Menuju konten utama

Ombudsman Desak Kemenko Perekonomian Tunda Impor Beras

Ombudsman mendesak Kemenko Perekonomian menunda impor beras hingga Mei 2021.

Ombudsman Desak Kemenko Perekonomian Tunda Impor Beras
Sejumlah petani dan anggota Persatuan Penggilingan Padi (Perpadi) DPC Kabupaten Purbalingga melakukan aksi menolak rencana impor beras di Desa Brobot, Bojongsari, Purbalingga, Jateng, Selasa (23/03/2021). ANTARA FOTO/Idhad Zakaria/rwa.

tirto.id - Ombudsman Republik Indonesia (ORI) mendesak Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tunda impor 1 juta ton beras hingga Mei. Bulan-bulan ini petani sedang panen padi.

Anggota Ombudsman Yeka Hendra Fatika menyebut stok beras masih cukup, sehingga pemerintah tidak usah impor dulu.

"Ombudsman RI menyatakan meminta Kementerian Perekonomian untuk melaksanakan rakortas menunda keputusan impor beras, bukan menunda pelaksanaan, hingga menunggu perkembangan panen dan pengadaan Perum Bulog paling tidak sampai awal Mei," kata Yeka, Rabu (24/3/2021).

Sebelumnya kebijakan impor beras dikemukakan oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto pada awal Maret. Kemudian pemerintah Indonesia dan pemerintah Thailand akan tanda tangan kesepakatan impor akhir bulan ini. Beras impor rencananya diambil dari Thailand.

Baru-baru ini Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi tetap bergeming atas desakan untuk batalkan impor. Ia bilang impor tetap perlu karena kondisi gabah petani kadar airnya tinggi dan tidak sesuai standar pemerintah. Ia juga mengklaim stok Bulog saat ini di bawah 500 ribu ton setelah dikurangi beras sisa impor tahun 2018 yang kurang mutu alias tidak layak konsumsi.

Namun menurut Yeka, masih ada stok beras di tempat selain Bulog. Berdasar data Kemendag per Februari 2021 di penggilingan sekitar 1 juta ton, 6.300 ton di lumbung pangan masyarakat, 36 ribu ton di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) 260,2 ribu ton di Horeka dan di rumah tangga sebanyak 3,2 juta ton.

"Kalau dijumlahkan total stok sekitar 6 juta ton kurang sedikit," kata Yeka.

Meski stok Bulog rendah, kata Yeka, gudang bisa segera diisi dengan menyerap hasil gabah petani. Memakai data Badan Pusat Statistik, luas panen padi periode Januari-April 2021 4,6 juta hektare yang menghasilkan 25,3 juta ton gabah kering giling dan menjadi beras sebanyak 14,5 juta ton beras.

Jumlah panen petani awal tahun ini naik 26,8 persen yaitu 3 juta ton beras dibandingkan periode sama tahun lalu.

Dalam memantau kelangkaan stok beras, menurut Yeka bisa merujuk di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). Ombudsman mendapati stok di PIBC berlebih sekitar 3.300-3.500 ton per hari. Artinya stok aman.

"Normalnya itu pasokan beras PIBC 3.000 ton per hari, kalau sudah 2.000 ton per hari mulai gelisah dan harga naik, kalau 1.000 ton itu sudah terjadi kelangkaan," ungkap Yeka.

Baca juga artikel terkait IMPOR BERAS atau tulisan lainnya

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Antara
Editor: Zakki Amali