Menuju konten utama

OJK Perkirakan Kinerja IKNB 2019 Masih Melambat

Salah satu penyebab perlambatan itu adalah agenda Pilpres dan Pileg 2019.

OJK Perkirakan Kinerja IKNB 2019 Masih Melambat
(Ilustrasi) Penjaga stan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengedukasi seorang pengunjung tentang berbagai produk perbankan syariah pada Keuangan Syariah Fair (KSF) 2017, di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (12/5). ANTARA FOTO/R. Rekotomo

tirto.id - Perlambatan pertumbuhan ekonomi global diprediksikan masih menjadi penyumbang melambatnya kinerja industri keuangan non-bank (IKNB) tahun ini. Melambatnya ekonomi global yang berakibat pada melemahnya harga komoditas, turut memengaruhi kinerja IKNB terutama sektor pembiayaan atau multifinance.

Deputi Komisioner Pengawas IKNB II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mochamad Ichsanudin menjelaskan, pertumbuhan ekonomi global yang belum pulih membawa dampak terhadap penurunan harga komoditas di Indonesia. Ujungnya, bisnis sektor IKNB seperti pembiayaan alat-alat berat ikut susut seiring dengan lesunya aktivitas pertambangan dan juga perkebunan.

“Penurunan di pembiayaan alat-alat berat lebih terasa,” ucapnya dalam seminar nasional Prospek Bisnis IKNB 2019 bertema "Peluang dan Risiko di Tahun Menantang", Jakarta, Selasa (12/3/2019).

Ichsanudin menambahkan, agenda politik pada April mendatang berupa Pemilihan Presiden (Pilpres) dan juga pemilihan legislatif turut mempengaruhi perlambatan. Ini karena, seluruh aspek bisnis akan lebih memilih untuk wait and see alias menunggu sampai dengan kondisi politik Tanah Air lebih stabil.

Ia berharap, kondisi nasional dapat kondusif usai Pilpres nanti sehingga pelaku sektor rill dan finansial dapat kembali bangkit. Selain faktor tersebut, hal yang turut mempengaruhi perlambatan pertumbuhan bisnis IKNB adalah masalah besarnya defisit neraca transaksi berjalan alias current account deficit (CAD).

Menurunnya, kinerja ekspor dan terus bertumbuhnya impor, harus dimitigasi dengan pembenahan sektor riil. Tingkat CAD Indonesia yang pada 2018 kemarin mencapai 2,98 persen, tentu berpengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan IKNB.

Guna membantu peningkatan ekspor, perusahaan multifinance didorong untuk melakukan pembiayaan di sektor-sektor prioritas, seperti sektor pariwisata, perumahan dan sektor pendukung ekspor lainnya. Peranan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) juga perlu ditingkatkan secara optimal agar dapat mendorong pertumbuhan ekspor.

“Kami juga lakukan revitalisasi lembaga LPEI. Ini harus didorong di samping pembiayaan para eksportir sudah dibiayai bank, LPEI juga harus mengisi market gap yang sekarang masih susah didapatkan seperti membiayai eksportir yang tidak terlayani oleh perbankan,” jelas Ichsanudin.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Dea Chadiza Syafina

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dea Chadiza Syafina
Penulis: Dea Chadiza Syafina
Editor: Alexander Haryanto