Menuju konten utama

Oh, Betapa Dunia Amat Menggemari Bokep Lesbian

Sejak 2015 “lesbian” jadi kategori video yang paling banyak ditonton di Pornhub.

Oh, Betapa Dunia Amat Menggemari Bokep Lesbian
Ilustrasi pasangan lesbian. Foto/iStock

tirto.id - Setahun sudah Roger, 26 tahun, menjajal peruntungan di Jakarta. Ia bekerja di perusahaan penyedia beras di restoran sushi Jepang.

Aktivitas hari-hari Roger bekerja mulai pukul 9 pagi hingga 6 sore. Malamnya, sambil beristirahat, ia sesekali mengakses video porno alias bokep sebagai sarana relaksasi. Lebih spesifik lagi, bokep yang mengandung kata kunci “lesbian”.

Ia tahu para aktris dalam video itu bukan 100 persen lesbian. Dengan kata lain, ia kerap menonton perempuan heteroseksual atau biseksual yang melakoni peran sebagai penyuka sesama jenis. Mengapa ia memilih lesbian?

“Enggak tau juga. Lebih hot (menggairahkan) aja. Hahaha… Anggap aja kayak selera. Banyak kan yang suka bokep (film porno) Jepang. Kalo enggak Jepang enggak mau. Pilihannya kan banyak. Ada juga yang selera lain, ya kayak selera memilih jenis musik aja,” katanya dalam obrolan di sebuah kafe di Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (27/2).

Roger mengakui apa yang ia tonton melahirkan imajinasi adegan intim antara pacarnya dan perempuan lain. Apakah artinya ia turut terlibat dalam aktivitas threesome? Roger tidak mengiyakan secara verbal, tapi melalui anggukan dan rangkaian tawa, tersirat ia setuju.

“Cuma ya namanya aja fantasi, cukup di pikiran aja, tak perlu di jalan, daripada cari gara-gara terus hubungan jadi bermasalah. Ini dia (pacar) juga enggak tau aku kadang-kadang nonton bokep” imbuhnya.

Roger tidak sendirian. Data statistik yang dirilis tiap tahun oleh laman penyedia video porno paling populer, Pornhub, menunjukkan “lesbian” adalah kategori yang paling banyak ditonton pada 2018.

Pornhub diluncurkan ke dunia maya pada 2007. Pada 2017 mereka merayakan ulang tahun kesepuluh dengan mempublikasikan data serupa dengan tujuan memaparkan selera pengunjung selama satu dekade terakhir.

“Lesbian” juga rupanya menjadi kategori yang paling banyak diakses pada 2015, 2016, dan 2017. Kategori ini menyalip “MILF” yang paling populer pada era 2012-2014, dan “amateur” yang berjaya selama era 2007-2010.

Kembali ke data 2018, Pornhub memetakan popularitas “lesbian” secara geografis. Hasilnya menunjukkan kategori tersebut diminati oleh para pengunjung yang tinggal di Amerika bagian utara, tengah, dan selatan, juga di wilayah di benua Eropa, Australia, plus Selandia Baru.

Jika dirinci menurut segi umur, kategori “lesbian” menjadi kata kunci paling populer kedua setelah “hentai” untuk pengunjung usia antara 18-24 tahun.

Dalam hitung-hitungan kata kunci per negara, “lesbian” jadi yang terfavorit bagi pengunjung asal Australia dan Finlandia. Di Kanada, Swedia, dan Brazil, “lesbian” jadi kata kunci terpopuler kedua. Sementara itu, di Spanyol, Belanda, dan Kolombia, kata kunci ini jadi favorit nomor tiga.

Statistiknya terlihat lebih mengagumkan lagi bahwa popularitas kategori “Lesbian” ditelisik sebagai kategori: memuncaki peringkat mulai dari Amerika Serikat, Inggris, hingga Kanada, sampai ke Perancis, Australia, dan Meksiko.

Jika dimampatkan ke dalam satu kesimpulan: warga dunia amat menggemari bokep lesbian.

Namun, keliru jika kategori ini dianggap sebagai tontonan favorit kaum adam. Saat dibelah dari sudut pandang jenis kelamin, kategori “lesbian” justru jadi bahan buruan terlaris para pengunjung perempuan.

Pengunjung laki-laki paling rajin menonton video di kategori “japanese”. “Lesbian” berada di posisi keenam. Empat kategori di antara keduanya adalah “MILF”, “hentai”, “korean”, dan “step mom”. Cukup menggambarkan kecintaan para konsumen laki-laki terhadap suplai video asal Asia Timur.

Publikasi Pornhub edisi 2018 mencantumkan pendapat Dr. Laurie Betito, direktur Pornhub Sexual Wellnes Center, perihal kesukaan pengunjung perempuan dalam mengakses bokep-bokep “lesbian”.

Menurutnya, “perempuan secara konsisten menyukai video porno lesbian karena mereka dapat melihat aksi di mana mereka terlihat menikmati diri mereka sendiri.”

Apa yang dirasakan Roger tidak hanya tercermin dalam statistik Pornhub, tapi juga beresonansi dengan fantasi banyak laki-laki lain. Di dunia nyata, ketertarikan terhadap erotisme pasangan sesama jenis memiliki karakteristik sendiri, baik dalam benak laki-laki maupun perempuan.

Menelaos Apostolou dan kawan-kawan dari Unversity Of Nicosia, Siprus, pernah meneliti fenomena tersebut. Hasilnya dipublikasikan di Jurnal Personality and Individual Differences edisi April-Mei 2017.

Rumusan masalah utamanya: mengapa laki-laki heteroseksual memendam ketertarikan kepada pasangan yang punya kecenderungan lesbianisme?

Mereka mengikutsertakan baik responden laki-laki maupun perempuan heteroseksual. Hasilnya, kedua golongan responden mengaku sesekali terbersit keinginan agar pasangan mereka menjalin hubungan seksual sesama jenis.

Bedanya, jauh lebih banyak responden laki-laki yang menyatakan keinginan tersebut dibanding responden perempuan.

Dalam kategori pasangan yang menjalani hubungan jangka panjang, rasionya mencapai 15,2 persen banding 2,6 persen. Dalam kategori pasangan yang menjalani hubungan jangka pendek, perbandingannya lebih besar lagi: 29,6 persen dibanding 6,3 persen.

Apostolou dan kawan-kawan menyertakan analisis yang juga didasarkan pada literatur lain. Mereka sampai pada satu kesimpulan yang kontroversial: homoseksualitas pada perempuan ada dan bertahan karena menjadi hal yang dipandang menyenangkan sekaligus menguntungkan bagi laki-laki.

Apostolou dan kawan-kawan menyatakan proses evolusi membuat laki-laki cenderung memastikan bahwa anak yang dilahirkan pasangannya adalah anak kandung. Oleh sebab itu mereka tumbuh sebagai makhluk yang sangat khawatir terhadap perselingkuhan karena akan menjadi kendala dalam meneruskan keturunan biologisnya sendiri.

Pada akhirnya laki-laki merasa jauh lebih aman jika pasangan perempuan mereka tertarik kepada sesama perempuan (lesbianisme)—bukan laki-laki. Dengan begitu si laki-laki akan lebih mudah menolerir perselingkuhan sebab ia tahu garis keturunan biologisnya tetap terjaga.

Manfaat tambahan yang diperoleh laki-laki atas ketertarikan pasangan perempuannya terhadap perempuan lain adalah kemungkinan untuk “mendapat akses ke perempuan lain”. Artinya, si laki-laki bisa menjalin hubungan (seksual, intim) dengan perempuan yang menjalin hubungan dengan pasangannya.

“Ketertarikan sesama jenis dari pasangan merupakan kesempatan bagi si laki-laki untuk berhubungan seks dengan perempuan lain tanpa perlu susah payah, karena usahanya dijalankan oleh pasangan perempuannya itu,” tulis Apostolou dan kawan-kawan—satu pernyataan yang sejalan dengan fantasi Roger.

Sekali lagi, analisis tersebut tergolong kontroversial, terutama bagi para aktivis perempuan. Elle melaporkan kemunculan beragam opini kontra di media sosial. Sejumlah warganet menegaskan betapa misoginisnya analisis riset tersebut. Pasalnya, orientasi homoseksual perempuan dianggap ada demi kesenangan laki-laki.

Martha Henriques dari International Bussines Times adalah salah satu jurnalis yang mengulas riset Apostolou dan kawan-kawan. Ia meminta pendapat Diana Fleishchman, psikolog dari University of Portsmouth, Inggris.

Infografik Dunia yang menggemari lesbian

Infografik Dunia yang menggemari lesbian

Diana mengatakan, “Artikel (tersebut) mengabaikan banyak hipotesis serta kemungkinan lain dan membuat klaim-klaim yang sesungguhnya tidak didukung oleh bukti-bukti yang mereka cantumkan.”

Ia mengaku kurang bisa memahami bagaimana hasrat mempertahankan keturunan sedarah membuat laki-laki terangsang saat pasangannya bilang ia ingin melakoni hubungan seksual dengan perempuan lain. “Ciri-ciri seksual semacam ini sifatnya naluriah saja, seperti ekspresi mekanisme klasik,” ujarnya.

Diana justru menyorot faktor pendorong lain yang tidak disinggung Apostolou dan kawan-kawan, dan kebetulan selaras dengan pengalaman Roger: pornografi.

Apalagi, lanjutnya, lesbianisme adalah tema yang sangat umum di kanal penyedia konten porno, sehingga variabel ini justru mustahil untuk tidak disertakan.

“Saya kira riset itu justru menunjukkan efek (mengonsumsi) pornografi. Laki-laki menonton banyak konten porno di mana perempuan menjalin aktivitas seksual dengan perempuan lain, lalu si pemeran laki-laki akhirnya turut bergabung.”

Di bagian penutup artikel Apostolou dan kawan-kawan mengakui penelitian mereka belum sempurna. Ia menyatakan telah mempersiapkan sejumlah variabel untuk dieksplorasi lebih lanjut, yakni untuk mengulik lebih jauh penyebab ketertarikan laki-laki terhadap lesbianisme. Salah satunya: agama.

Baca juga artikel terkait LESBIAN atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Windu Jusuf