Menuju konten utama

Omong Kosong Erdogan Boikot Produk iPhone Amerika

Presiden Erdogan serukan rakyat Turki memboikot produk-produk AS seperti iPhone, tapi itu hanya gertakan semu.

Omong Kosong Erdogan Boikot Produk iPhone Amerika
Pendukung Presiden Turki Tayyip Erdogan memperlihatkan casing telepon seluler dengan foto presiden dalam reli pemilihan di Istanbul, Turkey, Minggu (17/6/2018). ANTARA FOTO/REUTERS/Osman Orsal

tirto.id - Pada satu acara yang dilangsungkan Partai Keadilan dan Pembangunan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, menyerukan pemboikotan produk-produk buatan Amerika Serikat (AS), salah satunya iPhone Apple, “jika AS memiliki iPhone, dan Samsung ada di pihak lain...bagi Turki, kami memiliki Vestel Venus.”

“Bersama rakyat, kami secara tegas menentang dolar, tarif forex, inflasi dan suku bunga. Kami akan melindungi kemandirian ekonomi Turki dengan merajutnya bersama-sama,” tegas Erdogan.

Seruan Erdogan memboikot produk AS merupakan imbas dari memburuknya perekonomian Turki. Sejak awal 2018, nilai tukar lira terus-terusan merosot terhadap dolar AS hingga turun sekitar 40 persen. Kebijakan suku bunga acuan yang diintervensi pemerintah hingga semakin memburuknya inflasi. Namun, saat Donald Trump, Presiden AS, menaikkan tarif impor logam asal Turki pada pekan kedua Agustus 2018, arah ekonomi Turki kian memburuk, sekaligus memicu letusan hubungan Turki-AS.

Diamond Naga Siu, jurnalis Mashable, dalam salah satu tulisannya, mengungkapkan seruan memboikot iPhone oleh Erdogan hanya pepesan kosong belaka. Ia menghitung 7,15 juta jiwa dari 41,09 juta penduduk Turki adalah pengguna smartphone iPhone. Jika dikalkulasikan dengan populasi iPhone di seluruh dunia, pengguna iPhone dari Turki hanya menyumbang 1,02 persen dari 700 juta unit total populasi iPhone pada 2017.

Tahun lalu saja, Apple menjual lebih dari 200 juta unit iPhone, sekitar 3 kali total populasi Turki. Secara sederhana, Siu hendak menegaskan, bila Erdogan dan rakyatnya memboikot produk iPhone, artinya tak akan berdampak banyak pada perusahaan yang didirikan Steve Jobs dan Steve Wozniak itu.

“Pengguna iPhone di seluruh dunia jauh lebih banyak 8,5 kali lipat dibandingkan total populasi Turki,” tulis Siu.

Nate Laxton, jurnalis Bloomberg, di salah satu tulisannya mengungkap upaya memboikot iPhone dengan Vestel adalah tindakan sia-sia. Vestel merupakan perusahaan yang bervaluasi “hanya” sebesar $450 juta. Jauh dibandingkan Apple yang telah bervaluasi lebih dari $1 triliun. “Vestel bukan bandingan Apple dalam kancah persaingan smartphone global,” tulis Laxton.

Data yang dipaparkan Statista, terdapat 41 juta lebih pengguna smartphone di Turki pada 2017. Pada 2018, angkanya diprediksi meningkat. Dari jumlah sebesar itu, perusahaan-perusahaan non-Turki menguasai pasar. Data lain mengungkap, Samsung menguasai pangsa pasar smartphone di Turki hingga 52,71 persen. Apple membuntuti di belakangnya dengan 10,54 persen pangsa pasar.

Di mana posisi Vestel? perusahaan pembuat smartphone asal Turki yang digadang-gadang Erdogan dapat menggantikan iPhone? Vestel berada di jajaran bawah pasar smartphone Turki dengan perolehan sebesar 2,09 persen. Ia bahkan masih kalah dibandingkan Huawei, perusahaan asal Cina, yang menggenggam 4,87 persen pangsa pasar smartphone Turki.

Pangsa pasar Apple memang tak jadi nomor satu di Turki, tapi bila melihat berbagai merek smartphone di Turki, juara sejati adalah Android milik Google yang merupakan perusahaan AS. Statcounter, layanan statistik internet, mencatat Android menguasai 82,02 persen pangsa pasar sistem operasi mobile di Turki hingga pertengahan 2018. Setelah Android ada iOS, sistem operasi iPhone, dengan pangsa pasar 16,54 persen.

Dari mana Android memperoleh kejayaan di Turki? jawabannya karena Samsung, si penguasa pasar, hingga Huawei mengusung Android sebagai sistem operasi produk-produk yang mereka rilis. Vestel pun menggunakan Android bagi produk-produk mereka.

Infografik Dunia Smartphone turki

Vestel 5000 dan Ketergantungan Pada AS

Vestel 5000 merupakan salah satu produk yang dirilis Vestel. Mengutip laman resmi mereka, Vestel 5000 merupakan smartphone berukuran 5 inci yang didukung RAM berukuran 1GB dan kapasitas penyimpanan sebesar 8GB. Jika menilik spesifikasi selanjutnya, setidaknya ada tiga produk AS terpampang pada Vestel 5000. Pertama ialah Android, si robot hijau bikinan Andy Rubin.

Android merupakan produk Google. Dalam kasus General Data Protection Regulation (GDPR) yang menjerat Google di Eropa, Trump melalui akun Twitter-nya lantang mengatakan Google “merupakan salah satu perusahaan terhebat kami.”

Pada Vestel 5000, Android yang diusung ialah versi Marshmallow, yang merujuk laman resmi pengembangan Android, versi yang memperoleh pangsa pasar Android dunia sebesar 23,5 persen. Pemilihan Marshmallow tak terlalu mengherankan. Jika menilik perolehan pangsa pasar, Marshmallow merupakan yang paling banyak di ekosistem Android.

Organ “made in US’ berikutnya yang tertanam di tubuh Vestel 5000 ialah System-on-Chip (SoC) Snapdragon 212, yang dirancang dan dijual oleh Qualcomm. Snapdragon 212 merupakan chip yang umumnya digunakan bagi smartphone atau tablet kelas bawah. Chip tersebut mengusung CPU Cortex-A7 berinti empat yang sanggup dipacu hingga rentang 1,3 GHz. Chip itu pula mengusung inti pemrosesan grafis bernama Andreno 304.

Jika Google dianggap salah satu perusahaan terhebat AS, Qualcomm bisa disebut sebagai perusahaan penguasa chip perangkat mobile asal AS. Bermarkas pusat di San Diego, Qualcomm memperoleh pendapatan sebesar $22,29 miliar pada 2017 dan menguasai 42 persen pangsa pasar chip dunia, mengalahkan MediaTek, perusahaan serupa asal Taiwan.

Juga ada sentuhan Gorilla Glass yang tersemat di Vestel 5000. Pelindung berbasis kaca yang diproduksi Corning, perusahaan yang bermarkas pusat di New York, merupakan salah satu produk laris asal AS. Dilaporkan CNBC, pada 2018 Coring mengalokasikan dana $2 miliar untuk pengembangan produk-produk mereka, termasuk Gorilla Glass. Hasilnya tak mengecewakan. Pada kuartal IV-2018, Corning memperoleh laba bersih $393 juta dari bisnis Gorilla Glass mereka. Secara keseluruhan, Corning mendapatkan untung sebesar $2,64 miliar di kuartal tersebut.

Ketiga komponen smartphone asal AS yang terpasang di Vestel 5000 merupakan komponen inti. Artinya jika Erdogan hendak memboikot produk-produk AS, Vestel 5000, dan keseluruhan produk smartphone Vestel tak berdaya, kecuali mereka mampu membuat secara mandiri.

Kekuatan produk AS ke Turki juga terjadi di ranah digital. SimiliarWeb mengungkap lima besar aplikasi paling populer di Turki kesemuanya “made in USA.” Kelima aplikasi populer itu ialah WhatsApp, Instagram, YouTube, dan Facebook. Sebagaimana dilaporkan Daily Sabah, masyarakat Turki memang gemar menggunakan aplikasi asal AS. Misalnya Akmaral Kerimoglu, seorang pelajar di Instanbul, “saya menggunakan ponsel untuk berkomunikasi, khususnya menggunakan WhatsApp dan sesekali menggunakan Skype.” Sare Alkan, mahasiswa Istanbul University beralasan menggunakan ponsel terutama untuk mengakses aplikasi media sosial seperti Snapchat dan Instagram.

Dari semua catatan itu, di atas kertas neraca perdagangan Turki membutuhkan AS lebih besar dibandingkan AS membutuhkan Turki. Dari sisi AS, pada 2017 negara tersebut mengekspor produk ke Turki senilai $9,7 miliar dan mengimpor produk dari Turki senilai $9,4 miliar pada 2017, artinya AS surplus. Di tahun yang sama, dari sisi Turki, negeri tersebut mengekspor produk ke AS senilai $8,7 miliar dan mengimpor produk dari AS senilai $12 miliar, Turki jelas tekor besar berdagang dengan AS. Di sisi ini lah yang juga bisa membuat ada sentimen memboikot produk AS, agar Turki tak bergantung pada dolar AS sehingga lira tak makin terpuruk.

Namun, Pesiden Erdogan nampaknya harus berpikir ulang untuk memboikot produk-produk AS terutama smartphone, karena itu semua hanya akan jadi omong kosong.

Baca juga artikel terkait TURKI atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra