III DPR RI.

Di depan Wakil Ketua Komisi III Desmond J Mahesa dan tiga anggota Komisi III yakni Masinton Pasaribu, Nasir Djamil dan Taufik Basari, Endang menceritakan naasnya Yusuf yang menjadi korban tewas dalam aksi unjuk rasa menolak UU KPK dan RUU KUHP yang berujung ricuh di Kendari, Sulawesi Tenggara, 27 September 2019 lalu.

Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ini tewas dengan luka parah di kepala.

Endang mengaku telah menemui Kapolda Sultra Brigjen Pol Merdisyam sebanyak dua kali karena mendengar kasus anaknya ditangani oleh Mabes Polri, namun sampai saat ini belum ada juga kabar baik yang mendatangi dirinya.

"Saya sebagai orang tua Yusuf sudah bertemu dua kali dengan Bapak Kapolda [untuk menanyakan] bagaimana kasus anak saya?" tutur Endang sambil terisak menangis di ruang rapat Komisi III DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (10/12/2019).

Dari Merdisyam, Endang pun hanya mendapatkan janji bahwa ia akan terus memberikan informasi terkait kasus tewasnya sang anak.

Peristiwa ini juga menewaskan mahasiswa lain bernama Randi. Randi dan Yusuf menambah panjang daftar orang-orang yang meninggal karena ter(di)tembak dalam aksi demonstrasi.

Namun, Endang merasa tak ada keadilan lantaran sampai saat ini tak terungkap siapa pelaku yang menewaskan anaknya. Sementara untuk kasus yang menewaskan Randy telah diumumkan siapa pelakunya yakni Brigadir Abdul Malik yang sengaja menggunakan peluru tajam dalam peristiwa tersebut.

"Kenapa kasus Randy [korban tewas kerusuhan yang sama] terungkap, sementara Yusuf tidak? Apa bedanya kasus Yusuf dan Randy?," ungkapnya.

Sudah lebih dari dua bulan, ia tak kunjung menerima kabar dari Kapolda Sultra. Ia pun kecewa lambannya kepolisian menangani kasus ini.

Apalagi alasan-alasan pihak kepolisian yang sulit mendapatkan saksi kunci, karena hanya ditemukan batu di sekitar lokasi kematian anaknya.

"Apa di TKP hanya ada batu? Pak, batu sebesar apa sih yang bisa memecahkan kepala Yusuf sampai pendarahan? Sampai lima retakan tak beraturan," ucap Endang dengan nada tinggi.

Dengan mengadu ke Komisi III DPR RI, ia berharap kasus kematian Yusuf dituntaskan dengan serius oleh kepolisian.

"Lewat Bapak saya berpesan, yang meninggal ini anak manusia. Teman-temannya dari mahasiswa belum bisa terima kepergian dia. Sampai hari ini mereka demo di DPRD Sultra. Saya harap dengan Bapak, kasus anak saya ditangani dengan serius, Pak," kata Endang.

Tak hanya Endang, ayah Randi, La Sali juga menaruh harapan yang sama kepada Komisi III DPR RI agar kasus kematian anaknya diusut tuntas. Pelaku penembakan juga dimintanya untuk dipecat dan diberi hukuman berat sebagai bayaran dendam atas kematian anaknya.

La Sali mengingatkan Mabes Polri untuk tak menutup-nutupi kasus kematian anaknya.

"Jangan ditutup-tutupi harus transparan dan sesuai dengan hasil keputusan pengadilan," kata La Sali.

Menanggapi keluhan dari orang tua korban, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Desmond J Mahesa berjanji akan menyampaikan keluhannya ini kepada Kapolri Jenderal Idham Azis. Ia akan meminta kasus ini sebagai atensi khusus agar tak ada lagi kekerasan yang dilakukan kepolisian dalam menangani aksi unjuk rasa.

"Proses ini Insya Allah akan saya sampaikan kepada Kapolri Pak Idham pada saat rapat agar lebih diatasi dengan baik," kata Desmond.

Baca juga artikel terkait DEMO REFORMASI DIKORUPSI atau tulisan lainnya dari Bayu Septianto

tirto.id - Politik
Reporter: Bayu Septianto
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Hendra Friana